Chap 30

3.5K 254 2
                                    

"Daffa, wehh akhirnya udah sadar juga lo! Gue kira lo koid" Ujar Rehan, melihat Daffa yang sekarang tengah tersenyum.
Anak-anak kelas sebelas tiga langsung menuju rumah sakit sepulang sekolah, saat mengetahui bahwa Daffa sudah sadar.

"Ye kali gue koid, orang gue punya nyawa 50" Canda Daffa yang disambut dengan tawaan beberapa teman-temannya.
"Kucing kali ah" Celetuk Tobi.

Daffa tersenyum lalu kemudian mata nya mulai mencari-cari seseorang di antara kerumunan orang yang mengelilingi ranjangnya.
"Bella mana?" Tanya Daffa akhirnya, setelah berusaha mencari sosok gadis itu.

"Cieee.. nyariin.. anak kelas sepuluh tiga mau diapain?" Seru Anton dan dibalas cengengesan kecil dari Daffa.
"Gue suka sama Bella? Mau ditinju gue sama Pak Alwan?"

"Jangan bawa-bawa Pak Alwan yah!" Balas seorang gadis dengan suara yang agak cempreng nya, berdiri di ambang pintu.
"Panjang umur" Ujar Tobi tiba-tiba, Bella mendekat kearah ranjang Daffa, dia berdiri tepat di samping Daffa.

Lalu Bella segera menyentil kening cowok itu dengan sangat kencang.
"Aww.." Ringis Daffa lalu memegangi keningnya dan mengusapnya pelan.

"Lo tuh! Jangan sebar gosip!" Pekik Bella, Daffa hanya nyengir melihat wanita itu. "Enak aja godain lo, kangen yah sama gue? Tau kok, gue mah emang berpengaruh buat lo lo semua" Ujar Daffa menunjuk semua anak kelas sebelas tiga yang berdiri mengelilingi ranjang Daffa.

"Najis.. amit-amit gue kangen sama lo"
Daffa hanya tertawa kecil melihat tingkah Bella, dia kembali menatap teman-teman nya.
"Makasih, udah mau dateng"

"Kita semua kan keluarga" Ujar Reno dan Daffa hanya terkekeh kecil.
"Gue dapet peran apa nih di keluarga?" Tanya Daffa, semuanya terdiam.

"Bapak!" Sahut orang yang paling belakang, yakni adalah Syarief.
"Bapak?" Tanya Daffa mengulangi
Mereka semua mengangguk setuju.

"Ada bapak pasti ada ibu dong, ibunya siapa?" Tanya Daffa lagi, semuanya terdiam lagi.
"Bella!" Sahut Syarief lagi, dan langsung dapat pelototan tajam dari Bella.

Meledaklah tawa mereka, namun tidak dengan Bella, dia lebih memilih melototi Syarief daripada ikut ketawa.
"Kenapa Bella?" Tanya Anton setelah tawanya mereda.

"Liat aja, Bella kan punya pelototan yang tajem, udah mana dia sering melotot lagi, kayak emak-emak" jawab Syarief santai, tidak memperdulikan pelototan Bella padanya.

Suara tertawa terdengar lagi, kali ini lebih besar. Syarief memang rada-rada.
"Ibunya Bella?" Tanya Daffa dan Syarief mengangguk.
"Ogah!" Tolak Daffa dengan kencang.
Kini Bella berganti melihat Daffa dengan tatapan tajam nya.

"Lo pikir gue mau sama lo? Ihh najis" balas Bella menolak saran Syarief.
"Gimana kalau ibunya di kelas lain aja?" Tanya Daffa, teman-teman nya terdiam sebentar.

"Maksud lo Shabilla?" Tebak Anton dan Daffa mengangguk. "Uhh pinter" Ujar Daffa.
"Bolehlah bolehlah" Jawab Syarief lagi, kali ini suaranya mengikuti Jarjit di serial anak anak Upin&Ipin.

Tawa kembali meledak. Daffa hanya tersenyum melihatnya.
"Kalau gue sama Bella, ntar nilai matematika di rapot gue merah lagi" Ledek Daffa, lalu dengan cepat Bella mencubit pinggang anak itu.

"Ihh kan gue bilang jangan bawa-bawa Pak Alwan!" Ujar Bella, Daffa meringis kesakitan, cubitannya walau sebentar tapi sakitnya minta ampun.

"Assalamualaikum" suara bariton cowok dari ambang pintu membuat semua orang yang ada disana menoleh.
"Dateng noh orangnya" Ujar Anton, Bella diam tidak bisa berkutik melihat orang yang ada disana.

Pak Alwan ada disana, ehh tunggu..
Dia tidak sendiri, karena ada seorang wanita dibalik tubuhnya.
Daffa tersenyum melihat gadis itu.
Pak Alwan melangkahkan kakinya dan berjalan menuju ranjang Daffa, mereka semua memberi jalan untuk Pak Alwan.

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang