Who are you?

2.8K 179 3
                                    

Darah Sari menggelegak, telinganya berdenging mendengar kata-kata bernada sombong tersebut.

Cukup sudah!! Ia wanita berpendidikan, hanya karena ia tidak sengaja menabrak tidak menjadikan ia wanita yang tidak mempunyai mata, otak serta tidak bisa berbicara.

"Siapa sih kamu? Berani sekali kamu berkata dengan sombong seperti itu. Apa kamu tidak mempunyai sedikit saja rasa sopan terhadap wanita hah!! Saya tidak sengaja menabrak, kalau tahu kan tidak mungkin saya mau menabrak kamu!" Sari terengah-engah berbicara dengan cepat dan marah. Telinganya serasa berasap. Ia tidak sadar sudah menekankan jari telunjuk kanannya ke dada diri kiri orang itu.

Namun si lelaki itu sangat sadar, dan membuatnya bertambah marah. Ia mengangkat tangan kirinya dan mencengkram kuat pergelangan tangan kanan Sari dengan mudah. Kemudian berkata, "Jangan pernah menunjukkan jarimu ini kepadaku. Tidak ada yang berani melakukan hal tersebut. Karena orang itu akan mendapatkan konsekuensi atas apa yang ia lakukan."

"Hah! Konseksuensi? Bukankah memang setiap manusia harus menerima konsekuesi atas apa yang ia lakukan didunia ini?" Sari berkata dengan nada masih kesal. "Dan kamu juga akan menerima konsekuensi atas apa yang kamu katakan kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung nantinya."

Tampaknya lelaki itu bertambah marah, ia mau membuka mulut lagi ketika mereka berdua sadar bahwa mereka berdebat di area umum. Ada security yang mendekati berdua dan berkata, "Maaf, hmm.. sebaiknya pertengkaran antar kekasih diselesaikan ditempat yang agak privasi saja. Tidak enak dilihat orang. Tuh semua orang pada kepoin kaliam berdua." Bapak security yang senior itu berkata sambil tersenyum maklum.

Sontak Sari dan lelaki sombong itu terkejut mendegar perkataan bapak tersebut.

"Kami.."

"Tidak kami.."

Mereka berdua berkata serempak membuat bapak itu mendekat ke sisi kiri lelaki nan sombong itu dan menepuk puggung belakangnya dengan lembut.

"Nak.. sebaiknya diselesaikan dengan kepala dingin. Bukankan kalian berdua orang yang bermartabat dan berpendidikan." Bapak itu berkata dengan nada bijak membuat dua orang yang sempat tarik urat tersebut mendingin.

Raut wajah Sari mendingin dan seketika tersenyum mendengar bapak tersebut berbicara. Ia membalas perkataan bapak itu, "Maafkan kami pak kalau sampai menganggu kenyamanan pengunjung yang lain."

Bapak security tersenyum lembut sambil berkata, "Neng geulis, kamu sangat mengerti dengan perasaan orang lain. Sebaiknya permasalahan kalian dapat terselesaikan dengan baik. Saya tinggal ya.. ooiyaaa.. kalian berdua sangat serasi." Bapak itu berlalu meninggalkan dua orang ini yang masih berdekatan tanpa mereka berdua sadar.

Sari mengamati pengunjung lain yang satu dua masih melihat ke arah mereka berdua. Sari menyentakkan tangan kirinya yang ternyata bertengger di dada lelaki itu.

"Begini, saya tadi tergesa-gesa mau ke kamar kecil. Saya tidak melihat kalau anda berjalan dari balik dinding pemisah ini. Jadi saya menambrak anda yang berjalan keluar." Sari berkata sambil mendonggak. Astaga inilah kelemahannya, ia bertubuh pendek. Sedangkan lelaki ini menjulang diatasnya.

Lelaki itu mengamati Sari sekarang dari hidung congkaknya seolah Sari ini semut kecil. Sari jadi ingin tersulut lagi emosinya.

"Dengar, saya tidak ada masalah dengan anda. Saya tidak sengaja melakukannya. Jadi jangan melihat ke arah saya seperti itu." Sari sambil menarik pergelangan tangan kanannya dari cengkraman lelaki ini. Brengsek tidak mau dilepas. Ia ingin teriak tapi nanti bapak security tadi datang lagi.

"Kamu dengarkan aku baik-baik wanita kecil seperti liliput. Jangan berani-berani jarimu ini menunjuk ke arahku. Kalau sekali lagi kamu lakukan. Akan aku patahkan jari ini." Lelaki itu berkata dengan menggertakkan giginya.

KAU KAH SEBELAH HATIKU? {Geng Rempong : 2}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang