Chap 16

4.3K 333 0
                                    

"Makasih yah Kak" Ujar Shabilla, Daffa mengangguk. "Jangan Kak, Daffa aja" Ujarnya

"Yaudah, makasih yah Daff" Ujar Shabilla sambil tersenyum. "Yaudah gue pulang dulu yah, lo jangan tidur malem karena mikirin gue" Goda Daffa, Shabilla langsung memasang wajah cemberut nya.

"Pulang sana!" Ujarnya dan Daffa tertawa. "Gue diusir? Oke, gue pulang dulu yah.. dadahh" Ujar Daffa sambil tersenyum lalu tidak lama, motornya melaju meninggalkan rumah Shabilla.

Shabilla masuk kedalam rumahnya, dia langsung pergi ke kamar setelah melihat ruang tengah tidak ada orang. Shabilla menutup pintu kamar nya.

Dia tersenyum, tadi.. Daffa menembak nya, ingin dirinya menjadi pacarnya, rasanya sangat senang. Mendapatkan Daffa sungguh anugerah luar biasa, karena Daffa diperebutkan oleh kakak kelas ia di sukai hampir seluruh kelas 12 dan 11, dan mungkin beberapa orang kelas 10.

Shabilla sangat ingin memberitau sahabatnya tentang hal ini, tapi rasanya tidak mungkin, karena Yunita menyukai Daffa.

Yunita bukanlah sahabat Shabilla, karena dia tidak pernah peduli dengan masalah yang sedang dialami sahabat sahabat nya. Dia hanya menjadi sahabat kalau dia butuh.

Apa yang harus dia katakan? Menjawab 'Ya' atau 'Tidak'. Shabilla sangat bingung.
Ini bukan cinta pertama nya, tapi mengapa rasanya seperti jatuh cinta untuk pertama kalinya?

Dia bingung. Membalas cinta Daffa apa tidak membahayakan dirinya?

***
"Bisa dibilang begitu, caranya dia natap lo tuh beda" Shabilla mencerna perkataan Ariana, yang diucapkan nya mungkin benar. Masih sulit dipercaya jika Daffa Rizky Putra meminta nya untuk menjadi pacarnya.

Bisa saja itu akal akalan Daffa saja, untuk menjadikan Shabilla korban lelucon nya. Kalau itu sampai benar benar terjadi, lihat saja. Besok! Dia akan ditemukan tidak bernyawa di atas ranjangnya.

"Kalau dia cuma bercanda gimana? Lo tau kan, Kak Daffa itu orangnya jahil banget, supeeerr jahil" Ujar Shabilla melihat Ariana dengan tatapan putus asa.

"Ya ampun, jahat banget dia kalau ngejahilin nya sampe anak orang baper kayak gini"

"Yaudah ah! Yuk ke kantin, gue males lama lama di kelas" Ujar Ariana lalu menarik paksa tangan Shabilla, Shabilla terdiam lalu mengikuti langkah kaki Ariana menuju kantin.

***
Hari sudah semakin siang, namun sedari tadi Shabilla tidak bertemu dengan Daffa, kemana anak itu? Biasanya setiap istirahat dia selalu lewat di depan kelas sepuluh tiga.

Lewat karena ingin melihat Shabilla, kadang juga lewat karena dikejar sama perempuan perempuan karena Daffa udah ngejahilin mereka.

Shabilla jalan di koridor berharap berpapasan dengan Daffa di jalan nanti, dia menuju perpustakaan yang letaknya disamping kelas sebelas tiga.

Shabilla menghentikan langkah kakinya saat berada di depan kelas sebelas tiga, dia tidak melihat Daffa di sana. Kemana dia?

Dia tidak masuk hari ini?

"Nyari siapa dek?" Shabilla menoleh kearah laki laki yang sedang berdiri di sampingnya.

"Kak Julian? Hmm ini.. hmm itu.." Kenapa jadi gugup begini?

"Wah, itukan gebetan nya Daffa" Suara Anton terdengar dari kejauhan yang membuat Julian bingung.

"Gebetan? Lo deket sama Daffa?" Tanya Julian, Shabilla mengangguk ia menarik nafas panjang dan mengeluarkan nya.

"Kak Daffa nya nggak masuk yah?" Tanya Shabilla, Julian terdiam tidak menjawab pertanyaan nya.

"Kak.."

"Eh.. hmm iya, dia nggak masuk" Ujar Julian tersenyum simpul, Shabilla mengangguk, pantas saja dari tadi dia tidak melihat Daffa berkeliaran di koridor sekolah.

"Dia sakit, katanya" Ujar Julian lagi, Shabilla langsung segera melihat wajahnya.

"Sakit apa kak?" Tanya Shabilla spontan, rasa khawatir ada dibenak nya saat ini

"Demam" jawab Julian singkat, nada bicaranya berubah menjadi dingin.

"Kakak tau alamat rumahnya?" Tanya Shabilla, kali ini Julian kaget mendengar perkataan Shabilla , apa anak itu benar benar menyukai Daffa?

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang