Chap 47

3.2K 195 0
                                    

"Bill?" Ketika mendengar suara halus Mama, Shabilla langsung menoleh dan mendapati Mama nya yang sedang berdiri di ambang pintu sambil membawakan segelas susu putih kesukaan nya. Senyum nya mengembang ketika Mama nya mendekat dan menaruh susu itu di atas meja belajarnya.

"Makasih Mama, Mama emang yang terbaik." Puji Shabilla lalu mengambil susu itu dan meneguk susu itu sampai setengah gelas. "Jadi, ceritakan sama Mama kapan kamu mulai pacaran sama Daffa?" Seketika Shabilla tersedak dengan susu ketika mendengar suara Mama nya. Shabilla meletakan kembali susu itu sambil terbatuk-batuk.

"Mama ngomong apa sih?" Tanya nya pura-pura tidak mengerti lalu mengambil tissue dan dan mengelap bagian mulut nya. Mama berdecak kesal, "cerita sayang," desak nya.

"Daffa? Hmm udah dua bulan lah Ma, Emangnya kenapa?"

"Dia pinter?" Seperti disengat listrik, saat Mama nya berbicara seperti itu. Pintar? Shabilla sendiri bertanya-tanya apakah Daffa pintar dalam pelajaran atau malah sebaliknya? Mengingat kenakalan Daffa di sekolah kayaknya jauh sekali dari kata pintar. Shabilla tergagap sendiri.

"Hmm, kalau itu.. hmm aku kurang tau Ma," jawab nya lalu segera nyengir kuda.

"Masa kamu nggak tau? Kamu kan katanya pacarnya, masa nggak tau? Inget yah Bill, jangan cari pacar yang bodoh! Cari yang pinter! Kalau bisa nilainya di atas kamu," Ujar Mama lalu segera pergi dari kamar anak sulung nya itu.

Entah kenapa Shabilla berpikir bahwa Mama nya tidak menyetujui hubungan nya dengan Daffa, apa Mama nya tau? Kalau Daffa itu nakal di sekolah? Dia sendiri pun tidak tau. Tapi Mama nya pasti menyetujui hubungan mereka, mungkin Mama nya hanya tidak mau jika menantu nya orang bodoh.

***
"Kamu tau nggak? Nilai aku sempurna! Semuanya diatas sembilan, kata Papah gitu waktu ngambil rapot kemarin, wah aku diam-diam pinter juga yah," Ujar Daffa bangga sambil memamerkan senyum manis nya.

"Serius? Wah kamu hebat! Aku nggak nyangka anak senakal kamu dapet nilai yang sempurna. Makin sayang sama kamu, pantes yah Bu Tirta sekarang udah jarang ngomelin kamu," Ujar Shabilla sambil terkekeh geli.

"Pacarnya siapa dulu? Haha, iya yah? Mungkin Bu Tirta sekarang udah sadar kalau murid yang sering dia omelin adalah murid yang terpintar di sekolah ini." Tawa Daffa. Dia juga tidak menyangka bahwa dirinya adalah juara satu dalam nilai diantara seluruh siswa SMA Harapan. Hebat bukan? Nilai nya sembilan semua, tidak ada yang delapan, Daffa baru tau bahwa dia memiliki otak yang encer juga. Ibu nya pasti akan senang ketika mendengar bahwa anak sulung nya yang terkenal nakal ini adalah anak terpintar di sekolah, dia akan memberitahu ibunya ketika nanti ibu nya telah pulang dari perjalanan dinas di London.

"Aku bakal terus belajar sampai nanti aku lulus! Dan jadi seorang arsitek!" Seru Daffa penuh semangat. Shabilla terkekeh geli melihat tingkah pacarnya seperti anak TK yang sedang menceritakan bahwa dia akan menjadi seorang arsitek.

"Aku bakal terus ada disisi kamu, semangatin kamu, dan bikin kamu terus belajar," Ujar Shabilla tidak kalah semangatnya.

Daffa tersenyum sangat manis saat ia mendengar kalimat yang keluar dari bibir mungil Shabilla. "Setelah aku lulus nanti, aku akan melamar kamu Bill,"

"Jangan gila kamu! Aku masih kelas dua belas kalau kamu lulus nanti! Tunggu sampai aku lulus dulu titik!" Bantah Shabilla. "Kenapa? Bukan nya kamu pengen cepet-cepet nikah? Aku nanti keburu diambil orang lho," Ujar Daffa ingin menggoda pacarnya itu.

"Daffa!" Shabilla sudah kesal dengan ucapan Daffa. Sebenarnya apa yang dikatakan Daffa itu benar, dia memang bermimpi akan membangun keluarga bersama Daffa, tapi tidak secepat itu. Mereka masih SMA. Pokoknya tidak ada yang boleh memiliki Daffa selain Shabilla tidak boleh. Titik!

S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang