BAB 29 - Wellington.

433 24 0
                                    

4tahun kemudian..

Musim salju di wellington, kata orang kota ini menjadi surganya selimut salju. Pemandangan yang membeku tapi tetap menghangatkan perasaan siapapun yang memandangnya.

"Hallo maaa.." aku menyapa mamaku dari sambungan telepon.

Seperti janjiku dulu, memberi kabar 3x sehari selayaknya minum obat.. 4 tahun sudah aku menghabiskan waktuku disini, tanpa keluarga, dan tanpa danta..

"Iya ma, lexis baik-baik aja. Besok lexis pasti balik ke rumah. Semua udah lexis atur. Sampai jumpa ma.. muah"

Aku menutup sambungan telepon, ku rebahkan tubuhku di ranjang apartment yang ku tempati, wellington tempat yang indah, disini aku merasa di hargai, aku bekerja sebagai salah satu team guide indonesia, beberapa orang indonesia yang menetap disini dan menjadi wadah terbaik untuk mereka yang baru saja datang ke wellington, mereka mempercayaiku seperti aku berada di rumahku sendiri.

"Apa kabar mereka semua?"

Aku menatap bingkai foto yang kuletakkan di atas meja, tak sekalipun aku pulang dalam 4 tahun ini. Bagaimana kabar mama? Papa? Kakak? Dan danta? Aku tersenyum tipis. Sedikit banyak aku sudah melupakan rasa sakitku, tapi bukan berarti aku sepenuhnya melupakan danta, tidak. Hatiku sama sekali tidak berpindah darinya. Mungkin sekarang dia telah menikah dan menyayangi vanya sepenuh hatinya. Atau bahkan dia memiliki seorang anak yang lucu, yang akan menjadi mahasiswa paling hits sepertinya dulu.

"Syukurlah berat badanku tidak naik lagi."

Aku beracak pinggang di depan cermin besarku, sekarang semuanya sudah sangat berbeda. Berat badanku sudah ideal dengan tinggi badanku, rambutku panjang terurai menghiasi pipiku yang sudah lebih tirus. Saat aku pulang, semua orang pasti akan terkejut, dan tidak akan ada panggilan gendut lagi untukku.

"Alexis, kamu ada tugas hari ini?" Salah seorang rekan kerjaku datang menemuiku.

"Ada kak nia. Mengantar salah satu turis ke harbour city shopping center"

"Kakak nitip beliin beberapa barang ya? Lagipula kan ini hari terakhir kamu disini." Kak nia tersenyum padaku.

Ia adalah rekan kerja terbaikku, yang mengajariku banyak hal, hingga membuatku sedikit lupa akan bebanku. Aku membalas senyumnya dengan acungan jempol.

"Siapppp.."

****
Harbour city shopping center

Aku melangkahkan kaki memasuki salah satu mall besar di wellington ini, bersama beberapa orang clientku asal indonesia juga pastinya. Kami menawar beberapa barang untuk di beli.

"Om sama tante ini asal mana?" Tanyaku berbasa-basi.

"Asal jakarta."

"Ooh"

Kami bercerita panjang lebar, namanya juga sama-sama orang indonesia, tentu saja sama-sama memiliki banyak cerita untuk dibagi. Aku menjalankan tugas hari ini dengan sebaik mungkin, setelah pulang ke indonesia, aku tidak akan kembali lagi ke wellington, tempat ini memang indah, tapi lebih indah dirumah, bersama keluarga kecilku yang bahagia.

"Ini juga ya non, tolong di bantu."

Aku mengangguk, kubawakan beberapa tas belanja milik clientku ini. Hari ini aku sama sekali tak mengeluh, aku hanya akan menghabiskan sejam lagi lalu pergi ke bandara dan terbang ke indonesia, meski ku katakan pada mama aku akan pulang besok, tapi biarlah hari ini menjadi kejutan untuk mama.

"Oke sudah, ayo kita kembali ke penginapan."

Segera kulajukan mobil dengan penuh semangat, ku antarkan mereka kembali ke penginapan, dan aku pun kembali ke apartment untuk menyelesaikan semua persiapan sebelum pulang.

"Ini pesananmu kak nia." Aku meletakkan beberapa kantong belanjaan milik kak nia.

"Udah siap pulang nih?"

"Siap. Banget malah." Aku menarik koper di samping kananku.

"Oke, ayo aku antar ke bandara."

Perjalanan yang panjang, melewati leindahan wellington, aku akan sangat merindukan kota ini, tapi sebelumnya aku harus pulang, karena ada sebuah keluarga yang juga ku rindukan di negaraku.

"Makasih ya kak nia." Aku membuka pintu mobil dan menurunkan semua barang bawaanku.

"Kamu yakin nih gak berubah fikiran? Ntar kamu kangen kakak lagi." Ledeknya sambil mencubit pipiku.

"Kita kan bisa telponan kak, kakak mah jangan urungin niat aku gitu. Aku kangen sama mama papa."

"Duhhh manisnyaaaa.."

Kak nia memeluk tubuhku dengan erat, ia sudah seperti kakak kandung bagiku, ia mencium keningku dengan lembut.

"Secepatnya kakak bakal ke indonesia. Jaga diri baik-baik ya, nanti kita hangout bareng kalo kakak udah di indonesia."

"Siap bos. Aku tunggu kedatangannya."

Aku melambaikan tanganku, kota ini telah mengajariku banyak hal, termasuk melupakan kepahitan. Kak nia terlihat meambaikan tangannya juga padaku. Langkahku mantap, sangat berbeda dengan langkah berat saat aku pertama kali menginjakkan kakiku di kota ini.

Selamat tingal wellington, mungkin kita akan bertemu lagi nanti, dikesempatan yang lebih baik. Terimakasih untuk semua pembelajaran hidup baruku. Aku akan merindukanmu.

Cinta untuk DantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang