Chap 48

3.2K 195 0
                                    

Sayup-sayup terdengar suara lonceng sepeda dari lantai bawah. Shabilla sedang mengikat tali sepatunya di dalam kamar, setelah selesai dia berdiri menghadap cermin, Shabilla tersenyum puas ketika dirinya sudah sangat cantik.

Kring.. Kring..

Shabilla menoleh heran mendengar suara lonceng sepeda yang terus-menerus terdengar. Shabilla keluar dari kamarnya dan ia melihat Mama nya yang sedang berdiri di dapur sambil menghadap kompor. "Ma? Itu sepeda siapa sih?" Ujar Shabilla seraya turun dari tangga dan menghampiri Mama tercinta nya.

"Tetangga sebelah mungkin," Mama nya menaruh nasi goreng di meja makan. "Shabilla makan yah Ma." Shabilla duduk di meja makan berdampingan dengan Ayah nya.

Hanya butuh waktu 5 menit bagi Shabilla untuk menghabiskan sepiring nasi goreng itu. Shabilla sepertinya harus masuk ke dalam acara makan tercepat, dan sudah pasti dia yang juara pertama.

"Pa, aku ke gerbang duluan yah." Ujar Shabilla dan Papa nya mengangguk masih menikmati kopi hitam buatan Mama nya yang luar biasa enaknya. Shabilla bangkit lalu mencium punggung tangan Mama nya dan segera pergi keluar rumah.

Betapa terkejut nya dia saat membuka gerbang dan disana sudah ada sosok cowok tinggi yang sedang duduk di atas sepeda nya. Shabilla mengerutkan kening nya melihat orang itu dengan heran. "Daffa?"

"Pagi sayang, kita berangkat bareng yuk? Aku naik sepeda. Jangan naik motor terus nanti polusi," Ujar Daffa seperti seorang ketua RT yang memberi tahu kepada masyarakat nya tentang bahaya nya polusi udara.

Shabilla tersenyum geli, pacarnya sudah benar-benar berubah dan Shabilla dapat merasakan nya. Akhir-akhir ini Daffa lebih dewasa dan semakin semangat belajar, yah walaupun dia masih sering keluar masuk ruang BK karena sering bertengkar dan juga tidak memakai dasi dan ikat pinggang. Tapi setidaknya ini sudah mendingan.

"Eh ada nak Daffa, Tante nggak tau kalau kamu ada di depan rumah." Sapa Mama dengan ramah. Tidak hanya ada Mama disana tapi juga ada Papa yang berdiri di samping Mama. Papa juga melemparkan senyum manis nya kepada Daffa.

"Iya Om,Tante," Jawab Daffa singkat. "Kamu nggak berangkat sayang?" Tanya Papa kepada Shabilla.

"Shabilla bareng Daffa aja deh Pa, biar Papa nggak usah lama lagi ke kantor nya." Papa mengangguk lalu kemudian menatap Daffa sambil tersenyum.

"Jaga anak saya yah, jangan ngebut oke?" Daffa mengangguk mantap ketika mendapatkan amanah dari Papa Shabilla. "Siap Om, anak Om bakal aman sama saya." Ujar nya bangga sambil tersenyum kearah Shabilla.

"Yaudah Om ke bagasi dulu yah," Shabilla kemudian langsung mencium punggung tangan Papa nya sebelum dia pergi, begitupun dengan Daffa.

"Ma, Shabilla berangkat." Ujar Shabilla penuh dengan senyuman lalu segera mencium punggung tangan Mama nya itu diikuti dengan Daffa.

"Daffa bakal jagain Shabilla jadi Tante tenang aja." Mama tersenyum lalu segera mengangguk, mempercayai Shabilla kepada Daffa. "Hati-hati yah sayang, kalian berdua harus hati-hati." Ujar Mama memberi peringatan.

"Iya Mama, dah Mama." Shabilla langsung menaiki sepeda lalu mencengkeram bahu Daffa kuat. "Dadah Tante," Salam Daffa sebelum akhirnya pergi meninggalkan halaman rumah Shabilla.

***
"Kamu berat juga yah, aku pikir kamu itu kurus Bill ternyata kamu it— awww." Daffa menghentikan ocehan nya ketika Shabilla memukul bahu nya dengan kencang.

"Turunin aku deh kalau kamu keberatan. Nanti kamu pingsan lagi," Ujar Shabilla ketus.

"Uhh maafin aku sayang, kan cuma bercanda. Kamu kurus kok bener deh, masa aku bohong."

"Udah ah turunin aja. Aku males sama kamu, turunin atau aku loncat sendiri?" Ancam Shabilla yang membuat Daffa mau tidak mau memberhentikan sepeda nya di tepi jalan. Shabilla langsung turun dari sepeda lalu berjalan mendahului Daffa.

"Bill, Billa!" Panggil Daffa lalu ikut turun dari sepeda nya dan berlari kecil mengejar kekasih nya itu. "Bill." Dengan satu gerakan Daffa langsung bisa menangkap pergelangan tangan Shabilla dan mengenggam nya kuat.

"Aku cuma bercanda, kamu mah gitu. Maafin aku Billa." Ujar Daffa berdiri di hadapan gadis itu sambil memasang wajah memohon supaya gadis yang ada dihadapannya ini mau memaafkan nya.

"Siapa yang marah sama kamu?"

Daffa menghela nafas berat lalu menatap wajah Shabilla lekat. "Aku tau kamu marah, maafin aku. Aku emang keterlaluan banget, jangan marah sama aku yah." Pinta Daffa.

Shabilla tidak menjawab ucapan Daffa dan memilih untuk diam. Untuk beberapa menit mereka terus begitu, sampai akhirnya Daffa merasa dia agak tidak nyaman dengan suasana seperti ini. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Daffa menatap Shabilla malu-malu lalu..

Cup!

Daffa mencium pipi Shabilla mesra dan mata Shabilla terbelalak ketika ia melihat Daffa mencium pipi nya cukup lama. Daffa memejamkan mata nya membiarkan bibir nya yang masih menempel di pipi Shabilla, entah wanita itu sekarang. Mungkin wajah nya sudah memerah seperti kepiting rebus.

Mungkin ada sekitar 3 menit Daffa mencium pipi Shabilla. Cowok itu langsung melepaskan ciuman nya dan melihat Shabilla yang sekarang tengah terdiam mematung dengan mata yang melebar. Daffa tersenyum lalu mengelus pipi kanan Shabilla.

"Kamu aja kemarin cium aku kan? Sekarang balasan nya yah itu, aku cium balik."

Shabilla masih terdiam menatap Daffa dengan mata nya yang indah. Menatapnya tak percaya bahwa Daffa akan mencium pipi nya. Walaupun hanya di pipi tapi bisa membuat jantung Shabilla berdebar tidak karuan. "Aku cium lagi yah?" Daffa membungkukkan badan nya melihat wajah Shabilla dengan teliti.

"Ternyata kamu cantik banget yah." Hanya kalimat itu yang keluar dari bibir Daffa, cowok itu menjauhkan wajahnya dari Shabilla dan tersenyum lebar mata nya masih melihat gadis yang sepertinya tidak mau mengalihkan pandangannya dari dirinya.

Daffa mengenggam tangan Shabilla, lalu menatap gadis itu penuh arti. Arti kasih sayang, Arti cinta, dan lain-lain. "Kita ke sekolah, nanti telat."

Shabilla masih menatap Daffa tanpa henti, dan akhirnya cewek itu mengangguk pelan, menyetujui ajakan Daffa. Senyum Daffa kembali mengembang lalu segera membawa gadis itu ke tempat yang tadi ia memarkirkan sepeda.

***
Menikmati udara di pagi hari sangat membuat hati damai. Angin yang terus menerpa wajah nya membuat cowok berbadan tinggi ini merasa nyaman. Julian bersandar di halte bus sambil menikmati udara pagi.

Semuanya sudah baik-baik saja. Pengalaman buruknya dengan Daffa dan juga teman-temannya kini sudah berlalu, dan pengalaman nya dengan Shabilla juga sudah berlalu dan dia tidak mau menginggat nya lagi. Dia tidak mau mengenang itu lagi.

Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki yang mendekati halte bus. Julian masih tetap disana dengan pikiran yang sama. Tiba-tiba di samping nya sudah ada seorang perempuan berseragam sekolah sama seperti dirinya. Berdiri di samping Julian.

Julian menoleh dan melihat gadis itu. Mata nya terbelalak ketika melihat gadis yang ada di sampingnya, gadis yang waktu itu ditemui nya. Dan dalam beberapa detik akhirnya gadis itu ikut menoleh dan melihat Julian.

Tatapan mereka bertemu. Julian dapat merasakan kehangatan yang ada di dalam mata gadis itu, merasakan ada nya api unggun disana, dan akan menghangatkan dirinya yang sekarang sedang menggigil kedinginan. Jiwa nya yang sedang menggigil kedinginan.

"Menghilangkan semua kenangan masa lalu dan segera melupakan segala nya."

Julian menatap mata gadis itu lebih dalam. "Dan memulai lembaran yang baru,"

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang