"Park Jimin! Yaa! Tunggu aku!!"
Jimin terus mempercepat langkahnya tanpa memedulikan teriakan Sena. Dia sudah terlanjur kesal pada gadis itu. Bagaimana bisa Sena tidak memberitahunya sejak awal? Kenapa dia harus tahu sekarang? Kenapa saat dia sudah memantapkan hatinya untuk melamar Yoonji?
Benar, Jimin sudah menyiapkan sebuah cincin untuk Yoonji.
Rencananya malam ini dia akan memberi kejutan pada Yoonji dengan sebuah lamaran yang mungkin tak akan terlupakan dalam hidup Yoonji ataupun hidupnya.
Tapi ... mana mungkin dia akan melamar seorang pria.
"Jimin-a, dengarkan aku dulu."
Jimin berhenti sebentar saat Sena berhasil meraih ujung sweater-nya. Tanpa menoleh atau menunggu kalimat selanjutnya, dia langsung menepis tangan itu dan berjalan lagi.
"Jimin-a ... kumohon dengarkan aku dulu."
Kali ini tangannya yang berhasil diraih. Tidak perlu berhenti lagi, dia langsung menyentak tangan itu.
Sena tidak pernah mengenal kata menyerah dalam hidupnya. Jika Jimin terus menepisnya, maka hanya ada satu cara yang mungkin tak akan bisa ditolak pria itu.
Yaitu....
Pelukan.
Benar. Jimin langsung berhenti. Juga tidak berniat menepis atau menyentak tangannya. Sempurna diam di tempat. Napasnya terdengar naik turun. Sena bahkan bisa mendengar degub jantungnya di telinga.
"Jimin-a, tolong dengarkan aku dulu. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Sungguh, aku tidak bermaksud apa-apa padamu."
"Memang kau tahu apa yang ada di pikiranku sekarang?"
"Kau pasti menganggapku telah menghianatimu 'kan?"
Jimin menggeleng pelan. Diperhatikannya tangan kanannya yang masih berdarah-darah. "Ini semua akibat kebodohanku sendiri."
"Jimin-a...."
"Seharusnya aku berani untuk mencari tahu. Bukannya hanya diam saja dan menunggu tanpa kepastian. Ini bukan salah siapa-siapa. Bukan salahmu, bukan salah Jenny, bukan salah semuanya. Tapi aku. Aku yang sangat bodoh ini."
Sena pun mengeratkan pelukannya. "Tidak, Jimin-a. Ini salahku. Aku tidak memberitahumu karena ... karena ... karena aku ingin melindunginya. Dia adalah Agust D, dia artis, public figure di seluruh dunia. Aku tidak mau dia kenapa-napa. Kumohon maafkan aku, Jimin-a. Jangan salahkan dirimu, jangan salahkan Jenny atau dia juga. Aku saja. Silahkan salahkan aku dan hukum aku. Aku memang—"
Sena tak melanjutkan kata-katanya karena Jimin tiba-tiba melepaskan pelukannya dan berbalik padanya. Menatapnya intens dengan mata yang sendu. "Bisakah kau biarkan aku sendiri? Aku butuh waktu untuk berpikir."
Jimin pun melepaskan tangan Sena, lalu berbalik dan berlari begitu saja. Sena berniat mengikutinya lagi, tapi urung dia lakukan saat tak sengaja melihat Jimin yang tengah menyeka matanya.
Semuanya selalu terasa menyakitkan ketika identitas Yoonji terkuak. Apa hanya dia yang merasa bahagia ketika menyadari bahwa Yoonji adalah pria?
Di sisi lain.
"Kau ingin membicarakan Sena?" tanya Yoongi yang langsung membuat Jungkook berhenti berjalan. Mereka sudah berada cukup jauh dari restoran itu. Dan hanya ada mereka berdua saja di sana.
"Kuperingatkan kau untuk tidak mendekati Sena lagi," balas Jungkook tanpa berminat untuk memutar badannya.
Yoongi mendengus geli. Entahlah, terdengar lucu saja. "Sudah kuduga. Sebegitu takutkah kau jika Sena akan berpaling lagi padaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY [Completed]
FanfictionSequel dari Hello School Girl Hanya ada dua pilihan. Bertahan atau pergi. RANK: #116-jhope (13/05/18)