Chapter 13

245 42 1
                                    

Kehidupan Yoongi tanpa Sena menjadi sangat berbeda.

Padahal dulu sebelum masuk SMA Bangtan, dia tidak sampai seperti ini.

Sebentar-sebentar melamun. Sedikit-sedikit menghela napas. Menulis lagu yang menjadi kegiatan favoritnya saja mendadak terasa hambar.

Alhasil dia pun membanting penanya ke atas meja.

Karirnya kini sedang ada di puncak, tapi mengapa motivasinya mendadak terjun bebas?

"Aku tahu kalau kita sudah berjanji untuk saling melupakan satu sama lain. Aku juga tahu kalau kemungkinan kita bersama itu kecil. Aku akan hidup dengan pilihan yang kubuat mulai dari sekarang. Kuliah, mulai magang di perusahaan Ayah, mulai belajar berdandan, mengambil kelas memasak, pergi jalan-jalan kemana pun yang kuinginkan. Aku akan hidup seperti itu. Tapi ... bolehkah aku tetap menyimpan perasaan ini?"

Bibirnya mengulum senyum tipis. Tipis sekali.

Tentu saja kau boleh melakukannya, pikirnya. Karena ia juga sudah melanggar janjinya sendiri.

"Yaa, kau terlihat seperti gelandangan. Aku sedang mengambil gambarmu. Tersenyumlah."

"Kau mengambil gambarku?"

"Hm. Untuk kenang-kenangan."

Buru-buru dia pun menyingkirkan buku catatannya, lalu menarik laptopnya mendekat. Jari telunjuknya sibuk bergerak-gerak di touchpad, begitu juga dengan matanya yang tidak rela berkedip barang 0.1 detik.

Hingga kemudian foto seorang gadis terpampang jelas di layar laptopnya.

Jari telunjuknya spontan berhenti bergerak.

Ia tersenyum.

"Bogosipda...."

Padahal belum lama ini dia kembali ke Amerika. Dan anehnya dia sudah sangat merindukan gadis itu. Pikirannya tertinggal di SMA Bangtan. Tiap pagi, dia akan selalu menoleh ke sisi kiri ranjangnya. Berharap ada Sena yang iseng tidur di sana dengan posisi meringkuk ke arahnya. Atau paling parahnya dia berharap Sena mengagetkannya dengan back hug saat dia sedang memasak.

Pikirannya sudah sangat terkontaminasi oleh gadis itu.

Hampa rasanya saat mereka tak lagi bisa bercanda, berbicara, bertengkar, dan mengasihi satu sama lain.

Perlahan namun pasti, diusapnya gambar Sena di layar laptopnya itu.

Betapa bahagianya saat dimana dia bisa melihat senyum itu lagi.

Senyum yang polos, tulus dan cantik.

Dia bahkan tidak mampu memuji gadis itu di masa lalu. Yang keluar dari bibirnya justu kata 'babi', 'si berlebihan', 'anak kecil'. Benar-benar kata yang tidak bermutu.

Sungguh pria brengsek.

Tapi siapa tahu, dia itu sering pulang ke Korea akhir-akhir ini. Hanya saja tidak ke apartemennya, tapi menginap di studionya di Big Hit atau di apartemen Chanyeol. Dia tahu kalau Sena selalu datang ke apartemennya. Dia juga tahu kapan tepatnya Sena datang. Karena dia selalu mendapat info itu dari sekuriti apartemen yang diamanahinya untuk memantau siapa saja yang datang ke unitnya. Bahkan dia memasang CCTV di unitnya untuk mengawasi apa saja yang dilakukan Sena di sana.

Sekali dia pernah datang ke apartemennya untuk menemui gadis itu.

Sayangnya gadis itu sudah tidur duluan.

Inginnya memberi kejutan tapi ... ya sudahlah.

Dia mencoba untuk tidak meninggalkan jejak apa pun. Sebenarnya dia ingin menyelimuti gadis itu, tapi dia cemas kalau seandainya Sena akan menyadarinya. Dia juga ingin memberinya bantal. Bahkan ingin memindah gadis itu ke kamarnya saja agar tidak kedinginan di sana. Sayangnya dia takut.

Takut kalau kehidupan Sena akan berantakan lagi karenanya.

Namun setelah Sena sudah tidak pernah lagi muncul di apartemennya, dia juga berusaha untuk melupakan gadis itu. Karena dia pikir, "ah, mungkin dia lelah. Mungkin dia bosan. Mungkin dia sadar kalau saat ini adalah waktunya untuk berhenti". Jadi dia juga memutuskan berhenti dan fokus ke karirnya.

"Hyung, kau sudah dengar berita tentang Jungkook?"

Hari itu saat dia sedang pulang ke Korea untuk bertemu dengan Bang Si Hyuk, Seokjin juga ternyata sedang ada di sana, baru datang dari suatu tempat.

Yoongi mengerutkan dahinya bingung saat melihat wajah sembab Seokjin yang tak biasa.

"Kakaknya baru saja meninggal. Hari ini."

"Ha? Kau yakin?"

"Hm. Sekarang dia benar-benar hidup sendirian."

"Apa maksudmu? Lalu orangtuanya?"

"Jadi kau sungguh tidak tahu beritanya? Orangtuanya sudah meninggal dua tahun yang lalu. Kecelakaan mobil."

"Sena sudah tahu?"

Seokjin menyeringai tipis. "Kenapa kau malah menanyakan Sena?"

Yoongi tidak menjawab lagi dan memilih untuk mengganti topik pembicaraan.

Dia memutuskan untuk menelepon Sena setelah melalui banyak pertimbangan.

Dadanya berdesir aneh saat mendengar suara gadis itu. Perasaannya ternyata masih sama. Dia menyukai suara bangun tidur Sena. Tentu saja dia hafal, karena mereka pernah tinggal di satu kamar yang sama selama hampir setahun.

Tapi ada yang beda dari Sena saat dia menelepon gadis itu.

Sena terus membicarakan Jungkook.

Memang sih, awalnya dia juga ingin membahas tentang Jungkook. Tapi dia sudah berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Kesannya mereka seperti sedang berputar-putar di satu tempat yang sama bagaikan mobius strip. Kenapa harus karena Jungkook? Kenapa harus bersama Jungkook? Apakah ada sesuatu di antara mereka?

Dia cemburu.

Ini adalah obrolan mereka, dan itu berarti tidak boleh ada orang lain yang masuk dalam obrolan mereka ini.

Haruskah dia mengutarakan dengan jelas apa yang sedang dirasakannya sekarang?

"Sena ... bogosipda...."

Konyol, kenapa justru kata itu yang keluar? Seharusnya dia bilang saja kalau dia tidak suka mendengar Sena terus menyebutkan nama Jungkook. Itu bahkan bukan kalimat yang sulit untuk diungkapkan.

Sayangnya tidak ada respon yang memuaskan dari Sena. Gadis itu terus saja diam. Yang kemudian membuatnya sadar kalau Sena saat ini telah berubah.

Mungkinkah itu karena Jungkook?

Dan dia pun mendapatkan jawabannya saat menghadiri pesta pernikahan Chanyeol. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat Sena datang bersama Jungkook. Berdua, menaiki motor besar. Cara Jungkook melepaskan helm dari kepala Sena dan membantu gadis itu merapikan rambut, cara Jungkook menatap Sena yang sedang bicara, sanggup membuat dirinya panas. Itu bukanlah hal yang dilakukan oleh teman pria, hanya pasangan kekasihlah yang melakukan itu.

Padahal dia sudah sangat berekspektasi besar pada kesempatan ini.

Dia memutuskan berhenti menjadi rapper setelah mengikuti wamil. Usianya sekarang sudah 28 tahun. Ayah dan ibunya terus mendesaknya untuk segera menikah. Ya, menikah. Tapi dia bilang pada orangtuanya kalau dia akan menikah di usia 30.

Karena dia ingin memastikan apakah Sena masih memiliki ruang untuknya.

Dia yakin kalau dia bisa menunggu sampai usianya 30.

Sayangnya di hari itu, hari pernikahan Chanyeol, Sena sudah menolaknya secara tak langsung.

Sena lebih memilih Jungkook daripada dia.

Bohong kalau dia bilang dia baik-baik saja.

Dia sangat tidak baik-baik saja.

Kalau saja dia tidak sadar telah memiliki Davidson, mungkin dia akan melakukan banyak gila dengan melukai dirinya sendiri. Cinta itu bisa memberikan pengaruh yang besar terhadap psikologis seseorang.

Jadi, sepulang dari sana, dia pun bertekad untuk tidak menikah dan akan hidup bahagia bersama Davidson.

Kalaupunmenikah, dia hanya ingin bersama Sena. 

TBC

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang