[Nagisa]
.
.
Aku mengulurkan tangan ke arah Theo dan membantunya turun dari mobil, Theo mengambil tanganku lalu melompat turun dari mobil sambil terkekeh geli. "Papa, aku tadi takut jatuh!" ujarnya. "Jangan khawatir, Papa menggenggam Theo-kun erat-erat!" balasku sambil membelai kepalanya. Aku menghampiri Luca setelah ia keluar dari mobil dan merangkul lengannya. "Lu-chan, aku ingin mengajak Theo-kun memilih tas sekolah untuknya," aku memberi tahu Luca. Kami berjalan masuk ke dalam mall sambil melihat-lihat deretan pertokoan di dalam Mall.
"Theo-kun, sebelumnya pernah pergi kemari?" tanyaku. Theo menggelengkan kepalanya. Ia sibuk menatap setiap toko yang kami lewati. Aku hanya terkekeh geli melihat mata coklat terangnya yang berbinar-binar penuh semangat menatap satu persatu display di setiap etalase toko. "Theo-kun, manis sekali." Bisikku kepada Luca. Luca tersenyum menanggapi bisikanku. "Lu-chan, terimakasih sudah mau nemani kami." Bisikku lagi. "Aku tidak ingin melewatkan waktu seperti ini, ini juga pertama kalinya bagiku untuk pergi berbelanja kebutuhan sekolah anak-anak." Jawab Luca. Aku mengangguk-anggukkan kepala senang.
Ketika kami berhenti di depan toko alat tulis dan perlengkapan sekolah, Theo berjingkat-jingkat kecil sambil meremas tanganku. "Papa! Papa!" serunya, aku menunduk dan menatapnya. "Ya?" tanyaku. "Papa! Apa aku boleh membeli krayon dan buku gambar?!" tanya Theo. "Hmph! Tentu saja boleh." Jawabku. "Ayo masuk! Ayo masuk!" Theo menarikku begitu antusias masuk ke dalam toko.
Aku menemani Theo memilih-milih buku gambar yang ia inginkan sementara Luca pergi ke bagian tas sekolah dan sibuk melihat-lihat. Ia tampaknya juga bersemangat untuk membelikan tas sekolah pertama untuk Theo. Melihat Luca bersemangat aku juga ikut senang.
"Papa, kenapa tertawa?" tanya Theo. Aku menggendongnya dan memintanya melihat ke arah Luca. "Daddy sedang sibuk memilih tas untuk Theo," jawabku. "Papa, aku sudah selesai dengan buku gambar! Aku mau menemani Daddy!" pinta Theo, aku menurunkan Theo dan kami berjalan menghampiri Luca sambil bergandengan tangan sementara tangan Theo yang lain membawa buku gambarnya.
"Daddy!" Theo berlari menubruk Luca dari belakang, Luca menangkap Theo lalu membawa ke deretan tas-tas sekolah. "Apa ada yang bagus untukmu?" tanya Luca, Theo mengarahkan pandangan ke tas-tas yang begitu banyak di depan matanya. "Yang di atas sana, yang bentuknya dinosaurus!" seru Theo. Luca mengambil tas yang Theo maksud dan memberikan tas itu padanya. "Theo-kun, tidak mau yang beruang di sana?" tanyaku. Luca menatapku. "Anak laki-laki tidak pakai tas beruang." Ujar Luca. "Theo berlari ke arah deretan tas lainnya dan menunjuk-nunjuk ke sebuah tas warna biru dengan gantungan mobil. "Daddy! Yang itu juga!" serunya. Luca menggandengku dan kami berjalan menghampiri Theo, mengambilkan Theo tas yang ia mau. Setelah ia mendapat tas keduanya ia berlari lagi ke tas yang lain dan menunjuk ke arah tas dengan motif bunga-bunga. "Daddy, yang ini juga!" pintanya, Luca mengerutkan alisnya. "Kita tidak akan beli motif bunga-bunga untukmu, jagoan." Ujar Luca. Theo menatap Luca sedih, "Daddy, apa Hannah tidak boleh dapat tas baru?" tanya Theo. Luca menatap Theo terkejut lalu melirik ke arahku. Aku berjongkok di depan Theo dan menatapnya sambil tersenyum, "Apa kau juga ingin membelikan Hannah tas baru?" tanyaku. Theo menganggukkan kepala. "Papa, aku tidak boleh membeli tas itu?" tanya Theo, sebelum aku menjawab, Luca sudah mengambil tas yang Theo pilih tadi dan menyerahkan tas itu kepada Theo.
"Bagaimana dengan Sean?" tanya Luca. Theo menunjukkan tas mobilnya. "Ini untuk Sean!" jawabnya. Luca menggendong Theo dan mengajaknya kembali melihat deretan tas. "Itu terlalu imut untuk Sean," jawab Luca. "Kau pikir begitu, Daddy?" . "Yah, itu untukmu, saja, kita akan cari tas lain untuk Sean." Jawab Luca, "Daddy, aku hanya butuh satu! Nyonya Fletcher bilang semua anak hanya boleh dapat satu." Luca menatap Theo lalu menganggukkan kepala, "semua anak hanya dapat satu, kalau begitu kita harus membeli banyak tas untuk mereka." Balas Luca. "Daddy, kau akan membelikan Peter juga??" tanya Theo, "kalau kau mau." Theo menganggukkan kepala, "aku mau! Daddy kau bisa membawa semua tasnya?" tanya Theo, berceloteh dengan Luca, sementara aku mengikuti mereka dari belakang sambil bersenandung kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Lost His Way [ 4 ]
RomanceNagisa kembali ke Inggris bersama Luca, suaminya untuk memulai kehidupan rumah tangga mereka dengan mengadopsi anak seperti permintaan Nagisa. Kehidupan mereka bahagia dan sempurna. Suami yang begitu mencintainya, anak manis sesuai yang ia inginkan...