Hari ini hujan turun dengan derasnya, langit gelap, seminggu sudah aku menghabiskan waktuku di atas ranjang ini. Mematikan ponselku, menolak semua surat pemberian danta, kadang ia datang, tapi aku meminta seluruh anggota keluarga untuk menyuruhnya pulang. Aku hanya tak ingin semakin berat, aku tak ingin menyakiti siapapun.
"Kenapa harus hujan?"
Aku menatap langit mendung, segalanya terlihat buruk, sejak kehilangan danta, aku juga kehilangn hatiku, aku membenci segala hal yang mengingatkanku padanya. Aku benci hujan, aku benci pasir pantai, dan juga mawar putih, aku benci tersenyum dan...
"Aku benci semuanya!!!!!" Spontanku berteriak.
Aku masih kacau balau, apa yang bisa ku tata untuk saat ini? Tidak ada.
"Ini untukmu." Kakakku memberikan beberapa brosur.
"Siapa tau liburan bisa bikin kamu lebih segar." Ia tersenyum meninggalkan ruang kamarku.
"Liburan?"
Aku membuka beberapa brosur di hadapanku, ini brosur luar negri. Wellington, salah satu negara dengan salju terbaik di dunia, aku mulai menyalakan laptopku, mencari beberapa informasi yang aku perlukan untuk datang kesana.
"Setidaknya ini sedikit lebih baik."
Senyumku sedikit mengembang, getir tak mungkin ku pelihara sendiri. Pelan-pelan aku harus menghapuskannya dari kehidupanku, danta harus bahagia, begitu juga denganku. Aku harus bahagia dengan caraku sendiri.
*****
"Wellington?" Mereka berteriak hampir bersamaan.
"Tapi kenapa lex?"
"Iya dek, kenapa?"
Aku memejamkan mata mendengar pertanyaan yang bertubi-tubi itu. Dan hanya mengangguk pelan saja yang menjadi jawabanku.
"Enggak lexis." mama bangkit dari tempat duduknya.
"Kakak juga gak setuju."
"Papa juga."
Mereka kompak sekali, aku harus bekerja keras untuk meyakinkannya.
"Kak, kata kakak aku butuh hiburan kan?" Aku memandang mata kakakku.
"Iya. Liburan cuma beberapa hari. Bukan seterusnya."
"Mama pengen aku moveon kan? Mama gak pengen kan aku sedih terus?" Aku mengalihkan pandanganku pada mama.
"Tapi lexis, gak harus ke luar negri juga."
"Paaa.. cuma papa yang ngerti lexis, papa yakin kan lexis bisa jaga diri disana?"
Papa menatapku lembut, hanya papa lah satu-satunya lelaki yang menjagaku tanpa pamrih, melindungiku dan paling mengerti aku. Aku harap-harap cemas menunggu jawaban papa. Matanya masih menatapku ragu-ragu.
"Papa izinkan."
Sungguh? Kami bertiga terbelalak, aku memeluk erat papaku dengan tangis haru. Mungkin ini jalanku untuk berdiri tanpa danta, aku akan melakukannya perlahan-lahan.
"Tapi dengan syarat, kamu harus ngehubungin orang rumah sehari tiga kali."
Aku menahan tangis haruku, kutatap semua orang satu persatu. Mama memelukku dengan lembut, begitu juga dengan kakakku yang meski berusaha menyembunyikan tangisannya, tapi aku yakin dia pun akan sangat merindukanku.
"Apa kamu gak mau berubah pikiran lex?" Ia memegang erat bahuku.
"Lexis bakal baik-baik aja kak, kalo nanti lexis udah siap balik kesini, lexis pasti balik." Ku peluk tubuhnya dengan penuh rasa sayang.
"Lexis ga akan kangen mama?" Mamaku mulai meneteskan airmatanya.
"Maaf ma, lexis harus ngelakuin ini. Lexis pasti baik-baik aja. Lexis bakal terus kabarin mama."
Aku pertama kali jatuh cinta, dan pertama kali juga aku harus meninggalkan segalanya karena hatiku yang rapuh. Setelah ini aku akan kehilangan danta selamanya, semua kenangan yang tercipta antara kami berdua hanya akan menjadi kenangan manis yang tak pernah kembali.
"Ma, lexis mau ke makam ara dulu hari ini. Boleh ya?"
"Iya sayang." Mama memelukku erat.
Setelah merundingkan segalanya, aku menyusun semua kebutuhan untuk pergi ke wellington, termasuk beberapa surat keperluanku. Melanjutkan perjalanan ke makam ara, hari ini aku akan bercerita banyak dengannya. Matahari terik tapi tak mewurungkan niatku.
*****
"Ara.." aku mencium nisan sahabatku itu sesampainya disana.
"Hei, aku kangen."
Ku taburkan bunga untuk mempercantik tempat peristirahatan terakhirnya, masih sangat jelas di ingatanku bagaimana ara selalu menghiburku dulu, sejak kepergiannya, aku tak pernah berhenti merindukannya.
"Dalam beberapa bulan kedepan mungkin kita bakal sulit ketemu, aku bakal pergi ke wellington, dan aku gatau kapan aku balik. Tapi kamu tenang aja, aku bakal kirim doa ke kamu. Kamu tau kan? Kamu lihat kan dari surga? Aku hancur ara, aku hancur.."
Tanpa terasa aku menangis di hadapan makam sahabatku itu, sekeras apapun aku menghibur diri, tetap ada rasa sakit yang tak terbendung dalam hatiku. Bagiku ara berjasa besar, ialah yang mengenalkanku dengan danta awalnya, hingga aku jatuh cinta dan sampai pada titik ini.
"Kamu jaga diri baik-baik ya. Aku pasti kangen banget sama kamu."
Mataku menyusuri pemandangan sekitar, aku takkan melihatnya lagi untuk waktu yang lama. Apa aku sanggup? Aku masih berusaha menahan tangisku.
"Aku pasti akan sangat mrindukanmu danta.. terimakasih untuk cinta yang pernah ku miliki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Danta
RomanceJatuh cinta? Bukankah hal yang wajar? Tapi bagaimana dengan orang yang jatuh cinta untuk pertama kali? Lalu berfikir bahwa cinta yang ia miliki benar-benar salah? Perjalanan alexis begitu terjal untuk membahagiakan danta, meski harus membagi cintany...