Lost His Way (5)

9.4K 1K 77
                                    

[Nagisa]

.

.

Aku mengetuk pintu ruang kerja Luca beberapa kali, lalu jawaban pun terdengar sesaat setelahnya. Aku membuka pintu dan mengintip ke dalam. Sambil mengenakan kacamata, Luca masih sibuk mengetik sesuatu.

"Lu-chan, aku membuat teh dan pai buah untukmu, bagaimana kalau istirahat sebentar?" tanyaku. Luca mengalihkan pandangannya dari layar PC ke arahku. "Masuklah," ia mempersilahkan, dengan senang hati aku masuk ke dalam ruang kerjanya sambil membawa teh dan kue ke meja kopi ruang kerja. Luca bangkit dari kursinya dan berdiri menghampiri meja kopi kemudian duduk di sofa. Aku menuangkan teh dan memberikan teh itu padanya. "Silakan~" ujarku, "terimakasih." jawab Luca kemudian ia menyeduh tehnya. Aku menaruh sepotong pai dan menaruh pai itu di samping tatakan cangkir teh.

"Bagaimana tehnya?" tanyaku sambil duduk di sofa sebrang, memandangi Luca yang dengan anggun menyeduh teh. "seperti biasa, aku sangat menyukai teh buatanmu." puji Luca, senyuman mengembang di wajahku. "Syukurlah!" balasku dan baru menyeduh teh di cangkirku sendiri. "Hari ini rumah kacanya sudah hampir jadi, aku tidak sabar untuk menanam buah nanas kesukaan Lu-chan." ujarku. "Aku juga, aku akan senang jika setiap hari bisa makan nanas." jawab Luca dan aku pun terkekeh pelan. "Oh ya, apa sudah ada kabar dari Nyonya Fletcher?" tanyaku. Luca menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin berpikir macam-macam... tapi ini sudah seminggu sejak petugas agensi datang.." keluhku.

Luca meletakkan kembali cangkir tehnya dan menatapku. "A-Aku tidak meragukan Nyonya Fletcher, Lu-chan! Sungguh!" ujarku lagi. "Nyonya Emily juga sudah mau bekerjasama dengan kita, kan? jadi aku rasa tidak ada masalah..." lanjutku. "...tapi kau masih ragu? Kau selalu saja tidak sabaran." komentar Luca, ia mengambil topping cheri di atas kue painya. Aku menganggukan kepala, "Hmph... kurasa Lu-chan benar" . "Kau rasa? Bukankah aku memang selalu benar?" Aku menggembungkan pipiku kesal, tapi Luca benar dan Luca yang selalu benar membuatku kesal!

"Lu-chan, Lu-chan, seandainya kita berhasil dapat hak adopsi... kau ingin kita mengadopsi anak laki-laki atau perempuan??" tanyaku, "aku ingin anak kembar laki-laki dan perempuan! Apa kau pikir kita bisa mengadopsi lebih dari dua? Lima!" tanyaku lagi. Luca menghela napas dan melepaskan kacamatanya. "Tidak bisa kah kita hanya mengadopsi satu?" tanyanya. Aku menggembungkan pipiku, "tidak mau! tidak mau! Satu saja terlalu kesepian!" tolakku. "Tapi lima terlalu banyak." sanggah Luca. "Tiga?" tawarku, Luca menjawab, "dua, dua deal." aku tersenyum, "Dua ya! Kau sudah berjanji aku boleh mengadopsi dua, ya?" Luca menganggukkan kepalanya. "Tiga?" tawarku lagi, "Nagi." Luca mengerutkan alisnya kesal dan aku pun tertawa lagi.

"Lu-chan, seandainya kita tidak bisa mendapat hak adopsi... menurutmu apa kita bisa meminta seorang dari adik Aki-chan?" tanyaku. "Nagi, sedekat apapun kau dengan Aki, ada batasan di mana kau harus tetap sadar diri." jawab Luca, aku memalingkan pandanganku darinya. "Reo pernah bercerita padaku, paman dan bibi Aki datang untuk mengadopsi adik-adiknya tapi Aki menolak. Alasannya karena mereka memang bukan orang baik-baik, tapi lebih dari itu... Aki ingin memenuhi janji yang ia buat dengan orangtuanya, dan kita harus menghargainya." Luca memberitahuku, aku tahu Aki-chan begitu mencintai adik-adiknya begitu juga dengan adik-adiknya.

Aku tersentak kaget saat Luca menyetuh pipiku, sejak kapan ia sudah pindah duduk di sampingku?

"Nagi yang aku kenal dan yang membuatku selalu jatuh cinta bukanlah orang yang tega bahagia di atas penderitaan orang lain, bukan juga orang yang rela menyakiti orang lain untuk mendapatkan apa yang ia inginkan." ujar Luca, aku menatap Luca sedih, sedih pada diriku sendiri yang mencoba untuk menyakiti Aki-chan...

"Lu-chan... maafkan aku," ujarku, Luca mendekapku dan mengecup keningku lembut. "Aku hampir saja menyakiti Aki-chan... aku benar-benar payah, bagaimana bisa aku tega memisahkan Aki-chan dari adik-adiknya.." Aku membenamkan diriku dalam dekapan Luca. "Untuk itulah aku ada di sisimu. Aku akan membuatmu bahagia." bisik Luca lembut.

The Love That Lost His Way [ 4 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang