Part 8

1.2K 57 0
                                    

Prila membalas pelukan Ryan dan mengelus pundaknya lembut.

Seakan mendapat ketenangan dari elusan dipundaknya, Ryan mengendorkan pelukannya.

Memberi sedikit ruang untuk Prila dihadapannya Ryan membelai surai hitam milik Prila.

Seketika mata Prila melembut mendapatkan perlakuan yang belum pernah ia dapatkan dari seorang cowok.

"Udah nanya sama Kak Qiray? Masalah tadi?" Entah darimana suara Ryan yang melembut pada Prila.

"Belom, dari tadi kamarnya dikunci." Jawab Prila tak menyangka kalau Ryan perhatian juga pada kakaknya.

"Kita tanya dia sekarang." Ryan mengesampingkan pencarian Nela demi mengetahui apa masalah Kak Qiray yang akan menjadi kakak iparnya nanti.

Prila mengangguk mengikuti langkah kaki Ryan yang jalan mendahuluinya.

Tanpa sedikit ragu Ryan membuka pintu kamar Kak Qiray pakai kunci cadangan secara kan ini rumah milik orang tuanya jadi dia pasti mempunyai kunci cadangan untuk semua ruangan.

Ryan dan Prila masuk ke kamar itu, mendapatkan Kak Qiray sedang duduk pasrah disudut kamar.

Ryan mendekati Kak Qiray perlahan dan mendudukkan dirinya didepan Kak Qiray.

"Gue liat lu lagi gelisah ada apa?" Tanya Ryan tanpa ragu.

"Kok lu bisa masuk?." Tanya Kak Qiray bingung.

Ryan menunjukkan kunci yang dipegangnya ke hadapan Kak Qiray.

"Jawab gue jangan ngalihin pembicaran." Ryan menatap Kak Qiray datar.

"..."

Prila sedikit takut dengan aura yang melingkupi ruangan ini.

"Jawab gue jangan diem aja, lu gentle kan?" Tanya Ryan dengan ledekan.

"..."

"Lu..." Ryan menggantungkan katanya dan melirik Prila yang duduk dipinggiran ranjang.

Prila membalas lirikan Ryan dengan senyuman.

Shit...

Bukan ini yang diinginkan Ryan, mana mungkin dia bilang semuanya yang dia tau kalau lagi ada Prila disini.

"Pril... boleh lu keluar dulu?" Tanya Ryan sopan.

"Kenapa?" Tanya Prila heran.

"Ada hal yang pengen gue bicarain ama Kak Qiray"

"Masalah--"

"Laki-laki." ucap Ryan cepat supaya Prila pergi.

Akhirnya Prila mengiyakan perkataan Ryan dan pergi berlalu.

Ryan mengangkat dagu Kak Qiray yang sedari tadi menunduk.

"Lu ngehamilin anak orang?" Tanya Ryan cepat yang membuat Kak Qiray tersentak kaget.

"Tau dari mana lu?" Tanya Kak Qiray mendelik.

"Maen gue udah jauh bang." Ryan menyeringai mendengar ringisan Kak Qiray.

Praangg....

Suara gaduh membuat Ryan dan Kak Qiray menatap bingung.

"Pembicaraan kita belom selesai." Ryan keluar kamar mencari sumber suara itu.

Ryan menemukan Prila dengan tangan berdarah karena pecahan gelas.

"Ngapain si lu?" tanya Ryan geram.

"Tadi mau minum eh tangan gue licin terus jatoh deh." jawab Prila sok kuat.

"Ceroboh." ucap Ryan setelah menghisap darah ditangan Prila.

"Ryan.." gumam Prila pelan.

"Jangan nyakitin diri lu sendiri kayak gini lagi." Ryan membalut luka Prila pakai plester.

"Makasih." ucap Prila melihat kepergian Ryan begitu saja.

Ryan kembali lagi ke kamar Kak Qiray meminta penjelasan.

"Jawab gue atau--"

"Iya gue yang ngehamilin temen cewek jauh lu, tapi sumpah gue gak niat ngelakuin itu." Jawab Kak Qiray serak.

Ryan yakin Kak Qiray habis nangis karena perbuatan bejatnya yang menghamili teman cewek jauhnya dua tahun yang lalu.

"Ternyata lu bajingannya?" tanya Ryan ngeledek.

Kak Qiray mengangguk pelan.

"Lu tau gak kalo Vio ngehidupin anaknya sendiri dan selalu ngejar gue buat ngakuin kalo anak itu anak gue sama dia, karena apa? Dia cinta sama gue dan bangsatnya lu malah hamilin dia." Ryan membayangkan betapa malangnya teman wanitanya itu setelah Ryan menolak mentah lamaran Vio waktu itu.

Kak Qiray menatap Ryan tak percaya, kenapa dia bodoh meniduri cewek yang jelas-jelas mencintai orang lain.

"Maafin gue." Suara serak Kak Qiray membuyarkan lamunan Ryan.

"Sekarang saatnya lu tanggung jawab sama apa yang udah lu lakuin." Ryan menepuk pundak Kak Qiray.

"Gue belom siap." Kak Qiray menggeleng.

"Berani berbuat berani bertanggung jawab, gue yakin lu cinta sama dia."

"..."

"Kalo lu gak cinta sama dia gak mungkin kan lu ngelakuin hal bejat itu?"

"..."

"Qiray yang gue kenal diluaran sana tuh nakal bukan pengecut." ucap Ryan seakan mengetahui sikap pribadi Qiray.

"Temuin dia besok, ini alamatnya." Ryan mengasih surat kecil ke tangan Qiray.

****

Ryan masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya kasar ke kasurnya.

Nela

Nela

Nela

Nama itu berputar diotak Ryan, memikirkan dimana adiknya sekarang.

Tok... tok... tok...

"Ryan." suara mama masuk ke kamarnya.

"Kenapa mah?"

"Nela kemana?"

Deg...

Apa yang harus Ryan katakan ke mamanya kalo Nela hilang dari tadi.

"Nela.."

"Nela kenapa?"

"Nela ilang mah"

Bruk...

Mama pingsan tepat dikasur Ryan.

"Ryan, pasti nemuin Nela secepatnya mah, jangan khawatir." Ryan berlari turun ke bawah menuju motor sportnya dan pergi ke rumah sakit.




Sedikit info nih buat yang mau aja, baca cerita baru gue pengganti Friendship dan Bad boy.
Nama pemainnya ada yang sama tapi ada juga yang beda.
Siapa tau kalian tertarik dibaca aja yah dan jangan lupa votenya 😉😉😉

BROKEN HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang