[Luca]
.
.
Ketika aku membuka mataku, aku mendapati sisi tempat tidur Nagisa telah kosong. Sambil mengerutkan alisku, aku mengangkat tubuhku, melongok ke jam digital yang ada di atas meja lampu tidur di samping batal Nagisa.
Hari ini Sabtu dan sekarang pukul tujuh lebih lima menit. Mengapa Nagisa sudah meninggalkan tempat tidur sepagi ini di hari libur? Aku tidak bisa lagi kembali tidur jadi aku putuskan untuk melatih kakiku dengan latihan yang direkomendasikan oleh ahli terapi.
Aku beringsut turun dari tempat tidur, mengambil tongkatku yang beristirahat di sisi meja lampu. Aku berjalan menghampiri lemari pakaian, mengambil kaos lalu meletakkan kaos itu di atas lengan sofa. Aku pergi ke kamar mandi, mencuci mukaku, menggosok gigiku, merapikan rambutku dan kembali ke kamar untuk memakai kaos sebelum aku memutuskan untuk keluar menemui Nagisa dan meminta good-morning-kiss darinya.
Saat aku keluar dari kamar, aku melihat Reo baru saja keluar dari kamarnya juga. "Pagi, Brother." Reo menyapaku, rambut berantakan dan wajah khas baru saja bangun dari tidur. "Kenapa kau tidak mencuci mukamu sebelum kau keluar dari kamar?" tanyaku. "Aku hanya butuh segelas air sebelum aku kembali tidur lagi." Dengan jawaban tadi, Reo berjalan mendahuluiku.
"Re-chan, selamat pagi!" Nagisa yang kebetulan baru saja meninggalkan dapur, menyapa Reo. "Pagi." Reo membalas sapa pagi Nagisa lalu ganti masuk ke dalam dapur. Nagisa membawa sekeranjang penuh pakaian kotor kemarin, ia berjalan menghampiriku saat pandangan kami bertemu.
"Lu-chan, selamat pagi!" sapanya, manis dan ceria seperti biasa. "Selamat pagi," jawabku. Nagisa mencoba berjingkat setinggi yang ia mampu, merasa kasihan melihatnya tak cukup tinggi, aku mendorongnya turun kembali dan membungkuk untuk membiarkan ia memberiku ciuman di bibir. Nagisa mengecup keningku, lalu pucuk hidungku dan kembali lagi ke bibirku.
"Aku akan menyelesaikan laundry! Setelah itu kita bisa sarapan, ya?"
"Aku mengerti."
"Ah! Re-chan, sebentar lagi sarapan akan siap!"
"Aku tidak butuh sarapan," jawab Reo setelah ia selesai dengan keperluan di dapur dan kembali ke kamar.
"Re-chan, kau baik-baik saja?" tanya Nagisa cemas.
"Aku hanya masih mengantuk."
"Kalau begitu, aku akan menyimpan porsi Re-chan ya!"
"Terima kasih." Reo berjalan kembali ke kamarnya, meninggalkan Nagisa dengan raut muka cemas setelah jawaban yang ia berikan. Nagisa begitu ingin tahu, ia bahkan terus menatap ke arah Reo sampai ia akhirnya masuk ke dalam kamar. Aku tidak menatap Reo, namun aku mendengar bunyi pintu kamarnya gaduh.
"Sudah beberapa hari ini Re-chan keliatan lesu... padahal sebentar lagi Aki-chan akan datang. Lu-chan, bagaimana kalau Aki-chan melihat Re-chan tidak bersemangat seperti ini? Aki-chan pasti akan sedih tahu kita tidak membuat Re-chan bahagia."
Aku menolehkan kepalaku ke arah kamar Reo sesaat dan kembali menatap Nagisa. Alasan mengapa Reo tidak bersemangat adalah kejadian di kantor. Apa yang Ayah katakan soal melengserkanku dari kursi persdir didengar oleh William, pria bodoh itu terlalu sesumbar mengatakan ia akan menggantikanku, namun sampai detik ini tidak ada yang berubah, tentu saja tidak. Kadang William terlalu bodoh untuk tahu bahwa aku berada pada level yang berbeda darinya. Akan tetapi, tidak hanya membual tentang aku dilengserkan, ia pun membual tentang ia akan menggantikan Reo dari jabatannya memegang anak perusahaan di Jepang.
"Lu-chan?"
"Ia sedang dalam masa puber-nya."
"Re-chan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Lost His Way [ 4 ]
RomanceNagisa kembali ke Inggris bersama Luca, suaminya untuk memulai kehidupan rumah tangga mereka dengan mengadopsi anak seperti permintaan Nagisa. Kehidupan mereka bahagia dan sempurna. Suami yang begitu mencintainya, anak manis sesuai yang ia inginkan...