Chap 31

3.3K 234 0
                                    

Pelajaran pertama dimulai, Pak Alwan dengan semangat nya menjelaskan cara matematika di depan, Daffa hanya dapat melihatnya tanpa mencerna nya.
"Mengerti?" Tanya Pak Alwan yang lain mengangguk, apalagi Tobi, semangat banget ngangguknya.

Daffa memajukan wajahnya. "Ngerti Tob?" Tobi memundurkan wajahnya dan menggeleng. "Buat pak Alwan seneng aja" Jawabnya diiringi dengan senyumnya.

"Kampret!" Gumam Daffa lalu kembali pada posisi semula, dia kira cuma dia yang nggak mengerti pelajaran Matematika, ternyata cukup banyak juga.

"Yaudah, kalian kerjakan halaman 180 yah" Ujar Pak Alwan,
"Saya mau ke acara tunangan dulu" Tambahnya lalu membereskan beberapa buku miliknya yang ada di atas meja.

"Bapak mau tunangan?" Tanya Raka, pak Alwan hanya membalasnya dengan senyuman. Daffa mengangguk mengerti.
Mungkin ini sebabnya Bella marah dengan pak Alwan.

Daffa segera melihat Bella yang duduknya tidak jauh dari dirinya. Dia tidak memasang wajah cemberut atau marah, dia tetap tenang mengerjakan tugas.
Pak Alwan berjalan ke arah meja Bella, dia melihat wajah Bella yang sedang mengerjakan tugas dari dirinya.

"Aku bakal kangen kamu" Gumam Alwan, Bella masih tetap sama, dia masih mengerjakan tugas dengan sangat tekun.
"Nggak mau liat aku buat yang terakhir?" Bella terdiam, tangan nya masih menuliskan soal soal di buku paket.

"Bell" Bella menaruh pena nya, tanpa melihat kearah pak Alwan sedikitpun.
"Pergi aja, saya udah nggak peduli" jawabnya lalu dengan cepat mengambil pena itu lagi dan kembali mengerjakan soal.

"Bapak mau kemana?" Tanya Raka tiba-tiba, Pak Alwan melihat kearah Raka dan tersenyum, "niatnya saya mau keluar dari SMA Harapan" Ujar Pak Alwan dengan senyumnya.

"Yahh.."

"Yasudah, kalau saya sampai jadi keluar, saya minta maaf sama kalian yah, kalau saya udah punya salah, dalam sistem mengajar saya kurang jelas, saya minta maaf" Ujar Pak Alwan dengan senyuman. Semua murid menatap Pak Alwan dengan tatapan sedih.

Lalu pandangan beralih kepada Bella yang masih sibuk menulis, "yaudah saya pergi dulu yah" Ujar Pak Alwan lalu melangkah keluar kelas.

Daffa hanya dapat melihat kejadian itu dengan wajah datar. Drama Korea akan segera dimulai, secara live.
Pak Alwan sudah pergi dari kelas sebelas tiga. Bella masih tidak bereaksi.

Daffa menatap soal soal itu dan mulai menulisnya, hingga akhirnya ada seseorang yang menggebrak meja, semua orang sontak kaget dan melihat kearah Bella, matanya sudah berair. Dia menangis!

"Gue keluar dulu!" Ujar Bella berpamitan lalu segera pergi keluar kelas.
"Drama!" Komentar Daffa melihat Bella yang berlari-larian di koridor.

***
Daffa berjalan di koridor, menuju kelas sepuluh tiga. Dia akan menemui Shabilla, karena jujur, Daffa sangat merindukan gadis itu.
"Wey Daff, ngepain lo?" Tanya Rian setelah dirinya sudah berdiri di depan kelas sepuluh tiga.

"Urusan hati, ganggu aja lo" Ujar Daffa lalu memukul pelan bahu Rian dan melihat ke dalam kelas sepuluh tiga.
Disana ia melihat Shabilla sedang berbicara dengan Ariana, Annisa dan Metha.

"Cantik banget Ya Tuhan" Ujar Daffa melihat Shabilla disana.
"Gue cantik? Gue ganteng kali Daff" Ujar Rian terkekeh, Daffa melihatnya sekilas.
"Bukan elo kampret!" Ujar Daffa lalu menoyor kepala Rian pelan.

"Panggilin Billa dong" Pinta Daffa pada Rian, Rian sudah menebak itu. Dia mengangguk.

"Shabilla!!" Teriaknya, hingga membuat Shabilla dan teman-teman nya menoleh.
"Apaan?" Tanya nya, tidak melihat Daffa, tubuh Daffa terhalang oleh tubuh besar Rian.

"Pacar lo" Ujar Rian, Shabilla langsung bangkit. "Daffa?" Tanya nya sambil tersenyum, Rian mengangguk.
Shabilla melihat teman-teman nya yang sedang tersenyum dan kemudian mengangguk.
Mengizinkan Shabilla pergi dengan Daffa.

Shabilla langsung berlari kecil kedepan kelas, dia melihat Daffa yang sedang tersenyum kepadanya. Rian sudah pergi keluar kelas.
"Hai" sapa nya, Shabilla membalas senyum Daffa itu.
"Hai juga.." Balas Shabilla.

"Kayak kenalan di Facebook aja" Ujar Daffa, Shabilla terkekeh pelan.
"Malam ini lo ada acara nggak?" Tanya Daffa, Shabilla terdiam sebentar, lalu dia menggeleng.

"Enggak, emang nya kenapa?" Daffa tersenyum mendengar jawaban Shabilla.
"Gue jemput lo nanti malem jam 7" Ujar Daffa tersenyum, Shabilla mengangguk.

"Oke,"

***
Julian terdiam di atas balkon sekolah, sambil memperhatikan gadis yang tengah duduk di pinggir lapangan. Gadis itu tampak sedang bercanda dengan teman-temannya.
Julian masih memandangi nya dengan tatapan kosong.

Shabilla.

Gadis itu sangat cantik, bahkan saat dia sedang berbicara dengan teman nya.
Beruntung sekali Daffa, bisa mendapatkan pacar yang cantik.

"Lagi ngapain?" Daffa tiba-tiba datang sambil menepuk pundak Julian pelan, Julian menoleh ke arah Daffa,
"Lagi bosen aja" jawabnya dingin.

"Ohh.."

"Lo udah lama pacaran sama Shabilla?" Tanya Julian tiba-tiba, Daffa terdiam tampak sedang berfikir.
"Hampir sebulan" jawabnya dengan senyuman manis.

"Ohh.."

"Masuk kelas yuk, nanti Bu Yola dateng" Ujar Daffa lalu berjalan menuju kelas sebelas tiga, Julian melihat Daffa. "Kalian nggak akan sampe satu tahun" Gumam Julian lalu ikut melangkah menuju kelas.

***
Shabilla duduk di halte, menunggu angkutan umum datang, dia celingukan ke jalanan, berharap akan ada angkutan umum yang lewat.
Shabilla melihat lurus ke depan.

Mata nya menangkap seorang nenek yang ingin menyeberang, nenek itu tampak kesusahan karena dari tadi motor dan mobil tidak pernah reda, ditambah dengan bawaan nenek itu yang cukup banyak.

Hati Shabilla terketuk untuk membantu nenek itu, dia bangkit dari duduknya dan berusaha menyeberang jalan dan menghampiri nenek itu.

"Nek, nenek mau nyeberang?" Tanya Shabilla setelah berada di samping nenek itu. Nenek itu melihat Shabilla sebentar, lalu ia mengangguk.
"Iya, tapi motor nggak ada abisnya" jawab nenek itu.

"Yaudah, saya bantuin yah Nek" Ujar Shabilla dengan senyum ramahnya.
"Saya bawa yah" Shabilla mengambil plastik yang nenek bawa itu dan menggandeng tangan nenek itu.

Dia menyeberang bersama nenek itu,
Shabilla merentangkan satu tangan nya, memberi isyarat untuk memberinya jalan.
Hingga mereka sampai di seberang jalan, yaitu di halte yang tadi Shabilla duduki.

Nenek itu tersenyum ramah, "terima kasih yah nak" Shabilla membalas senyuman nenek itu dan memberikan plastik tadi kepada sang nenek.

"Nenek hati-hati yah" Ujar Shabilla, nenek itu mengangguk lalu ia menyetop bajaj.
"Nenek duluan yah" Ujar nenek itu lalu masuk kedalam bajaj, "hati-hati Nek" Ujar Shabilla sambil tersenyum, lalu ia kembali menunggu angkutan umum.

Dari kejauhan tampak seorang pria, ia duduk di atas motor ninja nya, memperhatikan Shabilla dari kejauhan,pria itu tersenyum di balik helmnya.

Angkutan umum datang, Shabilla segera menyetop angkot yang lewat, lalu masuk kedalam angkot.

Pria itu memperhatikan angkot yang membawa kekasihnya ini.
Pria itu membuka helm nya, dan melihat ponselnya.
Terdapat disana, foto Shabilla yang sedang membantu nenek-nenek menyeberang.
Pria itu tak lain adalah Daffa, Daffa sengaja mengambil foto itu dan ia akan mencuci nya nanti.

Wajah cantik, hati yang baik, dan sikap yang sopan, mendapatkan gadis yang seperti itu adalah sebuah anugerah untuk Daffa yang sangat bertolak belakang dengan sikap Shabilla.

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang