Chap 32

3.3K 209 0
                                    

Daffa sudah siap dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru dan juga celana jeans yang membalut kakinya.
Sudah pukul 18.30 sebentar lagi dia akan pergi kerumah Shabilla dan akan membawa gadis itu jalan-jalan entah kemana.

"Mas, abang berangkat yah" Ujar Daffa sambil mengambil kunci motor nya di atas meja. "Iya bang, nanti Dimas bilangin Papa" jawab Dimas diruang tamu, fokus dengan Play station nya.

"Kunci rumah!" Perintah Daffa, Dimas masih fokus dengan ps nya, tidak memperdulikan ucapan Daffa.
Daffa keluar rumah, lalu ia menaiki motornya, Dimas belum juga muncul.

"Dimas! Budek! Kunci pintu!" Teriak Daffa dari luar.
Dimas berdecak kesal lalu mem-pause Game yang sedang ia mainkan itu dan berjalan ogah-ogahan menuju pintu.

"Iya Abang" jawabnya lalu muncul di ambang pintu. "Kalau ada apa-apa telepon Abang aja" Ujar Daffa, Dimas mengangguk mengerti.
"Iya Abang, udah kan?" Daffa mengangguk.

Dimas langsung menutup pintu dan menguncinya. Daffa menyalakan mesin motor nya saat sudah terdengar pintu terkunci, lalu segera menjalankan motor nya itu keluar dari halaman rumahnya.

***
"Aduh.. anak Mama cantik banget" puji Mama ketika melihat penampilan Shabilla yang sedang berdiri di depan cermin.
Shabilla tampak cantik dengan baju panjang berwarna putih dan celana jeans nya.

"Nggak rame-rame banget kan Ma?" Tanya Shabilla, Mama mengangguk.
"Baguslah, aku nggak suka dandan berlebihan" Ujar Shabilla lalu memoleskan bedak di wajahnya.

Lalu, ia memoleskan sedikit lipstik di bibirnya dan meratakan lipstik itu.
"Daffa udah sembuh?" Tanya Mama, Shabilla berbalik melihat Mama yang sedang duduk di atas ranjang nya.

"Udah Ma" jawab Shabilla, Mama mengangguk.
"Yaudah tunggu dibawah, takut dia udah nyamper kamu" Ujar Mama, Shabilla tersenyum lalu segera turun ke bawah dan berdiri di depan pintu, menunggu Daffa datang.

***
Daffa berhenti dulu, ia melihat penjual martabak manis di pinggir jalan, dia berniat membeli untuk Mama Shabilla.
Daffa memarkirkan motornya.
"Mas, martabak dua yah, cokelat" pesan Daffa, abang penjual martabak itu mengangguk dan segera membuatkan martabak cokelat untuk Daffa.

Daffa melihat sekeliling jalanan itu, dia menangkap toko bunga yang ada di seberang jalan, "Bang, saya kesana dulu yah, jadi berapa bang?" Tanya Daffa. "Lima puluh ribu dek" jawab sang penjual. "Ini uangnya" Daffa memberikan uang lima puluh ribu rupiah kepada Abang penjual martabak.

Daffa menyalakan motornya dan pergi menuju toko bunga di sebrang jalan.

***
Sudah 30 menit Shabilla menunggu, namun tanda-tanda Daffa datang tidak muncul juga, Shabilla mengigit bibir bawahnya, takut jika kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi.
Daffa dijegat, dikeroyok, dan...

Shabilla segera menghilangkan pikiran buruk itu, dan tetap fokus menunggu Daffa.
Namun, pikiran nya selalu berarah kesana, selalu memikirkan yang tidak-tidak.

"Nggak!" Seru Shabilla berusaha menghilangkan pikiran buruk itu.
Daffa tidak akan kenapa-kenapa, dia akan baik-baik saja.

Khawatir, Shabilla akhirnya memutuskan untuk menelpon cowok itu.

Tidak di angkat..

Shabilla kembali menelepon Daffa..

Tidak di angkat..

Kembali menelepon cowok itu.

Tidak aktif..

Shabilla berdecak kesal, kemana sih Daffa? Nggak tau apa dia khawatir begini?
Shabilla terdiam masih menunggu Daffa, berharap dia baik-baik saja.

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang