Chap 10

5.3K 392 3
                                    

Seharusnya Bu Yola masuk ke kelas XI-3 namun, Alhamdulillah nya, Bu Yola sakit dan tidak bisa mengajar untuk beberapa hari.

Kelas XI-3 jika tidak guru itu rame nya melebihi pasar Tanah Abang. Ada yang naik naik meja lah, gendang gendang meja, ngerumpi, main hp di pojokan, dan yang paling rajin pasti baca buku.

Daffa dan kawan kawan nya duduk di bangku Raka, mereka membentuk lingkaran di tengah tengah sudah ada Snack dan minuman kaleng, sudah layaknya cafe saja.

"Sakitnya yang lama kek tuh guru" Doa Raka yang membuat teman teman nya tertawa. "Jahat lo" Ujar Julian lalu menoyor kepala Raka.

"Gue kesel kalau dia udah ngomel, pasti deh, dijelasin dari A sampe Z terus kalau satu orang buat masalah. Sekelas kena semua"

"Betul banget, paling sebel gue sama dia" Ujar Anton, sedari tadi Daffa hanya diam tidak ikut bergabung dalam obrolan teman teman nya.
Ia memilih memainkan ponsel nya.
"Yang udah ayang mah beda" ledek Raka yang membuat Daffa jengkel, ia segera meletakkan ponsel nya di ransel nya.

"Ayang? Geli" Ujar Daffa sambil mengambil Snack di depan mereka dan memakan nya.
"Oh, ya.. nanti jadi kan kita nongkrong di cafe biasa?" Tanya Anton, dan Daffa menggeleng.
"Gue harus latihan" ujarnya.

"Kapten basket mah sibuk" Cibir Raka dan Daffa hanya tersenyum. Maklum, memang dia sangat sibuk belakangan ini, mulai dari latihan sampai juga mengerjakan tugas dari guru nya.

***
"Ayo! Sedikit lagi kak Daffa!" Teriak Yunita dari lantai empat, meneriaki nama Daffa yang sedang latihan basket.

Shabilla melirik Yunita dan segera melihat Daffa, dia tampak sedang bermain dengan serius. Keringat bercucuran di tubuhnya. Sangat keren

"Dia bener bener cool" Ujar Yunita sambil terus tersenyum dan meneriaki nama Daffa.
Shabilla mengambil cokelat di kantung seragam nya. Masih utuh. Entah mengapa Shabilla enggan memakan nya, padahal jika ada cokelat dia akan memakan nya.

Tapi, kenapa cokelat pemberian Daffa, malah membuatnya tidak ingin memakan cokelat itu? Batin nya berkata 'Sayang, kalau dimakan'

Padahal makanan itu memang harus dimakan, Shabilla terus menatapi cokelat itu dan beralih melihat Daffa.

Permainan dihentikan, Daffa memenangkan ronde pertama, masih ada satu ronde lagi, dimana ia akan melawan Tim C. Memang ini hanya latihan, tapi harus memakan tenaga yang cukup banyak.

Shabilla segera lari turun ke lantai bawah, dengan langkah yang terburu buru. Shabilla tidak melihat kalau di depan nya ada plastik es, yang dibuang sembarangan.

Brukk!

"Aww" Shabilla meringis kesakitan , merasakan nyeri pada punggung dan juga bokong nya.
"Lo nggak apa apa?" Shabilla mendongak melihat kearah sumber suara. Julian.

"Hmm.. nggak apa apa kok" Ujarnya berbohong, padahal punggung dan bokong nya sangat nyeri.
"Sini" Julian mengulurkan tangan nya dan Shabilla membalas uluran itu dan segera bangkit.

"Mau kemana buru buru gitu?" Tanya nya, Shabilla membersihkan rok dan seragamnya yang terkena beberapa kotoran di lantai.

"Nggak, ada urusan aja. Duluan yah kak" Dengan punggung yang nyeri, Shabilla menguatkan diri untuk berlari.
Hingga ia sampai di lantai paling dasar, dan melihat Daffa yang sedang duduk di pinggir lapangan.

"Hhh" Shabilla pergi ke kantin, membeli air mineral dingin dan kembali lagi ke lapangan.

***
Daffa melihat Tim D dan Tim E bermain. Ia merasa badan nya sangat panas, cuaca nya sangat panas.
Saat sedang asyik nya menonton, tiba tiba ada seseorang menyodorkan air mineral kepada nya. Daffa menoleh kearah orang itu.

"Shabilla?" Terlihat Shabilla senyum kearahnya, lalu duduk di samping cowok itu. "Ini.. buat kakak" Ujarnya lembut.

Daffa melihat sebentar air mineral itu dan melihat mata perempuan di sampingnya ini.

"Hmm.. makasih cokelat nya, jadi aku gantian kasih kakak Air, keliatan nya capek gitu" Ujar Shabilla lalu Daffa mengambil air yang ada di tangan Shabilla dan membuka nya lalu meminum nya hingga setengah botol

"Makasih yah, perhatian banget" Ujar Daffa dengan senyum manis yang ia miliki. Shabilla hanya diam tanpa membalas senyum nya.

"Gue seneng, lo perhatiin gue kayak gini. Emang temen temen gue yang selalu ngeledek gue, jadi jarang di perhatiin" Ujar Daffa sambil terkekeh. Shabilla tersenyum mendengar ucapan nya itu.

"Sama sama Kak" balas nya , menatap kosong ke depan.
"Cuma air mineral kok jantung gue kayak loncat gitu yah?" Ujar Daffa dan Shabilla tertawa kecil.

"Mana bisa jantung loncat?" Tanya Shabilla dan Daffa hanya menggeleng kan kepalanya. "Gatau" ujarnya singkat, lagi lagi Shabilla tertawa.

Daffa melihat wajah Shabilla ketika tertawa, manis.
"Kok, kayak ngeliatin bidadari yah?" Ujar Daffa sambil terus memperhatikan wajah Shabilla.

Pipi Shabilla bersemu, dia mendudukkan wajahnya. "Gombal" ujarnya lalu melihat Daffa, Daffa masih terus memperhatikan nya.

"Ihh.. kakak, jangan perhatiin gue terus" Ujar Shabilla lalu menutup mata Daffa dengan kedua tangan nya, Daffa tersenyum.

"Kenapa nggak suka yah? Gue perhatiin kayak gitu?" Ujar Daffa , matanya masih ditutup dengan kedua tangan gadis di hadapannya ini.

Shabilla menurunkan tangan nya, lalu melihat Daffa, Daffa tersenyum ketika ia bisa melihat lagi wajah cantik Shabilla.

"Udah ah, gue mau ke kelas. Gue duluan yah kak" Ujar Shabilla hendak bangun dari duduknya, namun dengan cepat Daffa menahan tangan nya. "Makasih" Shabilla mengangguk dan segera pergi dari lapangan.

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang