[Nagisa]
.
.
Luca mengambil setelan jas paling mahalnya dan memintaku membantunya berbenah dan berdandan. Setiap kali mengunjungi kediaman Sang Ratu, Luca selalu memberikan penampilan terbaiknya hingga hanya dengan satu kali lihat saja, orang akan tahu bahwa dia punya status berbeda dari orang umum lain yang berkunjung. Luca memasang bros khusus berlapis emas, bentuknya seperti kuncup bunga dengan ukiran indah gaya victorian di dadanya, lalu menatapku-
"Ada apa?" tanya Luca.
"Aku hanya bertanya-tanya mengapa Lu-chan selalu memakai bros ini setiap kali kunjungan ke istana?" tanyaku, Luca hanya menatapku sesaat lalu berpaling dariku seraya membetulkan dasinya. Aku menatap sosoknya yang gagah dari belakang, tidak pernah membayangkan aku bersanding di sisi pria sepertinya.
Luca menghampiriku lalu menunjukkan sebuah kalung dengan bandul yang sama dengan bros yang tadi ia kenakan. Luca tidak mengatakan apa-apa, ia hanya mengalungkan kalung indah itu di leherku. Aku menatap Luca, bingung dan tak mengerti mengapa ia memakaikan kalung seindah ini.
"Jika kau tersesat di istana, penjaga akan tahu kemana ia harus mengantarmu."
"Eh?"
Luca segera berpaling lagi, ia berjalan menghampiri lemari pakaian kami dan menata sesuatu di laci lemari. Aku mengarahkan pandanganku ke liontin kalung ini kemudian tersenyum lembut.
"Lu-chan, terima kasih!" ujarku, "Apa aku akan memakainya terus mulai dari sekarang?" tanyaku, Luca menggelengkan kepalanya. "Setelah selesai berkeliling, aku akan mengambilnya lagi," jawab Luca. "Kenapa aku tidak bisa terus memakainya?" tanyaku setengahnya kecewa. "Karena kau bisa diculik kalau kau memakainya setiap hari," jawab Luca. Aku membelalakan mataku tak percaya, "L-Lu-chan! Apa lebih baik aku tidak perlu memakainya??" tanyaku, sekarang bukannya kagum tapi khawatir, kalung ini terlalu berbahaya!
"Aku tidak akan pernah bosan mengerjaimu, pfft.." Luca menertawakanku ringan sebelum ia mengambil tanganku dan mengajakku keluar dari kamar. "Lu-chan, itu tidak lucu! Aku benar-benar takut mendengar apa yang kau katakan tadi!" omelku, meski begitu Luca hanya menyeringai ringan mengacuhkan omelanku.
Segera setelah kami selesai, aku bergegas meninggalkan kamar dan menghampiri kamar Theo. Aku melihat Theo duduk di lantai kamarnya, memakai kaus kakinya sambil bicara dengan Rowen yang tergeletak di sampingnya.
"Papa, hari ini kita akan pergi ke mana?" tanya Theo, sekarang ia mencoba memakai sepatunya. Aku berjongkok di depannya, membantu Theo memakai sepatu. "Kita akan mengunjungi istana Yang Mulia Ratu Elizabeth," jawabku. "Apa itu tempat yang besar?" tanyanya lagi. "Ya, tempat yang besar, sangat, sangat besar!" jawabku lagi seraya menepuk pucuk hidungnya dengan telunjukku ringan. Theo tertawa kecil.
"Aku siap Papa!"
"Ayo kita turun dan bergabung dengan yang lainnya!"
Sambil menggendong Theo, kami berjalan keluar dari kamar, menuruni anak tangga satu persatu. Di ruang tamu tengah, kami melihat Reo dan yang lainnya sudah siap. "Daddy!" Theo berlari menghampiri Luca, Luca menangkapnya dan memintanya berputar, Theo berputar sekali lalu menghadap kembali ke Luca. Dengan cekatan Luca membetulkan pakaian Theo sambil mengajarinya bagaimana seharusnya semua pakaian dimasukkan ke dalam celana panjang dengan rapi.
"Kalau begitu, sudah siapa berangkat?" tanyaku. Luca menganggukkan kepala begitu juga dengan Reo dan yang lainnya. Sebelum berangkat, aku pergi menjemput Ecchan dan menggendongnya bersamaku. Setelah semua siap, aku, Luca, Theo dan Ecchan naik ke mobil kami sementara Reo, Aki-chan dan Kitazawa-san naik ke mobil baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love That Lost His Way [ 4 ]
RomanceNagisa kembali ke Inggris bersama Luca, suaminya untuk memulai kehidupan rumah tangga mereka dengan mengadopsi anak seperti permintaan Nagisa. Kehidupan mereka bahagia dan sempurna. Suami yang begitu mencintainya, anak manis sesuai yang ia inginkan...