Chap 45

3.4K 205 0
                                    

"Pagi," Shabilla agak terkejut ketika ia membuka gerbang rumahnya dan mendapati seorang laki-laki yang sedang duduk di atas motor ninja nya. Sekarang, laki-laki itu sedang tersenyum kearah nya.

"Mau berangkat sekolah? Bareng aja kalau gitu, aku juga mau berangkat sekolah," entah kesambet setan apa, Shabilla pun tidak tau tiba-tiba saja Daffa sudah berada di depan rumahnya dan berniat berangkat ke sekolah bersama-sama tanpa menghubungi Shabilla terlebih dahulu.

"Mau sampai kapan diri matung kayak gitu? Udah hampir tiga puluh menit loh aku nungguin kamu di depan rumah, lama banget yah dandan nya. Dasar cewek," Cibir nya seraya tersenyum geli menatap Shabilla.

"Apa sih! Mana boleh pake make up ke sekolah? Yaudah yuk berangkat daripada telat," Shabilla mengambil helm yang Daffa berikan kepada nya. "Mama, Shabilla berangkat yah, dianterin Daffa." Teriak Shabilla dari luar rumah.

"Sebentar sayang," sahut Mama nya lalu tidak lama kemudian munculah seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumahnya dan berjalan ke arah mereka berdua. "Ada nak Daffa, Tante nggak sadar kalau ada kamu,"

Daffa mengangguk, "nggak apa-apa kok Tan, saya kesini cuma pengen jemput pacar saya aja," Ujar Daffa sambil melirik Shabilla yang membuat wajah Shabilla memerah.

"Jadi udah pacaran nih? Wahh kamu nggak bilang sama Mama. Yaudah kalian berangkat yah, Daffa jangan ngebut yah, jaga pacar kamu ini. Dan untuk kamu Shabilla, ceritakan semua ke Mama sepulang sekolah," Ujar Mama Shabilla dengan senyum yang mengembang sempurna.

Shabilla menatap Mama nya malas-malasan lalu segera mencium punggung tangan wanita itu, begitupun dengan Daffa. Shabilla menaiki motor Daffa lalu tersenyum kearah ibunya sebelum akhirnya motor itu telah tancap gas.

***
"Kamu tau kan akibat nya apa kalau ketauan Bu Tirta kita gandengan tangan kayak gini? Daff jangan nekat deh." Omel Shabilla. Mereka telah sampai di sekolah, dan ketika berjalan menuju koridor tiba-tiba saja Daffa langsung mengenggam tangan cewek itu yang membuat Shabilla panik setengah mati, takut jika ada guru yang melihat.

"Ehh.. iya iya," Daffa melepaskan genggaman nya itu lalu menatap Shabilla dengan tatapan maaf. Dia tidak ingin kekasih nya itu akan masuk ke dalam BK.

"Pagi Bu," sapa Shabilla dan Daffa ketika melihat Bu Tirta yang berdiri di koridor, mereka berdua lalu mencium punggung Bu Tirta secara bergantian. "Saya masuk dulu Bu,"  Ujar Shabilla dan Daffa kompak lalu mereka berdua kembali berjalan menuju tangga. Menaiki anak tangga satu persatu.

Daffa menaiki tangga sambil tersenyum, dan Shabilla pun melakukan hal yang sama. Mereka berdua berpisah Daffa yang harus berhenti di lantai tiga sedangkan Shabilla yang harus menaiki satu lantai lagi untuk sampai di kelasnya.

Sebelum pergi menuju kelas nya, Daffa memegang kedua pipi Shabilla yang terasa dingin di tangan nya. "Nanti pulang tunggu aku yah, kita pulang bareng. Jangan lupa nanti makan! Awas aja kalau aku nggak nemuin kamu di kantin, aku bakalan dateng ke kelas kamu sambil bawain beberapa macam makanan dan kamu harus habisin itu semua di hadapan aku." Ancam Daffa yang membuat bulu kuduk Shabilla meremang.

"Wow,"

"Yaudah itu aja yang pengen aku omongin, dadah cantik," sebelum pergi Daffa menatap Shabilla sambil tersenyum lalu kemudian mengacak pelan rambut Shabilla dan segera berbalik melangkahkan kakinya menuju kelas.

***
"Daffa! Daritadi kamu ibu liatin kerjaan nya cuma melamun sambil senyum-senyum sendiri, kamu gila?" Omel Bu Ratih. Daffa langsung tersadar dari lamunan nya lalu kemudian melemparkan pandangan nya kepada wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan kelas.

"Saya? Melamun? Nggak kok Bu, ibu salah liat. Orang saya lagi dengerin ibu kok," Jawab Daffa santai sambil nyengir.

"Sekali lagi saya liat kamu melamun, kamu harus kerjakan soal dari halaman 210 sampai 225! Nggak boleh jawab asal-asalan, nggak boleh jawaban nya 'Saya tidak tau'. Awas aja kamu yah!" Omel Bu Ratih lagi dengan tatapan tajam yang jelas-jelas ditujukan untuk cowok tengil yang duduk di bangku paling pojok.

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang