BAB 26 - Memori

429 22 1
                                    

Otakku berputar ke masalalu, aku demam hari ini. Aku mengingat semuanya, awal mula aku mengenal danta hingga kejadian dimana aku harus mulai belajar merelakannya. Semuanya menyeruak dipikiranku, bisakah aku melupakannya..

"Dantaaa.." aku memanggil nama itu lirih.

Ku buka mataku perlahan-lahan dan beberapa orang telah melingkar di ranjang tempatku berbaring.

"Lexis.." mata danta terlihat berkaca-kaca.

"Kamu baik-baik aja sayang?" Mama membelai rambutku lembut.

Aku mengangguk, kulihat mata danta menatapku nanar. Bibirnya tak menggambarkan senyum seperti hari-hari sebelumnya.

"Kamu baik-baik aja kan lex?" Ia menyentuh pergelangan tanganku.

"Kenapa kamu disini? Kenapa kamu disini? Kenapa!!!!" Aku meninggikan nada bicaraku.

"Lex, aku.."

"Pergi danta!! Pergiiii!!!!!!! Keluar dari sini!!!! Jangan pernah temuin aku lagi!!

Maaf danta, air mataku sudah tak bisa kutahan lagi, rasa sakit yang tiba-tiba saja datang saat semua keputusan ini harus ku ambil. Aku mencintaimu, tapi permintaan om erwin lebih dari segalanya bagiku, aku tak mungkin menjadikanmu seorang anak durhaka, aku tak ingin menjadi penghambat untuk jalan terbaikmu.

"Pergi danta!! Aku gak mau liat kamu lagi!!!! Aku muak liat kamu!!" Tanganku meraih segala benda yang ada di dekatku.

"Lexis! Lexis!!" Beberapa orang panik saat aku mulai melempar semua barang.

"Lexis!! Jangan gini lexis!! Aku gak bisa lihat kamu gini.." danta memegang kedua tanganku dan memelukku dengan erat.

"Pergi danta!! Kenapa danta? Kenapa kamu ngerusak semua kebahagiaanku!"

"Alexis, aku ga bermaksud.." danta menahan tangisannya dikepalaku.

Tubuh hangat itu masih memelukku erat, aku meraung sejadinya, beberapa orang hanya menatapku dengan tatapan duka, mata mereka semua berbinar, tapi apa yang mereka lihat tidak sesakit apa yang aku rasakan.

"Kumohon! Aku mohon danta!" Aku meringkuk menahan tangisku.

Tuhan, aku tak ingin melepaskan pelukan danta meski hanya sedetik, aku tak ingin melepaskan genggamannya meski hanya dalam mimpi. Tubuh ini hangat tuhan, hati ini nyaman, aku tak ingin meninggalkannya tuhan, mengapa kau gariskan takdir yang mematikan hatiku.

"Lexis tolong.. tolong sayang.." danta masih menahan tanganku dengan pelukannya dari belakang.

Semua kenangan danta meluap dalam otakku, "aku danta." , "aku alexis" semua masa awal perkenalan kita, semua perjalanan hingga kita sampai pada titik dimana semua kecewaku menjadi satu.

"Pergii dantaaaaa!!!!!"

Apa yang aku bisa? Hanya memberontak? Aku tak ingin menentang terlalu jauh, pasti akan lebih sakit lagi, pasti akan membuatku semakin jatuh lagi. Tidak ada yang salah dalam kisah ini, hanya kami yang tak pernah berfikir panjang tentang cinta yang tak seharusnya ini.

"Tolong nak danta.. lexis butuh istirahat." Mama terlihat menepuk bahu danta dengan lembut.

Air mata danta berjatuhan di pipi, langkahnya mundur meninggalkanku, ingin rasanya ku tahan dia untuk tidak pergi, tapi tidak lagi, ada orang lain yang berhak memilikinya, yang pasti akan mencintainya lebih dari aku. Ini untuk kebaikan danta, dan vanya.

"Maafkan aku danta, aku tak sekuat itu untuk menjadikanmu milikku.."

*****

Satu hari terasa lama saat aku sakit, tapi segalanya sedikit lebih baik sekarang. Aku masih duduk tak berdaya, tapi tatapanku masihsaja kosong. Beberapa orang berlalu lalang, dan terlewati oleh pandangan mataku, aku hanya mendekap bantal empuk sedari pagi.

"Lexis.." mama berjalan mendekatiku.

"Ada apa sebenarnya nak?" Tambah mama.

Aku hanya menelan ludah, menatap mamaku yang hanya menyaksikan kejadian tadi tanpa tau alasannya.

"Alexis gapapa ma.." aku menundukkan pandanganku.

"Alexis, kalo alexis cerita mungkin semuanya akan lebih baik."

"Mama.."

Aku masih melanjutkan tangisku, kali ini dalam pelukan mamaku, nafasku tersenggal-senggal, kuceritakan semua beban berat yang ku tanggung sendiri. Tanganku mencengkram erat baju mama.

"Percayalah sayang, tidak ada yang salah dalam setiap takdir hidup. Mungkin hari ini kamu merasakan sakit yang teramat besar, tapi apa kehendak tuhan untukmu nanti? Tuhan akan menggantikan ikhlasmu dengan hal-hal yang lebih baik."

Suara mama begitu lembut,aku memejamkan mataku, semua kecewaku sudah tak bisa ku gambarkan lagi. Aku masih ingin menumpahkan segalanya di pelukan mama.

"Sekarang lexis makan dulu ya.. nanti lexis makin sakit.."

Mama tersenyum setelah mencium keningku, aku mengangguk pelan. Hanya dalam beberapa menit mama menyiapkan makanan untukku, tidak lepas dari suapannya. Aku masih memikirkan hubunganku yang hancur. Mungkin memang ini jalan yang terbaik, seperti yang seharusnya.

"Maaf danta, aku harus melakukan semuanya. Aku mempermudah jalanmu untuk tidak mencintaiku lagi, om erwin akan bahagia dengan keputusan kita, aku juga tidak akan menyakiti hati vanya. Kurasa ini memang yang seharusnya, karena bagiku, cinta adalah ketika aku bisa memilihkan jalan terbaik untukmu, dengan tidak menyakiti orang-orang disekitarmu.. aku mencintaimu danta"

Cinta untuk DantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang