Chap 18

4.3K 333 1
                                    

"HAH! BELLA PACARAN SAMA PAK ALWAN?!" Pekik Daffa setelah mendengar gosip dari teman temannya. Raka mengangguk meyakinkan bahwa gosip itu adalah benar.

"Jangan asal nuduh lo, siapa tau cuma mitos" Ujar Daffa masih tidak percaya, mereka semua menatap Daffa bingung, tidak biasanya Daffa mengomentari atau tidak percaya dengan gosip yang mereka bicarakan.

"Lo suka sama Bella? Kayaknya nggak terima gitu dia sama pak Alwan?" Daffa terdiam sesaat, lalu beberapa detik kemudian tawa nya pecah dan menatap teman teman nya ini aneh.

"Kalian waras? Mana mungkin gue suka sama nenek lampir" Ujar Daffa meredakan tawa nya dan melihat teman teman nya itu.

"Yee.. Sialan, gitu gitu dia mantan gebetan gue lhoo" Ujar Anton membela Bella. "Gebetan yang nggak di anggap" celetuk Daffa yang membuat teman teman nya tertawa.

"Ehh.. shuut.. ada orangnya" Ujar Raka menyenggol sikut Daffa yang masih tertawa. Daffa melihat Bella lalu segera menutup mulutnya, menahan tawa nya.

Daffa memperhatikan Bella yang duduk di bangkunya, gadis itu melirik Daffa sekilas lalu fokus kepada buku biologi di tangan nya.

***
Waktu istirahat tiba, Shabilla duduk bersama teman teman nya di bangku kantin, dia memandangi Daffa dari kejauhan, cowok itu sedang tertawa bersama teman teman nya. Senyum nya sangat manis, pikir Shabilla.

Shabilla menggeleng berusaha menghilangkan pikiran itu, namun mata nya tidak ingin pergi dari sosok seorang Daffa. Matanya masih menatap Daffa.

Hingga, Daffa balik membalas tatapan nya. Mata mereka bertemu walaupun dengan jarak jauh, terlihat Daffa tersenyum. Shabilla terdiam entah kenapa tubuhnya kaku, sulit untuk digerakkan dan bibirnya serasa lumpuh, tidak bisa membalas senyuman Daffa saat ini.

Yang bisa dia lakukan adalah menatapnya dan menatapnya, hanya itu. Daffa masih sama, namun tiba tiba ia mengalihkan pandangannya kepada sosok wanita di depan nya. Yunita!

Daffa tersenyum melihat kedatangan gadis itu, dan terlihat Daffa bangkit dari duduk nya dan mengajak gadis itu pergi dari kantin.
Shabilla tampak kecewa melihat itu semua, mengapa hatinya serasa panas? Melihat Daffa dengan Yunita berjalan berdampingan, apa selama ini dia hanya mempermainkannya? Menjadikan nya sebagai bahan lelucon? Jika iya. Shabilla akan membenci sosok Daffa selama lama nya.

***
"Gue seneng banget!! Daffa bilang dia mau deket sama gue! Liat! Dia ngasih gue cokelat, ihh seneng" seru Yunita sambil memamerkan cokelat yang ia banggakan itu.

"Beneran? Akhirnya lo di notice juga sama Daffa" Ujar Kyla lalu menepuk bahu Yunita. "Ini bukan mimpi kan? Gue seneng banget" Ujar Yunita sambil melirik kearah Shabilla sinis.

"Gue sama Daffa sebentar lagi bakal jadian! Jadi mulai sekarang gue nggak mau liat Daffa deket sama cewek lain" Ujar Yunita lantang dan menekan kalimat terakhir.

Shabilla merasa tersindir, karena dari semua anak kelas sepuluh, hanya dia yang sangat dekat dengan Daffa.
Ariana melihat Yunita dengan tatapan tidak suka nya. Dia tau apa yang dirasakan Shabilla.

Yunita tersenyum penuh kemenangan, dengan kebohongan nya. Dia bisa menjauhi Shabilla dan juga Daffa.

***
Sejam sebelum Yunita kembali ke kelas.

"Jadi, lo mau ngomong apa?" Tanya Yunita, senyum nya mengembang sempurna melihat sosok Daffa dihadapan nya ini.

"Hmm lo deket sama Shabilla?" Senyum Yunita luntur saat mendengar nama Shabilla. Yunita mengerutkan keningnya, menatap Daffa bingung.

"Shabilla? Maksud lo?" Tanya nya.

"Ini" Daffa memberikan sebatang cokelat yang ia sudah siapkan untuk Shabilla.

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang