Chap 5

5.8K 429 6
                                    

Hari ini sangat cerah, Senin pagi yang sangat indah, namun bagi Shabilla Senin pagi adalah suatu keramat! Dia benar benar benci hari Senin. Karena ketika hari Senin tiba, semua pikiran kembali untuk bersekolah, hanya libur 2 hari saja belum cukup bagi Shabilla.

Seharusnya lebih adil lagi dengan sekolah, masuk seminggu, libur seminggu. Itu baru seimbang.

"Billa" Panggil Ariana saat melihat Shabilla sedang berjalan ingin memasuki gerbang sekolah.

"Eh, Ariana" Ujar Shabilla tersenyum melihat sahabatnya ini.

"Enggak ada pr kan?" Tanya Ariana, Shabilla terdiam, mengingat ngingat

"Ada" Ujar Shabilla singkat, yang berhasil membuat wajah Ariana memucat. "Eh serius? Beneran? Aduh, belum ngerjain gue" ujarnya panik, Shabilla melihat wajah Ariana

Lalu ia tertawa, Ariana heran. "Gue bercanda Ri, ih segitu takutnya yah sama pr" Ujar Shabilla, Ariana sekarang sedang memasang wajah cemberut nya.

"Udah ah, jelek tau kayak gitu" Ujar Shabilla lalu kembali melangkah kan kakinya.

"Shabilla nyebelin..."
Ujar Ariana memukul pelan bahu Shabilla, sedangkan Shabilla hanya terkekeh.

***
Yunita memutarkan bekas botol air mineral, 5 orang wanita sudah duduk melingkar, mereka sedang bermain Turth Or Dare atau ToD. Mereka bermain ToD karena guru Matematika mereka sedang mengurusi suaminya yang sedang sakit

Botol itu bergerak pelan, Yunita lewat, Ariana lewat. Hingga botol itu berhenti kearah Shabilla, Shabilla berdecak kesal, lagi lagi dirinya.

"Kejujuran, atau tantangan?" Tanya Yunita.

"Tantangan aja deh" jawab Shabilla santai.

"Bagus! Tantangan. Oke, Ariana lo mau ngasih tantangan apa?" Tanya Yunita melihat kearah Ariana yang sedang bingung.

"Hmm, kita semua ikut lo aja deh Ta" Ujar Ariana dan disetujui oleh teman teman nya.

"Oke" Yunita kembali melihat Shabilla. "Gak muluk-muluk kok Billa" Ujar Yunita tersenyum

"Lo harus dapetin nomor dan tanda tangan satu orang cowok ganteng di SMA ini! Ada 5 orang pilihan!" Ujar Yunita tersenyum sinis.

"Apaa?" Pekik Shabilla.
"Siapa aja orangnya?" Tanya Shabilla, semoga ada yang dikenalnya.

"Yang pertama, Kak Reno, anak kelas XII-2. Dia itu ganteng, terus sempurna banget dah" Ujar Yunita

"Terus, Kak Fadil anak kelas XI-6, dia itu kapten paskibra"

"Ketiga, Kak Rehan. Anak kelas XII-1. Dia bukan anak eskul, tapi.. sumpah dia ganteng" Ujar Yunita histeris.

"Keempat, Kak Rian. Anak kelas XI-4, dia ketua Silat"

"Terakhir.."
Shabilla tampak penasaran, siapa orang yang terakhir.

"Orang yang gue incer dari dulu. Namanya Daffa Rizky Putra, anak kelas XI-3, yang sebangku sama lo. Dia kapten basket, yang super jahil" Ujar Yunita histeris.

Syukurlah.. ada yang ia kenal, tidak begitu kenal sih, tapi harus bagaimana lagi? Shabilla menyesal memilih tantangan.

"Sepulang sekolah, tuh tanda tangan sama nomor udah ada di gue!" Ujar Yunita, Shabilla menelan ludah dan mengangguk. "Ya"

***
Shabilla mengendap-endap melihat kearah kelas XI-3 , ia melihat Daffa sedang berada di depan kelas, sambil ngumpul bersama teman teman nya.

Shabilla berjalan sambil menyembunyikan kertas dan pena di belakang tubuhnya, ia menghampiri Daffa dan kawanan nya itu.

Anton melihat bahwa Shabilla akan datang kemari.
"Shabilla" Daffa menoleh dan ia mendapati seorang gadis cantik.

"Billa" Ujar Daffa. "Hmm Hai Kak" sapa Shabilla dengan ramah, dan dibalas dengan senyum Daffa yang menenangkan.

"Ada apa? Tumben lo ke kelas anak sebelas?" Tanya Daffa, Shabilla terlihat tampak gugup, ia benar benar bingung. Bagaimana meminta nya?

"Hmm ini..hmm itu.." Daffa menatap gadis itu heran. "Sehat dek?" Daffa segera menempelkan telapak tangan nya di kening Shabilla, memastikan apa gadis itu baik baik saja?

"Badan lo nggak panas, lo kenapa? Dijegat? Diculik? Hah?"

"Hmm.. anu Kak.. hmm"

"Anu? Anu apa" Ujar Daffa dengan senyum miringnya, namun Anton segera mencubit pinggang Daffa hingga ia meringis kesakitan.

"Sialan lo" Ujar Daffa. "Masih polos bego!" Ujar Anton dan Daffa hanya terkekeh.

Daffa kembali menatap Shabilla yang menunduk

"Gue duluan" Ujar Anton masuk kedalam kelas, tak mau menganggu dua orang ini.

"Kalau nggak penting, gausah kesini! Nyape nyapein lo aja, sana balik ke kelas" Usir Daffa.

"Itu Kak" Shabilla kembali berbicara.

"Itu itu terus! Gue cium lo lama lama" Kata kata Daffa berhasil membuat Shabilla mendongak kan kepalanya dan menatap Daffa.

"Apaan? Itu apaan yang lo maksud?" Tanya Daffa lagi, kesabaran nya hampir habis.

Shabilla memejamkan matanya, lalu membuka nya kembali.

"Udah ah! Capek ngomong sama lo" Daffa hendak masuk ke dalam kelasnya namun dengan cepat Shabilla menahan tangan nya.

"Aku minta nomor sama tanda tangan kakak!" Ujar Shabilla cepat.
Daffa terdiam mematung, ia melihat gadis itu.

Pipi nya bersemu, Shabilla akhirnya melihat Daffa juga. "Aku minta tanda tangan sama nomor kakak" ulang Shabilla

Daffa terdiam. Benarkah seorang perempuan meminta nomor telepon nya?

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang