Part 42 ( Penyesalan )

634 20 7
                                    


Malam semakin dingin dan sunyi. Beenazier yg bertelanjang kaki terus melangkah tanpa arah dan tujuan. Bahkan klo memungkinkan, ia relakan tubuh seksinya terhempas mobil kemudian terguling ke jurang dan dikoyak – koyak gigi harimau hutan. Beenazier tak punya tujuan hidup lagi. Setelah kesedihan yg bertahun – tahun ia rasakan hingga pd satu pemikiran bahwa ia tak layak bahagia dg kenyataan dirinya sbg perempuan bahu laweyan, malam ini ia mendapati fakta yg lebih menyakitkan. Abul Mali yg selama ini ia ketahui sbg pamannya, wali yg melindunginya ternyata tak lebih seorang penjahat paling sadis di dunia. Krn Abul Mali ia kehilangan kedua orang tuanya yg dibunuh lelaki tua yg mengaku pamannya tsb. Abul Mali juga yg membuat dirinya menjadi perempuan penuh kutukan. Perempuan bahu laweyan yg tdk pernah bisa menikmati hubungan badan dg lelaki manapun krn lelaki yg nekat membidikkan kejantanannya pd lubang kewanitaannya dipastikan akan meninggal. Semua krn ketamakan Abul Mali, demi kepentingan Abul Mali sendiri, sementara seumur hidupnya Beenazier hanya dimanfaatkan Abul Mali utk memperoleh kekayaan.

Dinginnya malam kian menggigit tulang saat angin malam berhembus kencang dan awan hitam menutupi bulan sabit serta taburan bintang yg sedari tadi bersinar terang.

Ctaaar!!! Kilatan petir membelah langit dan berderak menggetarkan bumi. Beenazier tdk takut sedikitpun. Andai petir itu menghanguskan tubuhnya dan melayangkan nyawanya pun Beenazier sangat ikhlas.

Hujan akhirnya turun sangat deras, mengguyur tubuh yg terus menggelinding meski jiwanya lepas dr sang raga. Tubuh itu sudah menggigil tapi sang pemilik tdk peduli.

Beenazier masih terus melangkah, menunggu takdir Tuhan akan menghentikan langkahnya dimana.

Pukul 3 dini hari WITA, sebuah lantunan adzan dr sebuah pondok pesantren mengalun syahdu menyayat perasaan Beenazier. Perempuan itu terguguk mendengar panggilan sholat tahajud tsb. Sejurus kemudian tubuhnya limbung dan ia pun ambruk ke tanah, tepat di pintu gerbang pondok.

Para santri yg hendak menuju masjid pondok berlarian ke arah Beenazier. Seketika suana pondok ramai. Beberapa santriwati mengangkat tubuh tak berdaya itu ke atas gerobak yg sering mereka pakai mengangkut paket – paket sembako. Tanpa komando seorang santri di depan dan 2 orang santri di belakang menggelindingkan gerobag tsb menuju klinik pondok.

Sesampainya di dalam pondok, hanya antriwati dan ustadzah yg mengelilingi Beenazier. beberapa melepas baju Beenazier yg basah, yg lainnya menyiapkan obat juga makanan dan minuman hangat, dan sebagian lainnya segera memakaikan baju hangat ke tubuh Beenazier yg sudah dikeringkan dan dibaluri minyak kayu putih agar semakin hangat.

Tak lama kemudian, aroma minyak kayu putih membangunkan Beenazier. Segera mereka meminumkan teh hangat pd Beenazier yg kemudian duduk menyandar kepala ranjang.

"Terima kasih." Ucap tulus Beenazier pd salah satu ustadzah muda belia yg menerima gelas yg baru saja ia sesap isinya.

"Makanlah ini, biar tubuhmu kuat." Ujar ustadzah tsb yg kini mengulurkan sepiring bubur.

Beenazier menerimanya tapi tdk kunjung menyendok bubur tsb agar segera menyapa perut kosongnya. Perempuan itu malah terisak kembali.

"Istighfarlah. insyaAllah perasaanmu lega."

"Istighfar? Apa itu istighfar?"

"Kamu bukan muslim?"

"Aku tdk tahu agamaku. Aku tdk pernah mengenal Tuhan selama ini."

Di saat sang ustadzah melakukan pendekatan dg Beenazier, muncullah ayahanda sang ustadzah yg tak lain adl Kyai Humayun. Sang kyai menatap ke arah Beenazier yg masih menunduk.

Akulah Cinta Yang KaucariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang