[Nagisa]
.
.
.
Ini pertama kalinya aku datang ke kantor Luca memakai setelan jas. Jika biasanya tampil casual, kini aku tampil sangat resmi. Tapi aku bingung apa yang harus hari ini di kantor... 'Tidak, tidak! Aku tidak boleh mengeluh sebelum mencoba dan berhadapan dengan masalah nyatanya!' ujarku dalam hati seraya menggelengkan kepalaku.
Ding!
Pintu lift pun terbuka, aku segera berjalan keluar dari lift menuju ke ruang rapat mana mereka memberi tahuku untuk hadir. Sekretaris pribadi Luca menghampiriku ketika ia melihatku berjalan ke arahnya.
"Selamat pagi, Tuan Fearbright," sapanya.
"S-Selamat pagi!" sapaku balik.
Aku berjalan mengikuti Ashley di belakang sampai ia berhenti dan membukakan pintu sebuah ruangan dengan papan nama 'Meeting Room 2' untukku. "Tuan Nagisa Fearbright sudah datang," ujar Ashley. Aku menarik napas panjang sebelum melangkah masuk ke dalam. Di dalam ruangan aku melihat empat orang wanita dan enam orang pria duduk di kursi-kursi direktur mewah. Semua pandangan mereka terarah padaku sewaktu aku berjalan masuk ke ruangan dan bergabung bersama mereka.
"S-Selamat pagi," sapaku.
"Baiklah sekarang kita bisa mulai rapat hari ini."
Aku menelan ludahku sambil duduk di kursi yang telah disiapkan. Mereka yang aku pikir adalah dewan direksi perusahaan, mulai membuka dokumen yang ada di hadapan mereka. Aku pun melakukan yang sama hanya saja bedanya aku tidak paham apa yang akan dibicarakan dalam rapat hari ini.
"Tuan Fearbright, bagaimana keadaan Presdir?" tanya seorang pria yang duduk paling dekat denganku. "Lu-chan, maksudku Luca masih belum pindah dari kamar ICU karena kondisinya masih belum stabil," jawabku. "Aku harap semuanya akan baik-baik saja." Aku tersenyum lemah sambil menganggukkan kepala.
"Presdir telah membuat beberapa kontrak dengan beberapa korporasi di Asia Tenggara, Malaysia, Singapore, dan Thailand dan dalam waktu dekat ini perwakilan masing-masing korporasi akan berkunjung. Seperti yang kita semua tahu, kondisi beliau sangat tidak memungkinkan untuk ikut serta, karena itu aku ingin tahu apakah ada yang bisa mengambil tanggung jawab ini?"
Aku melirik ke kanan dan kiriku, melihat beberapa dari mereka mulai berbisik-bisik.
"Aku tidak keberatan bertanggung jawab untuk rencana tersebut, sebelumnya aku dan Presdir telah bicara tentang proyek tersebut." Seorang pria yang berwajah tegas menanggapi pertanyaan yang diajukan.
"Tuan Fearbright, apa anda punya pendapat lain?" Pria yang tadi bertanya tentang proyek di Asia Tenggara itu tiba-tiba melemparkan pertanyaan ke arahku dan membuatku terkejut. "T-Tidak ada," jawabku gugup.
"Tentang rencana membuka pelabuhan pribadi Fearbright, Presdir telah menunjuk perusahaan yang akan menangani proyek pembangunan pelabuhan, dana yang dibutuhkan pu telah mencapai target dan tinggal menunggu surat jalan pembangunan."
Mereka terus bicara dari satu topik ke topik lainnya, meninggalkanku dalam kebingungan luar biasa. Apa Lu-chan bekerja seperti ini setiap harinya? Satu topik masih belum bisa aku cerna dengan baik, muncul topik lain dengan wacana yang berbeda...
"Tuan Fearbright, bagaimana menurut anda?"
"Y-Ya?"
Aku menatap salah seorang dari mereka dan mereka yang lain menatapku lekat-lekat. Aku bahkan tidak mengenal nama mereka dan tidak tahu seperti apa mereka, aku tidak bisa seperti ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Lost His Way [ 4 ]
RomanceNagisa kembali ke Inggris bersama Luca, suaminya untuk memulai kehidupan rumah tangga mereka dengan mengadopsi anak seperti permintaan Nagisa. Kehidupan mereka bahagia dan sempurna. Suami yang begitu mencintainya, anak manis sesuai yang ia inginkan...