Book Store

2.4K 163 7
                                    

Books give a soul to the universe, wings to the mind, flight to the imagination, and life to everything - by Plato

Sore hari Sari keluar dari rumah untuk membeli novel kesukaannya ditoko buku terdekat. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.

Ia suka novel semenjak Kusuma membaca novel didepan mukanya dulu tanpa berkedip. Hal itu membuat Sari kesal dan menarik novel tersebut dari temannya. Ketika ia membaca novel Kusuma, ia ikutan tertarik sampai sekarang.

Ia merindukan temannya itu. Ia terakhir kali mengirimkan pesan singkat dibalas bahwa Kusuma sedang sibuk mengurus resign dihotel tempat ia bekerja. Hmm.. temannya itu sangat beruntung karena mendapatkan suami yang tampan serta pengertian batinnya sambil menelurusi rak novel ditoko buku.

Ia ingin mengambil novel ketika sudut matanya melihat ada buku tebal diatas kepala seorang wanita ingin terjatuh. Ia refleks berlari menarik wanita itu agar tidak kejauhan buku tebal tersebut.

Suatu bedebam membuat pramuniaga bergegas mendekati mereka.

"Apa ibu baik-baik saja?" tanya Sari dengan agak panik sambil menatap ibu didepannya ini.

Wanita didepannya ini diam sejenak memandang Sari dengan agak mengernyit.

"Tidak.. tidak apa-apa."

"Apa kalian tidak apa-apa?" tanya pramuniaga itu berujar mencari tahu.

"Tidak mbak. Kami baik-baik saja." balas Sari sopan.

"Maafkan atas ketidaknyaman ini ya ibu, mbak. Kami tidak tahu bahwa buku itu akan terjatuh." suara pramuniaga itu meminta maaf

"Tidak apa-apa mbak. Untung ada mbak ini. Kalau tidak kepala saya sudah benjol." balas ibu itu sambil nyengir membuat Sari ikutan tersenyum kecil.

"Hmm.. baiklah ibu, mbak jika tidak ada yang diperlukan saya permisi menyusun buku itu dulu." pramuniaga itu berlalu sambil menganggukkan kepalanya tanda permisi.

"Nak, sepertinya kita pernah ketemu?"

"Ketemu? dimana ya bu?" balas Sari dengan cepat. Ia berusaha mengingat wajah wanita didepannya ini.

"Aahh.. saya ingat." jentik jari wanita itu didepan Sari. "Kamu temannya Kusuma bukan? Saya pernah melihat kamu diacara pernikahan anak ibu Widya itu."

Mendengar nama Kusuma disebutkan, Sari menjadi agak waspada. Kenapa ia diingat karena pernah menghadiri pesta pernikahan temannya itu.

"Hmm.. saya tapi tidak mengenal ibu ataupun melihat ibu disana. Maaf bukannya tidak sopan. Saya suka pelupa." Sari berkata dengan nada menyesal.

"No problem nak, yang pasti kamu temannya Kusuma bukan?"

"Iya sih, saya teman Kusuma."

Ibu itu tersenyum misterius. Ia mengamati wanita didepannya ini dengan menyeluruh. Tidak banyak perbedaan ketika pertama kali ia melihat wanita muda ini. Rambutnya masih terlihat panjang serta ikal, kulit wajahnya coklat sehat.

Sari agak deg-degan diamati seperti itu. Ia punya firasat bahwa dirinya akan berhubungan dengan ibu ini dalam waktu dekat

"Nak, saya Ratna. Kamu bisa panggil saya ibu Ratna." ujar wanita itu sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat.

Sari menerima uluran tangan itu dengan cepat digenggam kuat oleh ibu Ratna.

"Saya Sari Pertiwi bu. Panggil Sari saja sudah cukup.

"Nama yang sesuai wajahmu." ungkap ibu Ratna tersenyum suka.

"Hmm.. Mbak apa kamu bisa menolong ibu sebentar?"

KAU KAH SEBELAH HATIKU? {Geng Rempong : 2}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang