Chapter 22

1.2K 141 34
                                    

***

Lucas mencium bau obat-obatan yang sangat menyengat ketika ia tersadar dari tidurnya. Ia baru saja bangun, tetapi kedua kelopak matanya masih setia terpejam, seakan-akan sangat berat hanya untuk membukanya saja.

Lucas tidak mengingat dengan jelas apa yang tadi ia alami sehingga membuatnya tertidur dan malas untuk bangun.

Yang jelas, ia hanya mengingat sepasang mata tajam yang memandangnya dengan pandangan khawatir saat beberapa papan kayu berjatuhan di sampingnya.

Hal ini pun Lucas hanya mengingatnya dengan samar. Saat sebuah ujung papan yang pada akhirnya jatuh mengenai pelipisnya dengan kencang.

Seseorang yang berada di atasnya tampak berteriak dengan panik memintanya agar tetap sadar dan tetap membuka matanya, pria itu bahkan mengabaikan beberapa papan yang berjatuhan mengenai punggungnya agar tidak menimpa tubuh Lucas.

Pria itu merasa dirinya gagal melindungi Lucas saat lelaki cantik itu terluka. Ia sungguh menyesalinya.

Kesadaran Lucas makin lama makin menipis saat seluruh papan kayu itu sudah berhenti berjatuhan, tetapi ia masih mendengar lelaki di atasnya berteriak-teriak dengan panik. Lucas belum menyadari siapa pria tampan itu.

"Hey hey, kumohon tetaplah sadar. Tetap buka matamu, ku mohon."

Pria itu tampak berusaha mati-matian bergerak agar beberapa tumpukan papan kayu di punggungnya terjatuh.

"Apa yang kalian lakukan? Cepat bantu aku!" Teriaknya saat melihat para pekerja bangunan hanya memandang mereka berdua dengan takut.

Tetapi saat mendengar teriakan atasannya itu, mereka semua segera membantu untuk menyingkirkan papan-papan itu dari tubuh atasannya.

Pandangan Lucas mulai samar-samar ketika seseorang yang berada di atasnya itu mengangkat tubuhnya yang ringan dengan sekali sentakan dan langsung berlari membawa tubuhnya entah kemana.

"Ku mohon, bertahanlah." Lucas hanya mendengar kalimat itu berulang-ulang, saat kesadarannya sudah di ambang batas, ia mencoba sekuat tenaga untuk membuka kedua matanya dengan lebar, bermaksud untuk mencari tahu siapa yang sedang menggendongnya saat ini.

Ketika pandangannya menemukan manik mata indah milik seseorang yang sangat di kenalnya, tiba-tiba setitik air matanya luruh saat itu juga. Pria itu..

"Yang.. Ye.. Ming."

Lalu semuanya gelap.

Lucas langsung tersentak dan membuka matanya dengan lebar ketika ia telah mengingat semua kejadian yang menimpanya.

Ia pun mendudukkan tubuhnya saat itu juga, tetapi rasa pening dan perih langsung ia rasakan karena pergerakannya yang tiba-tiba itu.

Tangan lentiknya meraba keningnya sendiri yang ia ingat telah terluka karena papan sialan yang menimpanya. Lucas menemukan perban kecil yang membalut lukanya ketika ia memegang keningnya saat itu.

Lalu ia pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang didominasi warna putih, Lucas tau ia tengah berada di rumah sakit. Tetapi ia tidak menemukan siapa pun di ruangan itu selain dirinya sendiri, sehingga Lucas pun memaksakan dirinya untuk turun dari ranjang bermaksud mencari seseorang yang tengah ia khawatirkan.

"Eh. Kau sudah sadar? Tidak-tidak jangan turun dulu, keadaanmu masih belum pulih benar." ucap seorang wanita tengah baya yang sangat Lucas kenal ketika wanita itu baru saja memasuki ruangan tempatnya di rawat.

Lucas memandang wanita berparas cantik itu dengan penasaran, ia ingin menanyakan sesuatu padanya, tetapi Lucas takut. Entah ia sendiri pun tak tau apa yang tengah ia takutkan. Hanya saja perasaan itu sangat ia rasakan saat ini.

You Are ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang