Chapter 1 | edited

1K 75 3
                                    

"... Pukul sembilan pagi menghadiri rapat divisi, pukul sebelas menghadiri perjamuan makan siang dari Tuan Kim, pukul satu siang menghadiri rapat eksekutif, pukul tiga sore melakukan kunjungan ke hotel, pukul lima sore melakukan wawancara, pukul tujuh malam menghadiri perjamuan makan malam dari Tuan Byun dan itulah semua jadwal Anda hari ini, Nyonya."

Seorang wanita dalam balutan setelan formal, sejak tadi tampak memijat dahinya sambil duduk santai di kursi kerjanya saat mendengarkan sang asisten berbicara. Ia pun menengadahkan tangan kanannya, meminta si sekretaris untuk menyerahkan daftar jadwalnya hari ini.

"Terima kasih atas infonya, Nona. Kau dipecat."

Sekretaris bertubuh jangkung dengan tampang nyaris menyerupai manekin langsung membelalak setelah mendengar kalimat bosnya. "A-apa, Nyonya?"

"Kau dipecat," ulang wanita itu sambil membaca ulang tulisan-tulisan di daftar jadwalnya.

"T-tapi Nyonya ... saya baru bekerja tiga hari di sini...."

Gerah mendengar suara si sekretaris, wanita itu pun mendongak dengan alis memusat di tengah. "Kau ini banyak bicara sekali ya. Memangnya kenapa kalau kau baru bekerja tiga hari? Ini perusahaanku. Terserah akulah mau memecatmu kapan pun. Kerjamu tidak becus begini."

"Nyonya—"

"Bukankah sejak awal sudah kubilang kalau aku paling tidak suka jadwal yang padat?" potong wanita itu tanpa berkeinginan sedikit pun mendengar protes bawahannya. "Kemarin-kemarin pekerjaanmu sudah sangat bagus. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba begini? Jadwal macam apa ini yang kau buat? Kau mau aku mati muda?!"

Gadis manekin itu langsung tertunduk dalam setelah mendengar suara tinggi bosnya. Baiklah, dia mengaku salah. Daripada hari kemarin, jadwal hari ini memang terbilang penuh dari pagi sampai malam. Tapi dia sudah melakukan yang terbaik untuk mengatasinya. Sayangnya, bagi bosnya itu tidak membantu sama sekali.

"Sekarang juga kemasi barang-barangmu. Kau akan tetap kuberi gaji sebesar gaji bulanan meskipun kau baru bekerja dua hari di sini."

Kalimat yang bersifat final itu pun mengantarkan gadis tersebut keluar dari ruangan bosnya. Dia membuka dan menutup pintu dengan pelan, mulai terisak saat mengemasi semua barang-barangnya. Baru tiga hari dia berbahagia karena diterima bekerja di perusahaan besar, sekarang dia sudah ditendang keluar hanya karena pekerjaannya yang menurut sang atasan kurang maksimal.

Sementara itu, wanita muda yang menjabat sebagai bos di perusahaan itu meraih horn teleponnya. Ditekanya angka satu lama, menunggu sebentar, sebelum akhirnya tersambung ke jaringan di seberang sana.

"Carikan aku sekretaris yang baru."

Tanpa perlu berbasa-basi lebih lanjut, ia pun langsung memutus sambungan.

Kembali ia menyandarkan punggung dengan nyaman.

"Aaaaaaaaaah! Manekin sialan!"

Dia pun mendengus kasar.

Gara-gara jadwal yang dibuat mantan sekretarisnya, hari ini dia harus rela dijebak dengan berbagai jadwal yang saling berhimpitan. Padahal rencananya hari ini dia akan pulang lebih awal. Ada sesuatu yang ingin dia lakukan bersama seseorang. Tapi sialnya semua itu harus dibatalkan karena jadwal padat menyebalkan ini. Ugh....

Wanita itu pun memutar kursinya menghadap dinding kaca di seberang meja kerjanya. Dari posisinya dia bisa melihat pemandangan gedung-gedung tinggi yang seolah berlomba-lomba menyentuh langit. Bukan pemandangan yang menarik memang. Langit biru saja hanya terlihat 30% dibanding gedung-gedung tingginya. Mungkin di malam hari pemandangannya akan begitu indah. Tapi pagi hari, pukul 8 seperti ini ... apanya yang indah? Yang ada dia justru makin stres.

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang