Chap 43

3.1K 223 1
                                    

"Shabilla?" Shabilla melihat Daffa yang tengah memperhatikan dirinya. Shabilla menatap mata Daffa, walaupun dari kejauhan mata Daffa mampu membuat jantung nya berdegup dua kali lebih kencang.

Cowok itu melangkahkan kaki nya menuju ambang pintu, "ngepain disini?" Tanya nya ketika sudah berdiri di hadapan Shabilla. Nada dingin nya seperti es yang membuat hati Shabilla membeku.

"Itu.. si Rian ngambil ka—" kata-kata nya terhenti ketika ia melihat Daffa menunjukkan kalung berliontin 'S' itu dihadapan Shabilla. "Kalung ini?" Shabilla mengangguk dan hendak mengambil kalung itu. Namun dengan cepat daffa menjauhkan kalung itu dari dirinya.

"Kenapa lo lepas? Lo benci sama gue? Makannya lo lepas kalung nya?" Shabilla menunduk lalu menggeleng pelan, "bukan,"

"Terus apa? Lo udah ada cowok baru? Makannya lo lepas?" Tanya Daffa dengan nada yang menuntut. Shabilla mendongak lalu menatap kedua mata cowok itu. "Tadi kalung nya nyangkut di rambut gue, jadi gue lepas terus gue taruh di atas meja, tapi si Rian ngambil terus bawa lari kalung nya." Jelas Shabilla. Dia tidak mau disalahkan dalam hal seperti ini.

Shabilla juga tidak mau melepaskan kalung itu, karena hanya kalung itulah bukti cinta Daffa pada nya. Karena kalung itu lah yang menjadi penyemangat hidup nya.

"Jadi, ini yang salah Rian?" Shabilla mengangguk ketika mendengar kata-kata Daffa, "oke kalung lo gue sita dulu, sekarang lo boleh pergi," Daffa menjauh dari hadapan nya lalu menutup pintu ruang basket. "Tapi it--" Shabilla tersentak ketika melihat pintu itu tertutup rapat di hadapan nya.

"Ini semua gara-gara Rian!" Umpat Shabilla.

***
Daffa keluar dari ruang basket dan hendak berjalan menuju kelas nya, namun tiba-tiba tangan nya ditahan oleh seseorang dari belakang. Daffa langsung menoleh dan melihat orang itu.

"Julian?" Daffa melihat sinis kearah cowok itu. Julian melepaskan tangan nya dan melihat Daffa dengan tatapan penuh penyesalan.

"Maafin gue Daff, gue sama sekali nggak mau ngerusak hubungan lo. Gara-gara gue lo jadi putus sama Shabilla," Daffa mendengus kesal.

"Maaf? Iya! Emang gara-gara lo gue sama Shabilla putus! Gara-gara lo juga gue sama Shabilla jadi ngejauh! Mau lo tuh sebenarnya apa sih Jul? Gue ini sahabat lo. Kenapa lo tega ngambil cewek yang jelas-jelas udah dimilikin sama sahabat lo! Lo tuh sahabat gue atau bukan sih Jul?" Ujar Daffa dengan amarah.

"Gue tau gue salah, gue minta maaf. Sekarang gue nggak bakal ganggu hubungan lo lagi sama Shabilla. Tapi lo harus balikan sama dia, gue kasian sama dia karena selalu nangis gara-gara lo. Pleasee lo balikan sama dia," kata Julian sambil memohon kepada Daffa.

"Gue tau lo masih sayang sama dia, kenapa kalian nggak balikan? Gue minta maaf Daff, gue minta maaf, pleasee Daff,"

"Udah telat. Dia udah suka sama cowok lain Jul, udahlah lo juga nggak salah kok, sorry karena udah terlalu marah sama lo. Seharusnya lo bilang kalau lo suka sama dia, biar nggak kayak gini jadinya." Nada bicara Daffa tiba-tiba halus, tidak seperti tadi.

"Udahlah, udah nggak ada yang lo sesalin, gue.. pamit dulu," Daffa menepuk pelan pundak Julian lalu kemudian berbalik meninggalkan cowok itu.

Di hati Daffa masih terselip rasa kesal dan benci kepada Julian. Tapi dia tidak bisa bersikap seperti ini, walaupun begitu Julian selalu membantu dirinya jika dia dalam kesusahan dalam pelajaran maupun dalam pertengkaran. Diantara yang lainnya, sejujurnya Julian lah yang paling dekat dengan Daffa. Namun akhir-akhir ini semenjak dia kenal dengan Shabilla, Daffa merasa Julian selalu menjauh dan tidak mau bergabung seperti biasanya.

Seharusnya Daffa tau, kalau gerak-gerik Julian sudah menunjukkan kalau cowok itu suka dengan Shabilla. Jujur, dia paling benci dengan nama nya pengkhianat di dalam persahabatan. Tapi, dia harus memaafkan Julian. Harus,

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang