"Apa aku cantik?" Aku memandang wajahku di cermin.
"Sangat cantik.." kak nia merapikan sanggul pada rambutku.
"Kak niaaa.." aku memeluknya erat.
Gadis yang selalu menemani perjalananku di negara orang, kini datang khusus untuk menghadiri acara lamaranku. Jantungku berdegup kencang, hari ini danta akan datang bersama om dan beberapa saudaranya. Aku berulang kali menatap cermin untuk memastikan dandananku tak terlalu menor.
"Sudah siap sayang?"
"Belum maa.." aku kembali duduk di depan meja rias.
"Mbak, tolongin dong itu lupsticknya ketebelan deh kayaknya." Ucapku ad makeup artist yang ky pakai jasanya.
"Enggak kak, itu udah bagus."
"Kamu masih belum biasa aja lexis. Tenang.."
Aku menarik nafasku panjang, semoga semuanya lancar hingga akhir acara. Aku menelan ludahku, rasanya jantungku kali ini benar-benar bergeser dari tempatnya. Dengan bantuan kak nia, aku menuruni anak tangga rumahku. Hiasan bunga telah memenuhi seisi ruang tamu, mama, papa dan kakakku sudah berjaga di sofa yang di sediakan.
"Apa mereka udah dateng?" Tanyaku berbisik.
"Yaelah ga sabaran banget. Sabar kali, danta juga kan butuh siap-siap." Jawab kakakku dengan celetukan khasnya.
"Kakakk.. apaan sih!" Aku menggerutu.
Berulang kali ku pijat-pijat kepalan tanganku, aku benar-benar gugup, bagaimana prosesi lamaran itu? Bahkan aku tak pernah melihat orang lain melakukannya.
"Permisiii.." seseorang tiba-tiba muncul di depan pintu rumahku yang telah terbuka lebar.
"Itu omnya danta, dengan rombongannya." Batinku.
Stay cool please alexis.
Aku tersenyum simpul, mama mempersilahkan rombongan danta untuk masuk ke dalam rumah, prosesi di mulai. Aku duduk di sudut ruang tamu, ku lihat danta mengenakan baju warna navy yang telah ia beli sebelumnya berpasangan dengan baju yang ku kenakan. Semua orang berdoa dengan hikmat, beberapa pembicara dari pihak danta menyampaikan maksud dan tujuan untuk melamarku. Begitu juga pembicara dari pihakku, semua berjalan lancar, sebelum akhirnya acara tukar cincin di lakukan.
"Ayo berdiri.." mama memintaku berdiri mendekat ke arah danta.
Dijariku masih melingkar cincin pemberian danta yang lama, ia tersenyum melihat cincin itu masih saja ku kenakan.
"Seperti janjiku, aku bakal ganti cincin yang ini dengan cincin lamaran."
Ia melepaskan cincin pemberiannya, dan menggantinya dengan cincin lamaran di jari manisku, begitu juga denganku yang memasangkan pasangan cincin itu ke jari manisnya. Semua oramg bertepuk tangan, mata kami masih saling berpandangan, senyum saling mengembang, dan jantung sama-sama berdebar.
"Ayo dong foto donggggg.."
Kami berjajar, beberapa orang memotret kebersamaan keluarga bahagia ini. Mama, papa, kakak, dan semua orang terlihat bahagia.
"Apa kamu juga bahagia?" Bisik danta padaku.
"Menurutmu?" Bisikku balik.
"Kayaknya kamu gak ikhlas terima lamaranku.." ledeknya.
"Dantaaaaa"
Mataku melotot, danta hanya tertawa kecil melihat tingkah lakuku. Acara di lanjutkan dengan makan besar, semua berdoa, sedangkan aku dan danta asik menikmati momen berdua. Duduk berdampingan dan saling menyuapi.
Ckrek! Ckrek! Ckrek!
Lensa kamera tak luput dari kami, berasa jadi artis sehari. Aku lega semuanya berakhir baik, aku lega bisa melihat danta tersenyum bahagia lagi. Semua orang saling mengakrabkan diri, dua keluarga yang akan segera menyatu.
Jangankan batu kerikil yang akan menyandung langkah kita, badai pun mungkin akan mundur ketika melihat perjuangan kita.
"Sekarang aku udah bisa ngeliat lagi. Mau ku suapi?" Danta bersiap dengan sendoknya.
"Aakkkkk.." ku buka mulutku lebar-lebar.
"Aemmmmm.." danta memasukkan sendok itu dalam mulutnya sendiri.
"Dantaaa!!"
Orang-orang yang tengah duduk di sekitar kami tertawa geli, aku tidak perduli. Mereka bahagia? Begitupun kami, kami sangat bahagia.
"Kalo nanti kita nikah, apa kamu tetep se romantis ini?" Bisiknya lagi padaku.
"Mungkin iya di awal pernikahan, tapi kalo udah punya anak kayaknya enggak."
"Kenapa gitu?"
"Soalnya anakku pasti lebih lucu dari papanya."
"Kata siapa. Kalo kamu gak manjain aku, aku bakal titipin anak kita ke mama. Sampe kamu manjain aku."
Ia memperlihatkan wajah cemburunya. Wajahku memerah, lelaki ini selalu bisa membuatku tak pernah bosan menatapnya.
"Jika sesuatu terjadi padamu di hari kamu menabrakkan mobil itu demi aku, aku pasti takkan pernah memaafkan keputusanku. Keputusan yang ku kira akan menjadi hal baik bagimu, tapi malah hampir mencelakaimu. Akan ku tebus semua perjuanganmu dengan terus membahagiakanmu sepanjang usiamu. Tak perduli apa yang akan menjadi hambatanku selanjutnya, aku takkan pernah melepaskan genggamanmu. Aku akan terus merapatkannya sampai hanya maut yang berhak memisahkan kita.
"Aku menyayangimu lexis." Danta kembali menggodaku dengan bisikan manjanya.
"Aku nggak tuh." Jawabku ketus.
"Nggak apa?"
"Nggak mungkin gak sayang kamu."
Kami saling bertatap mata, tangan jahil danta mencolek ujung hidungku, ahh, danta, aku tak pernah menyesal mempercayakan hatiku padamu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Danta
RomanceJatuh cinta? Bukankah hal yang wajar? Tapi bagaimana dengan orang yang jatuh cinta untuk pertama kali? Lalu berfikir bahwa cinta yang ia miliki benar-benar salah? Perjalanan alexis begitu terjal untuk membahagiakan danta, meski harus membagi cintany...