Chapter 24

234 32 5
                                    

Tanggal pernikahan mereka telah ditentukan. Keduanya sudah sepakat untuk menikah dalam waktu dekat. Sehun pun merestui dan menyetujui keputusan mereka. Hanya terhitung hari lagi Sena akan mengganti marganya dengan marga Jeon.

Hari-hari sebelum pernikahan, mereka sibuk mengurusi keperluan pernikahan dan menyebarkan undangan. Semua teman SMA mereka diundang. Juga teman sejurusan Sena, teman sejurusan Jungkook dan relasi bisnis Oh Corp. Pernikahan ini akan digelar dengan sangat mewah karena banyak eksekutif yang akan datang untuk memberi selamat pada pewaris tunggal Oh Corp sekaligus untuk menyambut seorang direktur baru yaitu Jeon Jungkook yang rencananya akan menjadi tangan kanan Sehun dalam menjalani perusahaan.

Jimin turut berkontribusi dalam pernikahan ini sebagai penanggung jawab acara. Daripada kedua calon pengantin, dialah yang paling sibuk. Karena dia harus benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, demi saudara dan sahabatnya. Dia menyebar undangan ke rumah teman-teman SMA-nya. Mengontak para wedding organizer, menyiapkan lokasi yang cukup untuk diisi semua tamu undangan, mencarikan butik untuk gaun dan jas kedua pengantin, dan lain-lain. Sampai-sampai dia lupa makan.

Kalau sudah begitu, pasti Yeon akan mati-matian mengomelinya.

Yah ... faktanya, Jimin berkencan dengan gadis imut tapi konyol itu. Baru seminggu sih, tapi kelakuan Yeon padanya sudah seperti mereka telah berpacaran lama. Yeon itu tukang mengomel, tidak seperti ibunya, Hyemin yang dari sononya sangat kalem sampai-sampai membuat orang sungkan untuk menggertaknya. Ah, kenapa jadi membahas Jimin dan Yeon?

Harusnya saat ini kita membahas tentang bagaimana Sena bersikeras memberikan undangan pernikahannya sendiri pada Yoongi. Tampak gadis itu tengah mondar-mandir mengikuti Jungkook yang tengah merajuk. Dia sudah mengutarakan keinginannya itu dan sesuai dugaan, Jungkook menolak.

"Ayolah Kook-a, sekali saja. Ini yang terakhir, aku janji."

Jungkook tetap menggeleng. "Kubilang tidak, ya tidak."

Sena mengerucutkan bibirnya. Dia mengekor saat Jungkook pergi menuju kulkas. "Aku bersumpah tidak akan ada yang terjadi. Hanya memberikan ini saja. Plisss, sekali saja."

"Kau bisa suruh Jimin memberikannya," balas Jungkook cuek sambil meneguk air dingin di sebuah botol.

"Jimin tidak mau menemuinya. Kau 'kan tahu sendiri bagaimana mereka saat terakhir kali mereka bertemu?" Sena mencoba berdalih. Padahal sebenarnya Jimin oke-oke saja. Toh dia bisa mengirimkan undangan itu lewat jasa pengiriman karena Yoongi tinggal di Amerika.

"Memang apa peduliku?" ketus pria itu sembari memasukkan kembali botol itu ke dalam kulkas lalu bergegas menuju sofa di ruang tengah Sena. Berniat melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda.

"Kook-a~~ Jebal~~ Sekaliiii saja aku—"

Sena tersentak saat tiba-tiba Jungkook berhenti dan langsung berbalik padanya. Jarak mereka terlalu dekat. Dia pun mendongak. Bertemu pandang dengan Jungkook yang tengah menatapnya tajam penuh intimidasi.

"Beritahu aku, kenapa kau sangat ingin bertemu dengannya? Hanya karena ingin memberikan undangan? Jimin bisa melakukannya, toh dia juga sedang di Amerika 'kan? Atau jangan-jangan, kau sudah membuat janji dengannya? Di belakangku?!"

Nada suara Jungkook yang meninggi spontan menggetarkan tubuh Sena. Jungkook tidak pernah membentaknya seperti ini, dan sekarang Jungkook melakukannya. Mata pria itu nyalang, dan tampak mengerikan sama seperti saat mereka menghadiri reuni kecil sebelum pernikahan Jenny-Namjoon. Entah kenapa dia takut sekali, takut melihat Jungkook seperti ini. Kini dia merasa kondisinya seperti seekor kelinci kecil yang sedang berhadapan dengan serigala yang marah. Sekali saja bergerak, habis sudah.

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang