Chapter 19

275 42 2
                                    

Karena telah menjadi keluarga Oh, Jimin yang awalnya hanyalah seorang pemuda lulusan jurusan modern dance yang bekerja sebagai koreografer di sebuah agensi kecil pun diputuskan untuk ikut bekerja di perusahaan Oh Corp. Sehun tidak setega itu untuk menjadikan Jimin sebagai batu loncatan Sena. Baginya Jimin sudah menjadi anaknya sendiri dan dia rasa memperlakukan secara adil adalah sesuatu yang bijaksana. Tapi karena Jimin belum punya pengalaman sama sekali di perusahaan, maka Sehun menyuruhnya untuk bekerja dari bawah dulu, yaitu sebagai karyawan biasa. Namun, karena kedatangan Jimin bertepatan dengan jadwal cuti Heejoo, maka Jimin pun langsung diangkat menjadi manajer bidang SDM.

Dia tidak tahu, kalau bekerja di sana akan mempertemukannya dengan gadis imut tapi konyol yang ditemuinya di Sungai Han beberapa waktu lalu. Jung Yeonha, menatapnya dengan mata berbinar-binar saat gadis itu berdiri di depan mejanya.

"Ahjussi! Kau bekerja di sini juga?"

Jimin memindai gadis itu dari atas ke bawah. Rambut diikat rapi, kaos sweater abu-abu, rok span selutut, sepatu tinggi warna hitam, dan wajah yang dipoles make up.

Manis.

Buru-buru dia menggeleng pelan.

Yeon mengerutkan dahi bingung.

"Kenapa kau kemari?" tanyanya sok wibawa.

"Oh itu, aku ingin menyerahkan ini. Hasil wawancara kerja kemarin. Dari limapuluh orang, hanya seperlima diantaranya yang masuk kategori layak untuk menempati kursi kosong di Departemen HRD. Kami berencana untuk mengadakan seleksi lanjutan. Tapi sebelum itu, kami ingin meminta izin pada Tuan ... Jimin-nim, ya Park Jimin-nim untuk pengadaan seleksi lanjutan."

Jimin meraih dokumen itu, membuka-bukanya sebentar lalu menutupnya lagi. "Apakah harus dengan izinku dulu?"

"Tentu saja. Kau adalah manajer utama di Departemen HRD."

Sebenarnya Jimin tidak tahu apa-apa saja yang harus dilakukannya sebagai manajer. Bahkan sejak tadi saja dia hanya sibuk membuka-buka dokumen di meja tanpa tahu apa yang harus diperbuat.

Tapi mengingat siapa orang yang diajaknya bicara sekarang, sebisa mungkin jangan perlihatkan kalau dia tidak tahu apa pun.

"Oke, lakukan saja."

Jimin berharap gadis itu segera pergi dari hadapannya.

Akan tetapi, yang ada gadis itu malah menatapnya balik, seperti menunggu sesuatu.

"Apa? Apa lagi? Aku sudah mengizinkanmu. Kenapa tidak segera pergi?"

Yeon meraih dokumen itu, membukanya lalu didorongnya mendekat pada Jimin. "Tanda tangannya."

Jimin mendadak terbatuk begitu menyadari kebodohannya. Dia pun segera meraih bolpoin dan menorehkan tanda tangannya di bawah tulisan, Manajer SDM sekalian menuliskan namanya. Begitu selesai, Yeon pun menarik dokumen itu lagi.

Tapi gadis itu tidak segera pergi.

"Wae?" Kali ini Jimin sudah sangat kesal. Pergilah, kenapa masih berdiri di sini, pikirnya.

Tiba-tiba gadis itu mencondongkan badannya ke depan. Jimin menarik badannya ke belakang. Tapi dia tertarik lagi ke depan karena Yeon menarik kerah kemejanya. Dia bisa merasakan tangan gadis itu bergerak di sana.

"Yaa, kau mau apa? Ini bukan tempat yang pantas untuk melakukan itu, eo?"

Jimin sungguh tidak tahu apa yang sedang dilakukan gadis itu. Dia sedang berusaha menjauhi gadis itu dengan mendongakkan kepalanya ke atas. Tapi dia bisa merasakan tangan gadis itu yang sibuk di sana.

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang