Chapter 4

375 53 1
                                    

Esok harinya adalah hari kelulusan. Semua siswa kelas 3 SMA Bangtan beserta wali mereka datang ke sekolah untuk melangsungkan acara tersebut. Sena tentu saja bersama ayahnya, Oh Sehun. Meskipun kata ayahnya dia tidak bisa lama karena ada kepentingan bisnis, tapi setidaknya Sehun datang untuk melihat anaknya mendapat diploma.

Selesai acara kelulusan, para siswa bebas melakukan apa pun. Mau pulang langsung boleh, mau berfoto dulu dengan teman-temannya juga boleh, mau membuat pesta sendiri juga boleh.

Kelas 3-1 sepakat membuat pesta.

Sayangnya Sena terlalu malas untuk ikut pesta itu. Dia lebih memilih menyendiri di atap sekolah. Bertemankan angin, mentari, dan sampah-sampah yang sudah mengkarak bertahun-tahun lamanya.

Ia mengangkat kepalanya melihat langit biru yang begitu cerah. Sayangnya hatinya sedang tidak secerah itu.

Dia rindu Yoongi.

Sudah sebulan sejak hari itu dia tidak lagi melihat batang hidung Yoongi secara langsung. Sekalipun. Dia hanya bisa melihat wajah tampan pria itu di layar. Dari akun sns pribadinya, video-video yang diunggah olehnya, fancam yang bertebaran di Youtube. Hanya dari sanalah dia bisa mengetahui kabar Yoongi, kalau Yoongi itu baik-baik saja. Sangat baik malah.

Sepertinya Yoongi memang bertekad untuk tidak kembali ke Korea dalam waktu dekat.

Sena sudah berkali-kali datang ke apartemennya. Tapi tempat itu selalu kosong. Hanya benda-benda mati yang menyapanya ketika dia berkunjung. Biasanya dia tidur-tiduran di sofa kesayangan Yoongi sambil mengingat hari di mana ketika Yoongi dalam keadaan mabuk memintanya untuk datang. Dia selalu menyesal. Harusnya dia menikmati saat-saat itu kalau tahu akhirnya mereka akan terpisah seperti ini. Tapi takdir seolah berkata lain. Mau seburuk apa pun yang terjadi di masa lalu, inilah jalan yang terbaik bagi mereka.

Pergi ke jalan masing-masing. Menjauh dari kenyataan bahwa mereka pernah merajut sebuah kisah yang manis bersama-sama.

Ia pun reflek menoleh ketika ketukan sepatu terdengar berhenti di sebelahnya.

Jeon Jungkook.

"Mwohae?" tanya pria itu yang juga ikut-ikutan menumpukan kedua sikunya di atas pagar pembatas rooftop.

"Kau sendiri kenapa kemari?"

Jungkook langsung mengalihkan pandangan. "Aku malas sekali berada di sana. Tidak ada yang menarik."

"Ah ... begitu."

"Kau sering datang ke sini?"

"Hm."

"Apa kau sedang memikirkan Agust D?"

Sena tersenyum miring. Menunduk, memperhatikan jari-jarinya yang saling beradu ragu. "Memang siapa lagi pria yang ada dalam hidupku selain dia dan Kihyun?"

"Ah, benar juga. Namaku tidak pernah ada dalam daftar."

Gadis itu tersenyum sendu. "Mian, Kook-a. Aku benar-benar tidak bisa berkencan denganmu. Kau tahu, sulit sekali berpaling pada yang lain saat kau masih memikirkan orang itu. Kumohon sekali pengertianmu."

"Hm. Aku selalu mencoba mengerti dan memahamimu sejak tiga tahun lalu."

Sena menghela napas lelah. "Kau bahkan sudah tahu bagaimana sikapku ke Heejoo tapi kenapa kau tetap saja bersikeras menyukaiku. Semudah itukah kau berpaling dari Yoonji."

"Kau tahu, sulit sekali berpaling pada yang lain saat kau masih memikirkan orang itu. Bukannya kau sendiri yang bilang barusan?"

Sena mendengus geli. "Terserahlah."

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang