Lost His Way (51)

7.6K 957 127
                                    

[Nagisa]

.

.

Pesawat telah tiba di bandara international Heathrow. Akhirnya aku kembali ke London setelah acara kemanusiaan yang kami ikut selesai! Meskipun rasanya lelah setelah perjalanan kami, namun ketika aku membayangkan sebentar lagi aku akan bertemu suami dan putraku, rasa lelah pun lenyap.

"Tuan Reo Fearbright, Tuan Nagisa Fearbright, selamat datang di London. Terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama kami." Seorang pramugari cantik menyapa kami dengan sopan. "Jika anda tidak keberatan saya akan menemani anda sampai di pintu keluar. Apakah tidak ada barang bawaan anda yang tertinggal?" tanyanya ramah.

"Tidak, kita bisa pergi sekarang."

Kami mengikuti pramugari cantik ini menuju ke tempat pengambilan bagasi. Awalnya aku sangat terkejut seorang pramugari mengantarku sampai ke pintu keluar, karena biasanya begitu aku tiba di bandara, semua dilakukan olehku sendiri. Tapi sejak aku menjadi istri Luca Fearbright, setiap kali aku tiba di bandara salah seorang pramugari maskapai penerbang selalu membantuku dengan ramah. Luca bilang ia melakukan permintaan khusus, tentu saja keramahtamahan ini ada harganya sendiri.

"Re-chan, apa menurutmu Lu-chan sudah menunggu?"

"Aku rasa Brother sudah menunggu. Kau sudah memberinya kabar, bukan?"

Aku menganggukkan kepalaku lalu kembali meemandang ke sekeliling. Aku tidak sabar untuk melihat Luca dan Theo-kun!

"Re-chan, apa Re-chan juga menggunakan pelayanan yang sama seperti ini?" tanyaku. Reo menggelengkan kepalanya. "Aku tidak, lagi pula aku sudah hapal betul bandara ini." Reo menjawab tanpa memandang ke arahku.

"Kalau begitu tidak perlu merepotkan Pramugarinya."

"Brother yang memutuskan."

"Re-chan, apa keluarga Fearbright punya pesawat pribadi?"

"Setahuku ibu dan ayah punya, Brother tidak."

"Sungguh?! Aku pikir Lu-chan juga punya."

Reo mengulurkan tangannya kepadaku, menggandengku supaya aku tidak jatuh ketika turun dari kereta transit.

"Aku tidak tahu tapi Brother tidak tertarik punya pesawat pribadi. Lagi pula ia lebih senang pergi dengan maskapai yang ada," lanjut Reo.

Setelah tiba di tempat pengambilan bagasi, Reo memintaku menunggu sementara ia dibantu pramugari kami mengambil bagasi-bagasi. Pramugari itu membawa kereta dorong bagasi untuk Reo, lalu Reo menumpuk semua bagasi di atas kereta dan mereka kembali menghampiriku.

"Brother pasti tidak ingin kau mengangkat barang dan mendorong kereta, karena itu ia menyuruhku untuk jadi portirmu." Aku tertawa kecil mendengar komplain Reo, lalu memberi tahunya Luca tidak bermaksud menjadikannya tukang angkut barang.

Setelah semua bagasi lengkap, pramugari kami memandu kami melewati gerbang keluar warna hijau dan begitu kami melangkah keluar, dari kejauhan aku menemukan Luca. Aku melihatnya berdiri di samping sebuah papan informasi, ia memakai eetelan jas yang rapi, berdiri ditemani sebuah tongkat kayu.

Senyuman segera merekah di wajahku. Hanya melihat sosoknya telah berdiri menunggu kedatanganku membuat dadaku dipenuhi kebahagiaan.

Aku berlari meninggalkan Reo dan pramugari, berlari menghampiri Luca. Luca pun tersenyum saat ia melihatku berlari menghampirinya.

"LU-CHAN! AKU PULANG!" seruku keras dengan bahasa Jepang. Beberapa pengunjung di bandara langsung memperhatikanku, mereka menatapku tapi aku tidak peduli. Aku berlari dan melemparkan tubuh ke Luca.

The Love That Lost His Way [ 4 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang