Chapter 20

1.4K 144 45
                                    

***

Mata Lucas berkedip dengan cepat. Ia sudah tidak bisa lagi berpikir jernih saat ini, bagaimana tidak, seseorang yang ia cintai, saat ini tengah menciumnya. Menciumnya!

Lucas bahkan tidak menggerakkan tubuhnya sama sekali sedari tadi, perutnya seolah dipenuhi oleh jutaan kupu-kupu yang terbang kesana kemari, dan dadanya bagaikan dipenuhi ribuan kembang api yang meletup-letup kecil. Sungguh ia tidak bisa memikirkan apapun lagi selain, bagaimana bisa Leo menciumnya?

Sudah lebih dari setengah menit bibir mereka bersentuhan tanpa ada niatan untuk menggerakkannya. Sampai pada akhirnya, Leo melepaskan ciuman itu dengan perlahan. Kedua bola matanya langsung bertatapan dengan kedua bola mata bening milik lelaki manis di depannya.

Leo tidak bisa berkata apapun lagi saat ini ketika kedua bola mata Lucas memandangnya dengan lembut, ia hanya bisa berdehem dengan canggung setelah itu, kemudian Leo pun segera membalikkan badannya untuk menghindari tatapan mata Lucas.

Leo sendiri tidak mengerti, bagaimana bisa ia tiba-tiba mencium Lucas seperti itu, padahal hanya dengan memeluknya saja sudah membuat perasaan Leo tak karuan. Leo benar-benar tidak mengerti.

Ia hanya...

Hanya..

Hanya..

Tergoda?

Tergoda oleh bibir merah alami milik pria cantik itu? Ini gila, benar-benar gila.

Sedangkan Lucas, ia cukup heran dengan sikap Leo saat ini. Pria itu tiba-tiba saja memeluknya, kemudian menciumnya. Bukannya Lucas tidak senang, ia senang tentu saja. Sangat bahagia lebih tepatnya. Tetapi, ia cukup penasaran dengan maksud dari ciuman singkat itu.

Ketika Lucas melihat Leo membalikkan badannya, Lucas langsung mempunyai tekat yang bulat. Ia ingin memastikan sesuatu.

Grep

Lucas menggenggam pergelangan tangan Leo yang hendak beranjak dari tempatnya berdiri. Lucas pun menarik paksa tangan itu dengan sekuat tenaga hingga pemiliknya pun kembali berbalik arah menghadap kearahnya.

Tanpa aba-aba apapun, Lucas segera menjinjitkan kakinya untuk mensejajarkan tingginya dengan Leo, kemudian pria cantik itu langsung mencium kembali bibir yang beberapa saat yang lalu sudah mencuri satu ciuman terlebih dahulu. Ciuman pertamanya, dan kini menjadi ciuman keduanya.

Sama seperti Lucas, Leo hanya bisa mengedipkan matanya menerima ciuman mendadak itu. Mungkin ini yang tadi Lucas rasakan ketika ia menciumnya. Rasanya, sungguh tidak bisa dijabarkan. Meski hanya sebuah ciuman kecil seperti ini sekalipun.

Lucas melepaskan ciumannya dengan pelan, ia langsung menunduk setelahnya. Entah kenapa, Lucas merasa sangat bahagia saat ini. Kebahagiaannya seolah bertambah berkali-kali lipat saat mengetahui Leo tidak menghindar dari ciumannya.

"Terima kasih." kata Lucas dengan malu-malu.

Leo langsung tersadar sari keterdiamannya beberapa saat lalu, ia langsung menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, kemudian Leo pun berdehem dengan gugup.

Ia gugup? Entahlah kenapa pria yang biasanya tegas itu bisa segugup ini hanya karena sebuah ciuman. Oh, atau karena ini juga ciuman pertamanya? Mungkin saja.

"Terima kasih untuk apa?" tanya Leo sembari membalikkan tubuhnya dan langsung berjalan menuju meja kerjanya.

"Terima kasih karena tidak menghindar."

Gerakan Leo yang semula akan menduduki kursi seketika terhenti, ia terdiam beberapa saat, tapi tak lama kemudian ia pun langsung meletakkan tulang duduknya ke kursi kebesarannya itu.

You Are ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang