[Luca]
Di luar perkiraan hari ini meeting berlangsung lebih lama dari yang sudah dijadwalkan. Jam digital di dalam mobil menunjukkan pukul 11:45 malam, aku sudah terlalu lelah untuk bicara jadi sepanjang perjalanan pulang dari kantor sampai ke rumah, aku hanya diam.
Mobil masuk ke dalam halaman rumah dan berhenti di depan pintu utama. Peter membukakan pintu untukku dan mengucapkan selamat malam sebelum ia pergi. Aku masuk ke dalam rumah, mendapati sebagian lampu telah padam.
"Selamat datang, Tuan besar." Salah seorang pelayan menyambutku. "Apa suamiku dan putraku sudah tidur?" tanyaku seraya melonggarkan dasi. "Saya rasa Tuan Nagisa dan Tuan muda sudah pergi tidur. Tuan Nagisa sudah menyiapkan makan malam untuk anda." Jawabnya. "Kau boleh pergi istirahat sekarang," ujarku dan ia mengucapkan selamat malam lalu pergi meninggalkanku yang berjalan naik ke kamar tidurku sendiri. Aku membuka kamar dan menghampiri tempat tidur, "benar dugaanku..." gumamku sewaktu aku melihat Theo tidur didekap Nagisa. Mereka berdua tidur dengan wajah bahagia. Aku mengambil ponselku lalu mengambil gambar mereka, setelah itu mengatur hasil gambar yang kuambil sebagai wallpaper ponsel.
Aku duduk di pinggir tempat tidur dan melepaskan sepatu dan kaus kaki, menanggalkan jas dan membuka kancing kemeja lalu pergi ke kamar mandi untuk membilas diri. Selesai mandi, aku kembali kamar, terkejut mendapati Nagisa tengah membereskan sepatu dan jasku. "Selamat datang, Lu-chan." Sapanya, "apa aku membangunkanmu?" tanyaku, Nagisa menggelengkan kepalanya pelan. "Hari ini kau pulang malam sekali." Ujar Nagisa, "Ah, aku juga tidak menyangka akan butuh waktu begitu lama." Jawabku sambil mengeringkan rambut. Setelah memasukkan jas ke keranjang pakaian kotor, Nagisa menghampiriku yang tengah duduk di sofa kamar sambil mengeringkan rambut. Nagisa mengambil handuk kecilku dan membantuku mengeringkan rambut. Aku memeluknya di pinggul, menikmati tangannya yang dengan lembut mengusap-usap kepalaku. "Bagaimana Theo hari ini?" tanyaku. "Hm? Theo-kun hari ini membantuku menanam beberapa biji nanas di rumah kaca." Jawab Nagisa, "senang mendengar kalian berdua cepat akrab." Balasku.
"Kurasa kau sudah bisa segera istirahat, tunggu, apa Lu-chan sudah menghabiskan makan malammu?" tanya Nagisa. "Aku terlalu lelah untuk makan." Nagisa mengerutkan alisnya. "Bagaimana kalau nanti kau sakit?!" Omel Nagisa. "Maafkan aku, aku berjanji lain kali aku akan menghabiskan makan malamku." Nagisa tersenyum lemah sambil menepuk-nepuk kepalaku. "Aku akan membereskan makan malam Lu-chan dulu, karena kau bilang kau sudah lelah lebih baik segeralah tidur."
Nagisa pergi meninggalkan kamar dan aku pergi naik ke atas tempat tidur mengangkat selimut dan masuk ke dalam. Theo sama sekali tidak bangun, ia masih pulas memeluk boneka kelinci kotornya. Aku ingin sekali mengambil kelinci itu dan memberikan boneka kelinci baru tapi aku tahu anak-anak punya setidaknya satu benda yang bagaimanapun bentuk dan baunya akan selalu mereka simpan dan mereka jaga sepenuh hati. Waktu kecil dulu, aku juga tidak akan bisa tidur tanpa mendengarkan kotak musik yang kuterima dari nenek meski boneka di atas kotak musik itu sudah tidak lagi menari.
Aku membawa tubuhku dekat pada Theo lalu mengecup pipi mungilnya. Setelah itu kembali membuka jarak dengan Theo dan kembali ke bantalku. Seandainya saja Theodore punya rambut hitam, ia pasti akan sangat pas untuk dianggap anak kandung dari kami. Beberapa menit kemudian Nagisa kembali ke kamar, naik ke tempat tidur dan memandangi Theo dengan senyuman manis. "Lu-chan, terimakasih sudah mengijinkanku untuk mengadopsi Theo-kun." Ujar Nagisa, aku menggeser tubuhku mendekat ke Theo dan Nagisa. "Aku pikir ada baiknya kita menambah anak dan teman bermain untuk Theo." Ujarku, Nagisa menatapku malu lalu tersenyum, "kau akan?" tanyanya. "Aku akan." Jawabku dan senyuman bahagia mengembang di wajah manis Nagisa.
***
Hari demi Hari Theo mulai terbiasa tingga di lingkungan barunya dengan keluarga barunya. Meski awalnya aku dan Nagisa memutuskan untuk mengajari Theo bahasa Jepang, tampaknya Nagisa terlalu senang mendengarkan Theo mengoceh dengan bahasa Inggris. Akhir pekan ini Nagisa berencana mengajak Theo membeli perlengkapan sekolahnya karena minggu depan aku akan membawa ke Theo ke sekolah swasta internasional sesuai yang sudah aku dan Nagisa bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Lost His Way [ 4 ]
RomanceNagisa kembali ke Inggris bersama Luca, suaminya untuk memulai kehidupan rumah tangga mereka dengan mengadopsi anak seperti permintaan Nagisa. Kehidupan mereka bahagia dan sempurna. Suami yang begitu mencintainya, anak manis sesuai yang ia inginkan...