Dilema?

1.9K 116 1
                                    

**Di kamar kost Syarif**

Syarif sedang menonton TV ketika handphonenya berdering.

"Halo?"

"Nak.. kenapa kamu tidak pulang-pulang sih. Ini sudah hampir 2 tahun sayang. Kakek kamu sudah mengakui kesalahan. Tolonglah pulang. Perusahaan ayah kamu membutuhkan dirimu."

Syarif terdiam mendengar ibu berbicara. Ia sangat ingat ketika kakeknya menyalahkan ibunya karena berasal dari derajat dibawah keluarga kakeknya itu. Kakeknya orang berkelas di Bogor.

Ayahnya mencintai ibunya yang berasal dari kelas bawah. Mereka menikah hanya dengan restu nenek Syarif. Ayah dan ibunya pergi ke Bekasi untuk hidup dalam kesederhanaan karena kakek Syarif tidak menyetujui kalau anak lelaki mereka menikah dengan wanita miskin.

Setelah mereka hidup bersama selama kurang lebih 20 tahun, Ayahnya sakit dan meninggal dunia. Ia ditinggal bersama ibunya itu. Ia tidak peduli bahwa kakeknya itu sangat kaya. Ataupun ayahnya ternyata mempunyai perusahaan sendiri di Bogor.

Syarif hidup dalam kesederhanaan, ia membanting tulang untuk kuliah dan ketika ia bekerja diperusahaan Rendy, ia sangat senang karena bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan mengirimkan sebagian rezeki itu kepada ibunya.

"Aku tidak mau ibu. Kenapa baru sekarang kakek mau mengakui kita." tanya Syarif dgn lembut.

"Nak, kakek kamu sudah tua. Dan tidak ada lagi keturunan laki-laki dari garis keturunan ayah kamu selain dirimu ini. Pulanglah nak, ibu yakin Rendy bisa menemukan orang lain untuk mengantikan dirimu jika kamu resign."

Syarif terdiam mendengar ibunya itu. Ia memang bekerja diperusahaan Rendy sebagai seorang Personal Assistant. Ia sangat senang bekerja disana. Bosnya sangat baik kepadanya, ia sudah menganggap Rendy itu sebagai kakak lelakinya. Bahkan, istrinya yang mungil bernama Kusuma itu sangat menyayangi dirinya sebagai seorang sahabat.

Keluarga Rendy juga banyak membantu dirinya jika ia membutuhkan pertolongan.

"Ibu.. aku tahu akang Rendy pasti bisa menemukan penggantiku. Masalahnya aku tidak mau pulang untuk memegang tampuk perusahaan kakek itu." papar Syarif kesal.

"Nak, pikirkan sekali lagi. Ini bukan hanya perusahaan kakek kamu tapi perusahaan kamu karena setengah saham diperusahaan itu milik kamu. Ayah kamu merubah surat wasiat atas nama dirinya menjadi nama kamu nak."

Syarif mematung mendengar hal itu. Ini tidak mungkin batinnya ngeri. Ia terlahir dari didikan orang sederhana. Ia tidak mau memasuki ranah kakeknya yang kaya itu.

Sial rutuk Syarif.

"Ibu, kita akan bicarakan hal ini nanti ya. Aku tidak mau membuat keputusan secara tergesa-gesa."

"Hmm..baiklah nak. Sebaiknya kamu segera pulang nak. Karena kakek mengatur rencana pertunangan kamu dengan seorang wanita kaya jika kamu tidak mau pulang ke Bogor" pungkas ibu Syarif sambil mematikan handphone.

"Haloo?! Ibu?!"

OMG! Kakeknya sangat keterlaluan sekali teriak Syarif dalam hati sambil menarik-narik rambutnya dengan geram.

Bertunangan? Waduh gawat. Ia harus mencari akal supaya bisa mengagalkan rencana kakek.

"Aduh.. kenapa jadi begini sih?"

"Kenapa kakek seenakny saja mau menunangkan aku dengan seorang wanita tidak di kenal."

"Apakah aku harus mencari secepatnya seorang wanita untuk di jadikan seorang kekasih."

"Gawat-gawat!"

"Kakek memang sudah keterlaluan."

Syarif mengerutu sendirian di kamar kostnya itu. Ia pasti menemukan cara akan pertunangan itu tidak terjadi. Ia lalu berbaring di tempat tidur dan menguap, kemudian jatuh tertidur dengan pikiran kusut masai karena bayangan akan di tunangkan.

***

**Minggu siang di rumah Andi**

Andi sedang latihan angkat beban dikamar tidur. Ia tidak ke ruang gym. Dengan telanjang dada ia hanya memakai celana panjang saja.

Sari duduk disofa depan tempat tidur menonton TV.

"Aa..?"

"Hmm..?"

Andi menarik napas dan menghembuskan secara perlahan sambil berhitung didalam hati.

"Saya mencintai aa.. " ucapan itu menghentikan kegiatan Andi dari angkat beban.

Sari memang sengaja mengatakan hal itu ketika suaminya sedang sibuk seperti ini.

"Aaa..?" Sari merengek manja kepada suaminya itu. Ia mendekati Andi dan duduk dipangkuan suaminya yang sedang terdiam dengan beban diatas kepalanya.

"Kamu mau memeras aku ya dengan berkata seperti itu."

Sompret! batin Sari. Ia tidak bisa mengakali suaminya ini dengan merayu mengatakan bahwa ia mencintai kekasih hatinya ini.

"Kamu memang mencintai suamimu keren kamu ini, my love." lanjut Andi sambil kali ini bergerak lagi.

Sari merayap ke pinggul suaminya untuk membuat suaminya itu hilang konsentrasi.

Napas Andi tersentak ketika istrinya ini menduduki pinggulnya. Dasar! batin Andi. Wanitanya ini memang licik.

"Kamu tidak bisa membuatku lengah liliput." ucap Andi sambil menahan dirinya untuk tidak menyentak istrinya itu ke atas.

Sari menyeringai seperti serigala betina melihat dada bidang suaminya ini. Ia akan membuktikan bahwa dirinya bisa membujuk suaminya ini untuk melepaskan Kiki.

"Hmm.. Aa.. Saya mah cuma mau membantu aa saja dalam berolahraga. Kan saya bisa menjadi beban akang atuh."

Sari menarik ikat pinggang Andi dan melepaskannya sambil mengusap perut datar keren itu.

"Jangan macam-macam sayangku." ancam Andi sambil terengah-engah.

Sari tidak peduli dengan acaman tersebut. Ia lalu beringsut turun dari sofa dengan pelan sampai berada ditengah paha suaminya.

"Aa.. aa sayang sama saya kan?"

"Jangan kamu ragukan lagi hal itu liliput."

"Terus aa mau kan membuat saya bahagia?" Sari berkata sambil membuka kait celana panjang Andi.

"Tentu saja!" ujar Andi sedikit geram.

"Kalau begitu, aa mau ya memberikan saya sesuatu?"

Andi menghentikan kegiatan dan meletakkan beban itu disisi masing-masing tubuhnya. Sari sudah selesai menarik celana panjangnya sampai lepas.

Gawat! batin Andi. Ia akan kalah menghadapi wanita penggoda ini.

Sari terbelalak menatap tubuh suaminya ini dari bawah. Ia menelan ludah dengan antisipasi. Suaminya ini sungguh keren. Ia akan membuat Andi melayang-layang sampai permintaan dirinya terpenuhi.

Andi yang mengetahui akal bulus istrinya manisnya ini mau bergerak menjauh. Tapi, Sari sudah lebih sigap dengan mengenggam glory supaya diam di tempat. Ia tahu tubuh suaminya ini tidak akan menolak dirinya.

Andi mengeram ketika tangan lembut Sari menyentuh dirinya.

"Kamu licik!" ujar Andi dengan mendesis karena Sari sudah mengusap-usap dirinya dengan pelan.

"Licik? Well, It's me!" dengan berkata seperti itu Sari mengeksplor suaminya memakai mulut serta lidahnya membuat Andi mengerang dan melentingkan tubuhnya mendekati Sari.

***

See you on the next chapter

6_^

***

KAU KAH SEBELAH HATIKU? {Geng Rempong : 2}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang