Chap 27

3.1K 242 0
                                    

Shabilla duduk sambil menatap lurus ke depan, pikiran nya kosong, mata nya sembab, dia tidak bisa tidur semalam, hanya karena memikirkan Daffa.
Shabilla memejamkan matanya, berusaha untuk kembali fokus pada pelajaran, usaha nya sia-sia, dia tidak bisa berhenti memikirkan Daffa saat itu, padahal di depan sudah ada Pak Alwan yang sedang berkoar-koar menjelaskan cara matematika.

"Sabar" Ariana mengusap punggung Shabilla, berita itu sudah tersebar di Mading, Daffa yang sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Seluruh sekolah telah mengetahui nya.

Shabilla mengangguk, dia mengambil pena nya dan mulai menulis tak jelas di buku. Otaknya sama sekali tidak mau belajar, yang dia inginkan saat ini adalah menjenguk Daffa, menunggunya hingga sadar.

Air mata gadis itu menetes, membasahi buku matematika yang sedang ia coret-coret.
Andai saja waktu itu dia tidak marah dengan Daffa, pasti tidak akan terjadi seperti ini.

Dia baru menyesali semua nya, kemarahan nya kemarin malah berdampak buruk pada Daffa. Dia dijegat oleh geng Kak Aldi, dan memukulnya hingga ia masuk ke UGD.
"Hikkss.." isakan kecil keluar dari bibir Shabilla, dan sebelum isakan itu membesar, ia menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Air matanya jatuh membasahi pipinya.

Tidak! Dia tidak boleh menangis, matanya akan semakin sembab nanti. Tapi, untuk menolak air mata ini sangat sulit.
Shabilla menunduk menyembunyikan tangisnya dari semua orang.

***
Pelajaran Pak Alwan selesai, dan ini adalah jam istirahat. Shabilla masih diam di bangku nya, rasanya berat untuk pergi ke kantin padahal hanya sekedar membeli cilok saja. Tapi dia lebih memilih duduk di bangkunya.

Yunita berjalan kearah meja Shabilla sambil membawa cilok di tangannya.
Yunita menaruh cilok itu di meja Shabilla.

Shabilla tidak memandangnya, melihat cilok itu saja tidak, tatapan nya masih sama, lurus ke depan.
"Bill" Yunita bersuara, Shabilla masih sama tidak membalas perkataan nya.

"Bill maafin gue" Ujarnya lagi, lalu berjongkok di samping Shabilla. "Gue minta maaf" Ujarnya lagi, tatapan Shabilla masih sama tidak melirik Yunita sama sekali.

"Gue tau gue salah, gue emang nggak pantes buat pegang tangan dia, gue emang bodoh, udah bikin lo marah" Ujar Yunita menatap lekat gadis yang tengah terduduk menatap lurus ke depan.

"Lo nggak salah" Shabilla akhirnya membuka suara, ia juga melihat kearah Yunita.
"Gue salah Bill, sal-"

"Lo nggak salah, ini semua salah gue" potong Shabilla, Yunita menunduk.
"Gue yang terlalu cemburuan" lanjutnya lagi.

"Sampe gue nggak tau kalau Daffa dalam masalah besar" mengucapkan kata-kata itu membuat mata nya kembali berkaca-kaca.

"Gue nggak tau kalau dia malam itu di tonjokin sampe bonyok sama Kak Aldi" Air mata Shabilla menetes, dia benar-benar sangat cengeng.

"Gue nggak tau, kalau dia lagi kesakitan diluar sana, gue nggak tau kalau dia lagi di tonjokin, dipukulin, ditendangin, gue nggak tau. Malam itu yang gue tau cuma.. cuma.." Shabilla tak sanggup melanjutkan kata-katanya, air matanya kembali mengalir dengan deras dan kembali membasahi kedua pipinya.

"Yang gue tau malam itu cuma.. dia ngingkar janji nya sama gue, dan gue marah sama dia, bersumpah nggak mau deketin dia lagi, nyuekin dia, gue nggak tau kenapa dia bisa ngingkar janji itu. Gue nggak tau kenapa dia nggak dateng malam itu, dan gue dengan bodohnya ngambil kesimpulan kalau Daffa itu cuma mau mainin gue hikks.." Isak Shabilla terdengar, dia meremas rok nya, hatinya benar-benar hancur mengatakan itu semua.

"Lo makan yah, Daffa pasti sedih banget kalau lo sampe sakit gara-gara dia" Ujar Yunita lalu mengenggam tangan Shabilla yang sedang meremas kuat rok nya.

"Gue sayang banget sama dia Yun, gue sayang banget hikks.." Tangisnya terdengar lebih kencang, dan ia lebih kuat meremas rok nya. Yunita iba melihat itu semua, dengan cepat dia langsung memeluk tubuh gadis itu.

"Lo yang sabar, Daffa pasti sembuh, tenang aja yah" Ujar Yunita mengusap punggung Shabilla, Shabilla masih menangis, air matanya terus-menerus menetes.

"Dia bakal selalu ada disamping lo, tenang aja yah Bill" Ujar Yunita lagi, Shabilla mengangguk.

Aku menyayangi mu, dan mencintai mu dengan tulus, maaf jika aku selalu bersikap seperti anak kecil, yang gampang marah dan cemburu. Namun, apakah kamu tau? Aku cemburu karena aku..
Mencintai mu..

***
Hari ini Shabilla berencana akan pergi kerumah sakit, menjenguk Daffa disana, Raka bilang Daffa belum juga sadarkan diri, Shabilla makin sedih mendengar cerita itu.

Dia berdiri di depan gerbang, biasanya jika sudah waktunya pulang, Daffa akan selalu menunggu nya di depan, menawarkan untuk diantarkan pulang tapi Shabilla selalu menolak nya.
Tapi, untuk sementara sosok itu tidak ada.

"Woy!" Seseorang meninju pelan bahu Shabilla, Shabilla melihat kearah orang yang berani-berani nya menunju bahunya itu.
"Rian! Sialan lo" Omel Shabilla, lalu kembali menatap lurus ke depan.

"Jangan bengong mulu, kesambet lo" Ujar Rian lalu ikut menatap lurus ke depan.
"Ada apa? Nggak biasanya lo kayak gini sama gue" Tanya Shabilla langsung, Rian nyengir dan langsung merogoh tas nya, mengeluarkan amplop berwarna pink dari sana.

"Gue lupa ngasih ini sama lo, dari Daffa. Kemarin dia ngasih itu ke gue, gue beneran lupa" Ujar Rian menyodorkan amplop itu pada Shabilla.
"Beneran?"

"Masa bohong, udah nih, gue mau balik" Shabilla mengambil amplop itu dan tersenyum kecil. "Makasih" Ujar Shabilla, Rian mengangguk kecil lalu pergi dari gerbang.

Shabilla memperhatikan amplop itu.
Karena penasaran, Shabilla segera merobek ujung amplop tersebut dan mengambil isinya, ia membuka kertas itu. Tulisan nya sangat bagus tidak berubah.

' Gue bener-bener minta maaf sama lo, semua yang lo fikir itu salah! Gue nggak pernah suka sama Yunita, gue cuma suka, sayang dan cinta sama lo.

Dia itu cuma mau minta maaf, nggak lebih, maafin gue Bill, gue nggak mau kita berantem, gue nggak mau lo cuekin gue.

Lebih baik gue dicuekin sama Bu Tirta, lebih bagus, daripada harus dicuekin sama lo. Satu hari lo nyuekin gue, rasanya kayak seribu tahun di neraka tau nggak.

Oke, gue tau gue emang alay, tapi.. pleasee.. maafin gue yah?
Maafin pacar lo yang alay ini
Gue mohon.

Intinya, gue sayang sama lo

-Daffa ganteng (lagi sedih karena didiemin pacar) '

Shabilla terkekeh kecil membaca surat itu, masih sempat yah dia bercanda?
Jadi kangen..

Shabilla memasukkan kembali surat itu kedalam amplop nya.
Sudah dua kali laki-laki itu mengirimkan surat padanya dengan warna amplop yang sama.

***
Hallo, maaf yah cerita nya jelek banget. Vote yah, jangan jadi silent reader.
And kalau mau kasih kritik dan saran, silahkan, aku bakaltunggu itu.
Oh ya, jangan lupa baca cerita karya @nabilaathifa02 "Into The New World"
Makasih :)

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang