Chap 39

3K 188 0
                                    

Shabilla melihat pesan teks dari Daffa dengan kecewa, dia mengenggam ponsel nya sambil menundukkan kepala nya, memainkan ujung-ujung kuku nya.

Hari ini, dibatalin aja. Gue lagi ada acara keluarga, maaf, kita undur aja jadi lusa. Lusa nanti gue bakal jemput lo dan ngejelasin semuanya.
Maaf, gue udah bikin lo kecewa tapi, yah mau gimana lagi?

Pesan itu sangat menyakitkan. Padahal Shabilla sudah berdandan cantik, tetapi dia tidak datang dan malah diundur menjadi lusa. Shabilla mengangkat kepalanya dan tersenyum getir. "Dia lagi ada acara keluarga, lo jangan egois." Gumam nya lalu membanting ponsel nya keatas kasur

"Tapi, kenapa dia baru bilang sekarang? Kenapa dia baru bilang pas gue udah cantik kayak gini? Kenapa dia baru bilang pas gue udah dandan? Udah pengen banget ketemu sama dia, kenapa?" Ujar nya lirih lalu menumpahkan air mata nya yang sedari tadi dia tahan.

Ting!

Shabilla langsung menoleh ketika mendengar ponsel nya berdering, diraihnya ponsel itu.

1 pesan teks.

Buru-buru Shabilla langsung membuka pesan itu.

From: Kak Julian

Hari ini sibuk nggak? Ada acara nggak? Kalau nggak ada jalan sama gue yuk! Kita ke Dufan, udah lama nggak kesana, mau nggak?

Rada kecewa saat melihat pesan itu bukanlah dari Daffa melainkan dari Julian yang sepertinya berusaha merebut hati cewek itu. "Hhh." Shabilla melihat tubuhnya dengan balutan dress selutut berwarna pink, dan beberapa poles makeup di wajahnya, sayang jika berpenampilan secantik ini didiamkan saja.

Oke, gue mau. Ketemuan dimana?

Terkirim

Ting!

Ntar gue jemput lo.

Shabilla tersenyum kecil melihat pesan singkat dari Julian. Yah, dia butuh liburan sekarang.

***
"Kita mau naik apaan lagi nih? Gue udah mual banget!" Keluh Anton sambil memegangi perutnya. "Tahan dulu Ton," Ujar Raka lalu mengelus punggung Anton pelan.

"Naik, Histeria aja yuk!" Ajak Fathur sambil menunjuk-nunjuk wahana Histeria, Raka mendongak melihat bangunan Histeria menjulang tinggi.

"Nggak Thur! Kagak!" Teriak Anton. "Ellah, Cemen banget lo masa nggak mau naik Histeria! Ayok ah." Ajak Fathur lalu menarik tangan Anton dan Raka.

"Thur, kagak Thur! Mamaaa." Rengek Anton berkali-kali dia berusaha melepaskan tangan Fathur, "Udah Ayo." Ujar Fathur lagi memaksa sambil terus menarik tangan Anton.

"Mamaaaa tolongin Anton maa, Anton mual." Rengek nya lagi seperti anak kecil yang meminta balon pada ibu nya. "Bego! Diliatin orang-orang, malu-maluin aja lo pada." Ujar Raka lalu jalan duluan tidak mau disangka salah satu bagian dari mereka.

"Kampret! Raka tungguin, ayok cepetan." Ujar Fathur masih menarik tangan Anton secara paksa. Beberapa pengunjung melihatnya dengan tatapan bingung campur heran, bahkan ada salah satu pengunjung yang menatapnya dengan tatapan jijik sambil menggelengkan kepalanya.

"Mamaaaa."

Raka melihat sekeliling Dufan, sudah jarang dia kesini karena memang tugas sekolah yang akhir-akhir ini sangat menumpuk, ya. Cuma menumpuk doang tanpa dikerjakan satupun sama dia. "Udah banyak berubah yah." Gumam Raka, berubah apanya coba?

"Woy! Lo kalau jalan tuh bareng-bareng kek." Omel Fathur sambil menggandeng tangan Anton supaya dia tidak kabur-kaburan. Raka melirik gandengan itu dan tertawa kecil.

"Kayak homo aja lo." Ledeknya dan cepat-cepat Anton langsung menepis tangan Fathur. "Tau nih, si Fathur najis gue mah."

Raka hanya bisa tersenyum dan sesekali menertawakan kedua teman nya yang seperti orang Idiot ini. Tatapan nya lurus ke depan melihat sekitar jalan.

Tiba-tiba Raka menghentikan langkahnya dan mematung di disana. "Ka, jalan." Ujar Fathur aneh melihat teman nya diam mematung di sampingnya.

Mata Raka memperhatikan seseorang dari kejauhan tanpa berkedip sekalipun, "Thur, Ton. Itu Shabilla kan?" Ujar Raka lalu tangan nya menunjuk kearah cewek berambut panjang mengenakan dress selutut berwarna pink bersama cowok yang mengenakan kemeja dan celana jeans.

"Shabilla sama Julian." Ujar Anton terkesima dengan pemandangan yang ada di depan nya, Shabilla dengan Julian. Tidak mungkin.

***
Shabilla tersenyum puas saat berhasil menaiki wahana Histeria tanpa rasa mual sedikitpun. Beberapa waktu yang lalu dia pernah menaiki wahana itu namun dia menghabiskan lima kantung plastik hanya untuk muntahnya, sampai ibunya pun kewalahan menghadapi Shabilla yang tidak henti-hentinya memuntahkan isi perutnya.

Dia memandang Julian yang sedang memegang perutnya, berkali-kali dia ingin muntah, namun itu semua dia tahan. "Kalau mau muntah, keluarin aja." Ledek Shabilla lalu terkekeh geli.

Julian menatapnya lalu menyunggingkan senyum kecil. "Ngeledek yah kamu." Shabilla hanya tersenyum geli lalu melihat sekeliling Dufan.

"Mau naik apaan lagi? Yang bisa bikin lo muntah." Ledek Shabilla melirik Julian yang masih memegangi perutnya. "Kora-Kora? Gimana?" Tawar Julian dan Shabilla mengangguk setuju.

"Oke!" Shabilla segera berlari menuju antrian wahana Kora-Kora. Dengan penuh semangat dia berlari cukup kencang yang membuat Julian tidak tahan untuk mengejarnya. Perutnya sangat sakit dan rasanya ia ingin muntah, wahana yang menjulang tinggi itu berhasil membuat Julian menjadi laki-laki payah hari ini.

***
"Daffa bakal marah kalau dia tau," Komentar Anton melihat kedua orang itu tertawa geli dan tampaknya seperti pasangan kekasih yang bahagia.

"Bahkan bisa-bisa dia gugat cerai Shabilla." Ujar Fathur yang langsung mendapat toyoran ringan dari Raka, "Lucu." Ujarnya dengan wajah datar, lalu tatapan nya kembali kepada Shabilla dan Julian yang sedang mengantri menaiki wahana Kora-Kora.

Mereka tertawa-tawa tanpa beban, bahkan terlihat disana Julian tidak segan-segan mengandeng tangan Shabilla dan Shabilla pun sepertinya tidak masalah akan itu dan menerima gandengan tangan Julian dengan senang hati.

Dan sepertinya perlakuan Julian sangat manis yang membuat Shabilla tak henti-hentinya tersenyum, mulai dari mencubit pipi Shabilla sampai mengacak pelan rambut cewek itu.

"Mereka selingkuh?" Ujar Raka dengan tatapan curiga yang menyorot kearah mereka. "Bisa jadi."

***
Shabilla tertawa geli ketika melihat Julian yang sedang mual-mual setelah menaiki wahana Kora-Kora. "Huekk.." Shabilla mengelus punggung pria itu dan menyuruhnya agar untuk pergi ke kamar mandi dan membuang semua muntah nya itu.

"Lo ke kamar mandi aja, gue tunggu disini." Ujar Shabilla tersenyum manis kearah Julian. "Nggak apa-apa emangnya?" Shabilla mengangguk, dia tidak tega melihat wajah Julian yang sangat pucat.

"Janji, nggak akan kemana-mana." Janji Shabilla sambil tersenyum, Julian membalas senyum itu dan segera pergi menuju toilet.

Shabilla melihat punggung Julian yang menjauh, dia tersenyum. Entah kenapa hari ini ia merasa hatinya sangat berbunga-bunga, dia tidak pernah mengunjungi Dufan bersama seorang laki-laki, kecuali ayahnya.

Dan, baru kali ini pula dia merasakan bahagia yang sangat-sangat, hati nya merasa sangat berbunga-bunga ketika dia tertawa bersama dengan Julian.

Shabilla mendongak melihat langit yang sangat indah, 'Daffa' nama itu tiba-tiba terlintas di benak Shabilla, dia menggeleng pelan lalu menunduk. "Lo nggak boleh suka sama Julian! Inget Daffa!"

Entah kenapa rasa rindu datang, rasa rindu pada laki-laki itu, pada sosok Daffa yang ceroboh, plin-plan, dan sangat-sangat tampan, andai saja dia bersama Daffa mengunjungi Dufan, pasti dia akan merasakan senang dua kali lipat daripada sekarang.

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang