Bintang-bintang di langit bersembunyi karena hujan jatuh menghalangi mereka. Dinginnya menusuk kulit seorang Byun Baekhyun yang masih betah terduduk di ruangan kerja yang jendelanya sengaja ia buka lebar-lebar, membiarkan indera pengelihatannya menatap air hujan yang menghujam habis-habisan tanah di bumi ini. Tumpukan kertas diatas mejanya sama sekali tak berniat Baekhyun lirik, seakan air hujan di luar sana lebih menarik dari mengerjakan tugas kantor yang memusingkan itu.
Sesekali tangan lentik itu mengusap rambut yang memang sedari tadi sudah berantakan, sesuatu mengganggu kerja otak Baekhyun. Sebenarnya bukan hanya kerja otaknya saja yang terganggu, hatinya juga terusik dengan rasa yang tak karuan.
Permasalahannya sekarang, dia bingung tentang perasaannya kepada Dara dan apa yang disembunyikan Xiumin sampai-sampai nyawa Baekhyun dan Luna terancam?Hanya dua permasalan, tapi membuat Baekhyun seketika merasa ingin dimasukkan di dalam gunung merapi lalu tenggelam dengan lahar panas di dalamnya. Tapi tunggu, itu terlalu mengerikan. Lupakan saja.
Ketukan pintu membuat Baekhyun menolehkan kepalanya dan menatap pintu cokelat itu dengan rasa penasaran. Memecah rasa penasarannya, bibir itu berucap, "masuk saja". Setelahnya terdengar suara gesekan pintu dengan lantai yang dingin menampakkan Dara dengan erat memegang piring yang diatasnya terduduk rapi secangkir kopi berwarna cokelat karena tercampur dengan putihnya susu.
Rasa kecewa menyeruak di dada Dara saat Baekhyun yang baru saja melihat Dara diambang pintu mengalihkan pandangan kepada laptop yang sedari tadi menyala namun diabaikan Baekhyun.
Mengerti situasi, Dara menghela nafas panjang lalu berujar, "baiklah aku akan keluar". Dara memutar tubuhnya, keluar dan menangis. Tapi ternyata itu hanya ekspetasi setelah dengan mengejutkan sebuah tangan melingkar di pinggang Dara.
"Maafkan aku, kau pasti sangat tersiksa, 'kan?" Suara bak alunan musik yang Dara rindukan secara spontan menarik sudut bibur Dara untuk tersenyum.
"Baekhyun". Panggil Dara dengan suara yang sangat pelan, bahkan tanpa embel-embel 'oppa' yang selalu ia bubuhkan ketika memanggil Baekhyun.
"Hm?" Dagu Baekhyun mendarat di bahu sempit Dara yang terbaluk kain baju tidurnya.
"Jangan paksakan dirimu". Tiga kata dalam satu kalimat pendek itu membuat Baekhyun mengendurkan bahkan melepas pelukannya. Di ambil bahu Dara dan dibalikkan wanita itu agar Baekhyun bisa menatap wajahnya.
"Maksudmu?" Tanya Baekhyun sambil mengerutkan dahi.
"Aku tahu saat ini kau sedang bingung dengan perasaanmu sendiri, entah aku atau Luna, jangan pikirkan jawaban itu sekarang. Aku belum siap melepasmu". Ditaruhnya secangkir kopi susu itu di meja kecil berteman vas bunga yang berada di dekat pintu. Setelah itu, Dara menundukkan kepala, manik mata yang membendung air bening itu seakan mengatakan ketidaksanggupannya untuk menatap Baekhyun.
Baekhyun diam, dia memang sedang bingung sekarang. Tapi melihat gadis yang telah menemani hari-harinya selama dua tahun terakhir ini menangis membuatnya tak tega. Apa mungkin cintanya memang untuk Dara walau dia tau kebenaran yang disembunyikan Dara dan Luna selama ini?
"Setidaknya beri aku waktu untuk terbiasa tanpamu jika kau memang berpikir untuk memilih Luna". Itulah kalimat yang Dara ucapkan dengan suara yang bergetar.
Baekhyun tiba-tiba menjadi pria terbodoh sedunia karena tidak bisa mengatakan apapun di situasi seperti ini.
"Kalaupun akhirnya kau menceraikanku, anak ini akan aku berikan padamu agar warisan itu tetap menjadi milikmu. Aku akan mele--
Grep!
Kalimat Dara tak lagi dilanjutkannya karena pelukan spontan Baekhyun. Kepala Dara menabrak kuat dada Baekhyun akibat eratnya dekapan hangat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Desultory [Baekhyun Fanfiction-COMPLETED✅]
FanficSiapa sangka Byun Baekhyun dengan ketampanan luar biasa yang membuat semua orang menatapnya sempurna memiliki sisi lain dalam dirinya? Menikah dengan Choi Luna karena rencana balas dendam jiwa lainnya yang tak bisa ia atasi. Rahasia masa lalu penyeb...