Part 7

1.2K 54 0
                                    

Dilain tempat Rafa sedang kebingungan karena Nela tidak ada disampingnya.

Dia mencari kesana kemari sambil bertanya pada orang yang berlalu lalang disana.

'Njir.... Nela kemana ini?' Batin Rafa frustasi.

Drrtt.... drrttt..... drrrtt...

Hp Rafa bergetar disaat dia mulai mencari Nela lagi.

Dia melihat nama yang tertera dilayar hpnya, tersentak kaget karena Ryan yang sedang menelfonnya.

"Hallo, yan." sapa Rafa tenang.

"..."

"Eh... gini yan, Nela ilang gak tau kemana." Jawab Rafa panik.

"..."

"Di taman bermain tempat biasa nongkrong, yan."

"..."

Rafa menaruh kembali Hpnya didalam saku celananya dan mulai mencari Nela lagi.

***

Ryan yang ingin bergegas ke tempat tujuan yang tadi Rafa beritahu malah dijegat oleh kedua orang tuanya dan kedua orang tua Prila.

"Kamu mau kemana Ryan?" tanya mama.

"Mmm..." Ryan kebingungan harus jawab apa.

"Ryan, dua hari lagi kamu akan bertunangan dengan Prila." ujar papa membuat Ryan kaget ditempat.

"Iya Ryan, om harap kamu tidak menolak pertunangan ini." pernyataan Pak Santoso membuat Ryan sulit untuk menolak.

"Aku nerima pertunangan ini kok," jawab Ryan agak sedikit terpaksa dan Kak Qiray tahu itu.

"Mi, Pi kasih waktu Ryan sama Prila buat masa PDKT bisa kali?" Tanya Kak Qiray lantas membuat Ryan mendesah lega.

"Mungkin ini memang mendadak bagi mereka berdua tapi papi dan mami ingin yang terbaik untuk mereka berdua." Jawab Pak Santoso.

"Kalo aku tunangan Kak Qiray nikah gitu?" Tanya Prila dengan polosnya.

"Kalo memang dia punya keberanian sudah dari dulu dia bahagia." Jawab Pak Santoso sedikit marah.

Apa yang dikatakan papinya membuat Prila menoleh ke Kak Qiray yang menundukkan wajahnya.

"Tante harap kamu bisa menjaga Prila yang sedikit manja ini." Ledek Bu Ananda jelas ke Prila.

"Aku gak terlalu manja kok, mi." Gerutu Prila.

"Yaudah aku pamit pergi dulu om, tante, mah, pah," pamit Ryan langsung keluar rumah tanpa mendengar respon dari mereka.

****

Taman bermain

Ryan turun dari motor sportnya mengahampiri Rafa yang sedang bingung dan panik.

"Kenapa Nela bisa ilang kayak gini?" Ryan mencengkram pundak Rafa kuat.

"Gu... gue juga gak tau tadi gue pergi sebentar buat beli gulali." Jawab Rafa sedikit takut melihat ekspresi Ryan.

Ryan mengambil Hp disaku celananya menghubungi  Deon untuk segera kesini membantunya mencari Nela.

Selang beberapa menit kemudian Deon menghampiri Ryan dan Rafa yang sedang menunggunya.

"Ada apaan, yan?" Tanya Deon.

"Adek gue ilang, kita mencar cari dia didaerah sini." perintah Ryan.

"Nela? Ilaang?" Tanya Deon kaget.

"Bawel lu cari cepet," Ryan mulai menyisir mencari Nela disekitar taman bermain ini.

Satu jam kemudian

Mereka berkumpul ditempat pertama yang jadi tempat pertmuannya.

"Gue udah nyari dari ujung sampe ujung kagak ada, yan." Ucap Deon.

"Bangsat.... dimana Nela sekarang?" Ryan menjambak rambutnya gusar.

"Maafin gue---" ucapan Rafa terpotong karena gerakan tangan Ryan yang mengisyaratkan Rafa diam.

"Besok kita cari lagi, sekarang kalian pulang aja." Ryan menaiki motor sportnya dan memakai helm.

"Tenang, yan," sahut Deon.

"Ikut gue, yon." Ucap Ryan setelah menjalankan motor sportnya menjauh.

Mengerti perintah Ryan, Deon mengikuti jejak motor Ryan tapi sebelum itu dia memerintahkan Rafa menemani Kiki dirumah sakit.

***

Rumah Ryan

Setelah memarkirkan motornya mereka langsung masuk ke kamar Ryan.

"Kenapa, yan?" Tanya Deon menatap punggung Ryan dari belakang.

"Kita harus nemuin Nela secepat mungkin." Suara Ryan purau.

"Iya, gue tau, tapi gak mungkin kan lu diemin Rafa?" Tanya Deon hati-hati.

Ryan mengacak rambutnya frustasi, disatu sisi dia sangat menyayangi Rafa seperti adiknya sendiri tetapi disisi lain dia sangat marah karena Rafa tidak bisa menjaga adik kandungnya.

"Kenapa lu diem aja?" Tanya Deon mendekat ke Ryan yang sedang berada dibalkon kamarnya.

"Pokoknya kita harus temuin Nela," ucap Ryan tanpa menatap Deon yang disampingnya.

"Besok setelah pulang sekolah kita nyari Nela lagi, yan." Deon menepuk pundak Ryan memberi ketenangan.

Ryan tak menanggapi  perkataan Deon sedikit pun.

"Kalo gitu gue balik dulu ke rumah sakit nemuin Rafa dan kasih dia penjelasan tentang sikap lu ke dia."

"Biar nanti gue yang nemuin dia, mending sekarang lu temuin mama lu." Usul Ryan.

Lupa....
Kata itu yang tepat Deon katakan pada dirinya sendiri bahwa sekarang jadwal dia ketemu mamanya dirumah sakit jiwa.

"Yaudah, gue pergi kesana, makasih udah ngingetin." Deon pergi berlalu.

Tap... tap... tap...

Suara langkah kaki menderap ditelinga Ryan yang enggan tau siapa peimilik suara kaki tersebut.

"Ryan... lu kenapa?" Tanya Prila berdiri disamping Ryan.

Ryan hanya diam menatap awan sore yang semakin menggelap tanda malam akan datang.

"Lagi ada masalah?" Tanya Prila sekali lagi.

"Gue lagi pengen sendiri." Jawab Ryan dingin.

"Oke, kalau gitu gue keluar," ketika Prila ingin pergi pergelengan tangannya ditarik oleh Ryan.

"Ada apa?" Tanya Prila bingung.

Ryan langsung membawa tubuh mungil Prila kedalam pelukannya.

Prila tambah bingung ketika pelukan Ryan mengerat ditubuhnya.

"Nela, hilang." Suara serak Ryan.

***

Hotel Angkasa

Satu orang cowok berdiri tegak disanping ranjang yang sedang ada cewek diatasnya.

"Nghh..." gumaman kecil cewek itu membuyarkan lamunan nakal cowok yang sedang berdiri disana.

"Siapa kamu?" Tanya cewek takut.

"Aku calon suami kamu." Jawab cowok itu sambil membuka pakaiannya perlahan.

Cewek itu mengerang ketakutan, ingin berteriak tapi suaranya tak mampu mengeluarkannya.

BROKEN HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang