Chapter 25

291 39 6
                                    

Karena Sena yang memintanya sendiri, Yoongi pun akhirnya terbang ke Korea hari itu juga. Beruntung masih ada tempat kosong di pesawat yang bisa ditempatinya untuk terbang ke negara asalnya. Dia sangat antusias. Pasalnya kali ini dia bahagia sekaligus penasaran setengah mati kenapa Sena tiba-tiba meneleponnya dan memintanya untuk datang ke Korea.

"Ada yang ingin kukatakan padamu."

Begitulah apa yang diucapkan Sena yang sampai sekarang terus memenuhi isi kepalanya.

Padahal dia tidak pernah seantusias ini saat ingin pulang ke Daegu menemui kedua orangtuanya. Tapi Sena ... ah gadis itu, sedikit yang dilakukannya ternyata menjadi pengaruh yang besar untuk Yoongi. Dia sangat menantikan hari esok datang untuk segera bertemu dengan seseorang yang telah mengisi hatinya 8 tahun terakhir ini.

Dan hari itu pun datang.

Yoongi sudah duduk manis di sofa miliknya. Menunggu kedatangan Sena –yang katanya akan berkunjung dengan sebuah hoodie kebesaran dan makanan yang terhidang di atas meja. Itu adalah makanan yang dibuatnya sendiri. Dia menyuruh Sena untuk tidak sarapan dulu sebelum datang.

Bunyi seseorang yang sedang mengetik sandi pun sontak membuat Yoongi menegakkan punggungnya. Sempat dia bimbang antara ingin menyambutnya atau hanya duduk saja. Tapi karena rasa rindunya yang tinggi, dia pun memutuskan untuk menyambut kedatangan gadis itu.

"Wasseo?" tanyanya dengan senyum lebar sambil menunggu Sena selesai melepas sepatu. Segera diraihnya pinggang gadis itu untuk masuk ke dalam pelukannya.

Sena tidak berkutik. Dia hanya terlalu terkejut dengan sikap Yoongi yang tiba-tiba.

"Bogosipda," bisikkan itu terdengar sedikit menggelitik perutnya. Seolah memperingatkannya untuk segera menjauh dari pria ini. Sena pun lantas mendorong bahu Yoongi. Sayangnya dorongan itu terlalu pelan sehingga rangkulan Yoongi di pinggangnya belum terlepas.

Posisi mereka yang seperti ini justru makin membuat Yoongi merindukan Sena-nya. Ia menyunggingkan senyum manisnya sambil mengusap rambut Sena yang telah berubah hitam. Matanya menatap lurus pada mata itu. Sial, dia sangat-sangat rindu mata itu. Dengan lembutnya dia menyingkirkan sejuntai rambut Sena yang menutupi sebelah pipinya. Tch, benar apa yang dia bilang dulu, Sena itu masih memikirkannya. Buktinya gadis ini tidak bergeming diperlakukan begini olehnya. Mungkin dicium pun juga tidak akan protes.

Perlahan namun pasti Yoongi mempersempit jarak di antara wajah mereka. Sementara salah satu tangannya berada di kepala belakang gadis itu, berfungsi mendorong wajah Sena untuk mendekat juga.

Dan seperti yang Yoongi duga, Sena benar-benar tidak protes. Gadis itu hanya bergeming ketika bibir mereka saling bertemu. Dia bisa merasakan sensasi lengket dan licin di bibir gadisnya. Apakah mungkin Sena memakai lip balm? pikirnya. Tapi dia berusaha mengacuhkan itu dan tetap menekan bibir gadis itu hingga memori tentang mereka 7 tahun lalu kembali terputar.

"Begini, bagaimana kalau diganti dengan berkencan di apartemen saja? Aku sudah sangat mengantuk sekali dan sekarang kau menyuruhku jalan-jalan ... hah ... aku benar-benar harus tampil baik besok."

Sayangnya Sena masih cemberut.

Yoongi mulai kehilangan akal. "Arasseo! Sekarang katakan apa maumu! Kau boleh sebutkan apapun asal bukan jalan-jalan lagi. Minta black card-ku silahkan. Pokok bukan jalan-jalan."

Kalimat itu berhasil membuat senyum di wajah Sena. Oke, Yoongi sekarang tahu bagaimana cara yang tepat untuk membujuk Sena. Dia hanya perlu mengucapkan kalimat magis 'katakan apa yang kau mau' dan wajah cemberut gadis itu pun akan menghilang dengan sendirinya.

STAY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang