Chapter 18

271 36 2
                                    

Sejak tadi Jimin hanya sibuk membuka dan menutup kotak cincin di tangannya. Matanya memandang lurus ke depan. Pada hamparan Sungai Han yang diabaikannya karena pikirannya sedang tidak ke sana.

Darah di tangannya sudah mengering. Mungkin darahnya sudah lelah untuk mengalir keluar lagi, karena pemiliknya tidak sekalipun memedulikannya.

Dia sangat antusias ketika pergi ke toko perhiasan untuk mencari cincin yang pas juga cantik untuk Yoongi. Padahal dia tidak tahu bagaimana selera Yoonji. Dia juga tidak tahu berapa diameter jari Yoonji. Karena yang ada di pikirannya saat itu, dia hanya ingin membelikan cincin yang cantik untuknya.

Tapi ... mendadak dia merasa konyol begitu menyadari bahwa Yoonji yang dicintai dan ditunggunya sejak lama ini ternyata adalah seorang pria tulen.

Jadi dia mencintai seorang pria?

Jadi dia ingin melamar seorang pria?

Tidak mungkin.

Perasaannya benar-benar tak karuan begitu menyadarinya. Dia sangat marah. Semua orang di sana dia salahkan. Bahkan gelas yang tak bersalah pun dia remukkan sampai pecah. Kalau restoran itu adalah miliknya, mungkin dia akan menghancurkan seluruh isi restoran itu dengan tangannya sendiri.

Tapi yang sebenarnya terjadi, dia bukan marah pada orang-orang. Bukan juga pada Yoongi.

Tapi pada dirinya sendiri.

Ia begitu membenci dirinya yang terlalu naïf.

Ditutupnya kotak cincin itu yang tak sadar dia biarkan terbuka dalam waktu lama.

Sekarang cincin ini sudah tidak berguna lagi. Tidak akan ada yang menerima benda ini. Jadi untuk apa dia simpan lama-lama? Kenapa tidak dibuang saja?

Ketika dia berdiri dan bersiap melempar kotak cincin itu ala pelempar permainan bisbol, tahu-tahu seseorang merebut benda itu darinya dan duduk di kursi tersebut.

"Wah ... cantiknya. Kenapa dibuang?"

Dia pun langsung menoleh. Dahinya spontan mengerut. Seorang wanita?

Wanita atau yang boleh kita sebut gadis itu, mendongak, membalas tatapan Jimin dengan berbinar juga penuh tanya.

"Itu bukan urusanmu. Kemarikan," balas Jimin dingin sambil berusaha merebut kotak itu namun gagal karena gadis itu sangat gesit.

"Ah wae? Cincinnya terlalu bagus. Sayang kalau dibuang."

"Tolong kembalikan. Sekarang juga." Kali ini Jimin mempertegas permintaannya. Dia tidak memaksa merebut lagi, tapi berusaha bersabar dengan menengadahkan tangannya di depan wajah gadis itu.

Gadis itu cemberut. Dengan berat hati, dia pun mengeluarkan kotak cincin yang dia sembunyikan di belakang tubuh lalu meletakkannya di atas tangan Jimin. Eit! Siapa bilang dia akan memberikannya dengan mudah. Dia menarik benda itu lagi ketika Jimin akan menyentuhnya.

"Buatku saja ya? Ya? Daripada dibuang. Jebal~~"

Jimin menatap gadis itu tak mengerti. Mereka tidak saling mengenal tapi kenapa gadis ini begitu mudahnya bertingkah imut di depannya. Ah ya sudahlah, akhirnya dia pun merelakan benda itu.

"Aaaa!! Terima kasih banyak!! Akhirnya aku dapat juga kado ulangtahun!"

"Kado ulangtahun?"

Gadis itu tampaknya jauh lebih tertarik pada cincin yang kini di jari manisnya ketimbang pertanyaan Jimin. Mata bulatnya berbinar-binar senang. Ia terus mengamati cincin dengan berlian kecil di bagian tengahnya sambil tersenyum-senyum.

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang