Lost His Way (43)

8.4K 964 138
                                    

[Luca]

.

.

Aku melepaskan kacamataku dan meletakkan kacamata itu di buku yang baru saja selesai aku baca. Teh hitam yang dibuatkan Nagisa telah dingin, kue kering yang ia sertakan sebagai teman minum teh pun tersisa hanya satu keping.

"Lu-chan, kau sudah selesai?"

Nagisa yang tiba-tiba muncul dan bertanya membuatku terkejut. Aku menganggukkan kepalaku. "Aku baru saja hendak memanggil pelayan untuk membersihkan ini," ujarku memberi tahu Nagisa. "Mereka semua sedang sibuk membantu Theo-kun membangun istana dari balok-baloknya."

Nagisa mengambil keping terakhir kue yang ia buat lalu membawa keping terakhir kuenya ke arahku. "Sayang bukan?" tanyanya, aku menggelengkan kepala. "Kebiasaan Lu-chan menyisahkan makan seperti ini sudah dicontoh Jagoan kecilmu, kau tahu?" Omelnya sebelum ia melahap kepingan terakhir itu.

"Itu bagus bukan? Dia benar-benar anak kita."

Nagisa mengerutkan alisnya dengan mulut masih mengunyah ia menjawab, "kebiasaan buruk!"

"Bicara kebiasaan buruk, bukankah Nagi sendiri juga memberi contoh kebiasaan buruk?"

"Apa? Memangnya aku memberi contoh kebiasaan buruk apa?" tanya Nagisa. "Membuat wajah memelas tiap kali memohon padaku," jawabku. Sekarang ini Theo menggunakan trik yang sama ke semua orang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Walau apa yang ia minta bukan hal buruk tapi aku cemas masa depannya akan berakhir seperti Papanya.

"Kau mendengarkanku?"

"Memangnya sewaktu aku memohon pada Lu-chan, aku membuat wajah seperti apa?" Nagisa balik bertanya, ketidaksadaran dirinya membuatku semakin cemas.

"Merajuklah," perintahku.

"Sekarang?"

"Ya, pikirkan sesuatu, sesuatu yang kau inginkan dariku."

Nagisa diam sejenak, ia menggembungkan pipinya dan mencoba untuk mencari dalam otak sederhananya apa yang ia inginkan.

"Ah!"

Aku menatapnya lagi setelah mendengar ia berseru. Nagisa menghampiri tempat tidur, duduk di pinggir tempat tidur dan menatapku lekat-lekat.

"Lu-chan,"

"Apa yang kau inginkan?"

"Ta-Tapi aku agak malu...mengatakannya.."

"Hm? Aku kira kau sudah tidak punya malu."

"Apa maksudmu?! Lu-chan jahat sekali!" Nagisa mencubit pipiku lalu menarik kedua pipiku, dengan sebal ia melakukan ini beberapa kali dan ia baru melepaskan pipiku setelah ia puas. Hanya Nagisa yang tanpa pikir panjang menarik pipi seorang Luca Fearbright.

"Aku ingin kita membuat pernikahan lagi namun kali ini mengikutkan Theo-kun bersama kita," ujar Nagisa.

"Apa kau tidak punya ide yang lebih bagus?"

"Lu-chan menyebalkan!" serunya, ia memukul lenganku lalu membuang mukanya.

"Nagi,"

"Aku tidak dengar!"

"Kalau begitu jangan menyahut."

Tidak hanya membuang muka, ia membalikkan badannya membelakangiku. Bicara soal pernikahan, kami menikah tanpa mengundang siapapun. Hanya kami yang datang ke sebuah gereja sederhana dan minta dinikahkan di sana.

Aku mengangkat punggungku yang sedari tadi bersandar ke sandaran tempat tidur, membawa tubuhku mendekat ke tubuh Nagisa lalu memeluknya dari belakang. Tubuhnya yang kecil dan ramping tersentak kaget saat kedua lengan dan tubuhku memeluknya.

The Love That Lost His Way [ 4 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang