Chapter 3

405 49 4
                                    

Merekrut asisten baru bukannya mendapat jadwal yang lebih singkat, dia justru harus terima saat jam-jam santainya makin berkurang karena jadwal yang sangat padat. Salahkan Jeon Jungkook yang sudah membuat hidupnya seperti ini. Juga ayahnya yang turut memperburuk suasana. Harusnya waktu itu dia tidak usah memecat si manekin. Bahkan jadwal yang dibuat si manekin tidak sampai semengerikan ini. Dia bahkan sampai telat makan karena jadwal-jadwalnya.

Tahu-tahu sudah pukul 11 malam dia bertahan dengan berbagai berkas yang harus ditandatangani dan mulai merasa lapar karena belum makan malam sejak sore tadi. Ia pun segera melepar bolpoinnya sembarangan. Berdiri, mengambil langkah seribu keluar dari kantor dan duduk kembali di kursi yang berhadapan dengan seorang pria berkacamata yang sedari tadi sibuk membaca berkas.

"Aku lapar~"

"Kau sudah selesaikan semua tugasmu?" tanya pria itu cuek. Dia membalik halaman berkasnya dengan tenang.

"Masih ada sedikit lagi. Tapi aku lapar sekali sekarang."

"Selesaikan dulu."

"Kook-a~~ Aku lapar ... aku belum makan apa pun sejak sore tadi."

Pria itu membenarkan letak kacamatanya, lantas menorehkan tinta di atas kertas berkas itu. "Aku juga sama."

"Maka dari itu, ayo cari makan dulu."

Jungkook menumpuk berkas yang sudah selesai dia teliti di sebelah kirinya. Ia pun menyimpan kembali bolpoin ke dalam tempat pensil, kemudian menatap Sena lekat-lekat.

"Kau mau makan sekarang tapi lembur, atau makan nanti tapi pulang sebelum pukul duabelas?"

Gadis itu meraih tangan Jungkook, mencubit-cubitnya kecil sambil cemberut. "Berkasnya banyak sekali. Kalau tadi sore kau tidak memberiku jadwal pertemuan dengan Angelo Grup, aku mungkin bisa menyelesaikannya sebelum jam sepuluh. Ini salah siapa coba?"

Jungkook menghela napas. Benar juga. Dia memberi Sena jadwal pertemuan dengan eksekutif perusahaan itu dari pukul 6 sore sampai 8 malam untuk menggantikan Sehun yang sedang perjalanan bisnis ke Swedia sampai minggu depan. Gara-gara itulah mereka melewatkan makan malam karena sudah dibombardir dengan segudang berkas yang harus dicek dan ditandatangani hari ini juga. Sebenarnya berkas-berkas itu adalah untuk Sehun juga. Tapi karena alasan perjalanan bisnis itu, semua berkas pun dialihkan pada Sena. Hitung-hitunglah belajar menjadi calon presdir.

Pria itu pun melepas kacamatanya dengan tangannya yang bebas, kemudian bangkit sambil menggenggam tangan Sena. "Kaja. Kita makan dulu."

Kedua mata gadis itu langsung berbinar. Ia pun memekik riang. Menimbulkan senyum tersendiri di wajah Jungkook.

--

Mereka hanya makan samgyetang di warung tenda dekat gedung Oh Corp.

Sebenarnya Sena ingin membayar bill-nya. Tapi Jungkook melarangnya dan membayar bill mereka. Untung saja mereka tidak tambah macam-macam jadi uang yang dikeluarkan dari dompet tipis Jungkook pun tidak begitu banyak.

Selesai makan, Sena bilang dia ingin jalan-jalan dulu sambil minum kopi. Jungkook toh menurut saja untuk menghindari perdebatan panjang lebar dengan gadis keras kepalanya itu.

Gadis itu menelusupkan jari-jari kecilnya ke sela-sela jari manly Jungkook. Dia tersenyum tipis ketika pria itu balas menggenggamnya erat.

"Tanganmu pas sekali di tanganku," ujarnya sambil menyesap sedikit kopi hitamnya.

Jungkook memasukkan tangan mereka ke dalam saku jas-nya. "Mungkin ini yang disebut jodoh."

Sena terkikik geli. "Kau ini bisa saja."

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang