Lost His Way (27)

8.3K 960 167
                                    

[Nagisa]

.

.

"Aku pulang."

Aku dan Theo yang sedang duduk bersantai menonton acara televisi di ruang tengah dengan kompak menoleh ke arah pintu ruangan ketika mendengar suara Luca. Theo bergegas turun dari sofa dan berlari keluar ruangan.

Sambil menunggu Luca dan Theo kembali ke ruang tengah, aku mematikan televisi dan mencoba untuk pindah ke kursi roda. Rasanya benar-benar tidak nyaman, tapi dokter masih belum mengijinkanku berjalan sampai dua minggu ke depan.

"Nagi, aku pulang."

Aku mengarahkan pandanganku ke depan dan melihat Luca berjalan menghampiriku bersama Theo yang ia gendong.

"Selamat datang, Lu-chan," balasku. Luca menurunkan Theo dari gendongannya, lalu mengecup bibirku lembut. "Bagaimana kerja hari ini?" tanyaku, "sibuk seperti biasa," jawab Luca seraya duduk di sofa dan melonggarkan dasinya. Tidak lama kemudian, Grace masuk ke ruang tengah dan mengambil mantel dan tas kerja Luca untuk dibawa ke ruang kerjanya.

"Terima kasih," ujarku pada Grace sebelum ia pergi meninggalkan ruangan. Aku menatap Luca dan Luca menatapku balik. "Lu-chan, boleh aku bertanya sesuatu?" tanyaku. "Apa yang ingin kau tanya kan?" Luca menatapku ingin tahu. "Lu-chan, kenapa tidak pernah mengucapkan terima kasih ketika Grace atau yang lain membantu?" tanyaku. Sambil menarik dasinya lepas, ia menjawab, "Bukan kah pembantu dibayar untuk membantu? Kau mau aku mengucapkan terima kasih tapi tidak membayar mereka?"

"Lu-chan, apa kau ingat nama mereka?"

"Tidak,"

"Lihat! Mumumumumu! Lu-chan selalu saja begitu!" ujarku kesal. Aku memang tidak ingin uring-uringan soal ini, tapi aku merasa apa yang ia lakukan tidak benar. Setidaknya ia bisa mencoba untuk mengucapkan terima kasih dan mengingat nama mereka.

"Maaf soal itu tapi aku tidak bisa, mereka sudah mendapatkan ucapan terima kasih dariku setiap bulannya dengan sangat berlebih," jawab Luca, ia lalu beranjak dari duduknya dan berjalan keluar ruangan.

"Daddy, Nyonya Fletcher bilang kita harus mengucapkan terima kasih jika dibantu orang lain," ujar Theo. Mendengar apa yang Theo katakan, Luca berhenti dan membalikkan badannya. "Jika seorang asing membantuku, aku akan mengucapkan terima kasih. Tapi pelayan, penjaga, semua yang mendapat bayaran sudah mendapatkan terima kasih mereka dari bayaran yang mereka terima." Setelah membalas apa yang Theo katakan padanya, Luca kembali berjalan pergi meninggalkan ruang tengah.

Grace kembali ke ruang tengah dan memberi tahu jika makan malam sudah siap. Luca yang sudah berganti pakaian santainya, ia membantuku pindah dari ruang tengah ke ruang makan. Ia membantuku duduk di kursi meja makan dan membantuku memasang serbet di pangkuanku.

"Terima kasih, Lu-chan." Setelah membantuku, ia duduk di kursinya. Aku menatap Theo yang berusaha menyelipkan serbet di leher bajunya, setelah selesai ia tersenyum menatapku. Eloise dan Grace membuka piring-piring kami, menuangkan sampanye di gelas Luca.

"Menu hari ini daging domba panggang dengan keju dan ikan salmon bumbu garam daun basil, Tuan besar." Grace memberi tahu kami dan setelah semuanya selesai mereka meninggalkan ruang makan.

"Lu-chan, minggu depan Re-chan dan Aki-chan akan berkunjung, bukan? Di kamar mana mereka boleh menginap?" tanyaku seraya memotong daging di piring. "Papa, siapa yang akan berkunjung?" tanya Theo.

"Theodore, kosong mulutmu lebih dulu sebelum bicara," tegur Luca. Theo cepat-cepat menelan makanannya.

"Uncle Reo dan kekasihnya, Aki-chan." Aku memberi tahu Theo, tapi entah kenapa Theo tidak terlihat antusias.

The Love That Lost His Way [ 4 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang