Chapter 7

289 46 1
                                    

Genap 20 usia Sena dan Jungkook saat Jeonghan, kakak Jungkook dinyatakan meninggal setelah kurang lebih dua tahun hanya terbaring koma di ranjang rumah sakit.

Sena datang ke pemakaman bersama Soomi, Heejoo dan tiga teman SMA-nya. Jimin, Namjoon, Taehyung, Hoseok juga Seokjin yang telah debut sebagai solois dan aktor pun juga datang. Semuanya memakai pakaian serba hitam. Menyemarakkan suasana berkabung itu sekaligus menemani Jungkook yang hanya sendirian dibantu oleh bibinya dan Mingyu.

Jungkook benar-benar kurus.

Sena yang dua tahun terakhir selalu bersamanya tahu persis apa yang membuat Jungkook bisa sekurus ini.

Pria itu tetap melanjutkan kuliah. Untuk menunjang biaya kuliahnya, dia mempergunakan uang sewa rumah keluarganya. Ya, dia memutuskan untuk menyewakan rumah itu pada orang lain, dan dia memilih untuk tetap tinggal di apartemen mungilnya. Lalu untuk biaya makan sehari-hari atau keperluan lainnya, akan dia dapat dari kerja serabutannya setiap hari. Biasanya, setiap hari minggu Jungkook akan pergi ke Gwangju untuk menemani kakaknya.

Kurang tidur, kurang makan, beginilah jadinya Jeon Jungkook sekarang. Teman-teman SMA-nya sampai tidak bisa mengenali dirinya lagi karena perubahan dirinya yang begitu besar.

Jungkook tersenyum pada satu persatu dari mereka. "Terima kasih sudah mau datang."

Jimin sebagai teman pertama Jungkook sekaligus teman rusuh Jungkook, menatap Jungkook dengan begitu prihatin. Dia bukan orang yang gampang untuk dibohongi dengan senyum seperti itu.

"Yaa, makanlah yang banyak setelah ini," kata Seokjin sembari menepuk-nepuk bahu Jungkook.

"Hm, kau terlihat seperti mayat hidup sekarang," sambung Hoseok.

"Kau bisa datang ke rumahku kalau butuh makan. Eomma akan dengan senang hati memasakkan sesuatu untukmu," timpal Namjoon.

Sena yang berdiri di sisi lain Jungkook hanya bisa tersenyum sendu. Begitu banyak yang menghawatirkan Jungkook, bukan hanya dia seorang.

Jungkook tersenyum geli. Konyolnya senyumnya ini malah membuat dia mendapat makin banyak tatapan simpatik. Jimin yang sudah tidak tahan akhirnya memeluknya. Diikuti Taehyung, Namjoon, Hoseok dan yang terakhir Seokjin. Kelima pria itu berusaha menguatkan Jungkook yang malah cengengesan lucu seperti bayi yang tidak tahu apa pun. Yang ada bukan Jungkook yang menangis, melainkan mereka. Satu persatu dari para pria itu pun pamit pulang dengan mata basah.

Irene, Lisa, Jenny, Heejoo dan Soomi –kakak Sena, justru sudah menangis sejak tadi. Mereka juga ikut-ikutan memeluk Jungkook. Lalu pamit untuk pulang duluan.

Menyisakan Sena yang memang masih ingin di sana sampai Jungkook benar-benar mau kembali ke Seoul.

"Kau tidak pulang?" tanya pria itu sambil menggandeng Sena untuk duduk di sebuah bangku panjang.

"Aku akan pulang kalau kau juga pulang."

"Aku sendiri tidak tahu kapan aku akan pulang." Jungkook melepas jas-nya, kemudian membalutkannya ke tubuh Sena yang hanya memakai dress.

"Kalau begitu aku akan tetap di sini sampai kau pulang."

"Andwae, pulanglah duluan."

Sena dengan tegas menggeleng, yang akhirnya membuat Jungkook menyerah dan membiarkan gadis itu terus bersamanya.

Hari itu, setelah upacara kematian selesai, Jungkook terpaksa membawa Sena ke tempat dia menginap. Yang tidak lain tidak bukan adalah motel. Sebenarnya bisa saja Jungkook mengantar Sena dulu ke Seoul hari itu juga, tapi dia tidak mau ambil konsekuensi karena hari sudah terlalu malam.

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang