Extra Part

877 29 11
                                    

Nela membuka matanya ketika mencium aroma masakan dari luar kamarnya.

Dia segera menyibakan selimutnya dan keluar dari kamar.

"Eh udah bangun Nel? " Tanya Deon yang sedang menyiapkan sarapan pagi.

"Udah kak, tumben kakak masak banyak? " Tanya Nela balik.

"Oh ini Kiki, Leon Rafa sama Vian mau sarapan disini. " Jawab Deon.

Nela mengangguk dan kembali ke kamarnya pamit ingin mandi sebentar.

Nela terpaksa tinggal sementara di apartement Deon karena belum memiliki tempat tinggal.

Nela bersyukur karena Ryan mempunyai sahabat yang sayang dan perduli terhadap dirinya.

Tok... Tok... Tok...

Deon berlari kecil menuju pintu apart untuk membukanya.

"Lama amat lu bukanya, " ucap Kiki nyelonong masuk ke dalam.

"Yeuh bawel semua kan butuh proses. " Sahut Deon.

Leon ikut masuk juga ke dalam mengikuti jejak Kiki yang sudah duduk manis dibangku makan.

"Mana Nela? " Tanya Leon sambil menuangkan susu ke gelas.

"Masih mandi mungkin, Rafa mana? " Tanya Deon balik.

"Rafa lagi otw biasa lah dia harus seret dulu tuh si Vian kebo. " Jawab Kiki malas.

"Sebentar lagi UN dan kita harus siapin masuk ke kampus ni. " Ucap Leon mengalihkan pembicaraan.

"Ya gua mau langsung kerja aja lah kan sekarang gua yang bertanggung jawab atas Nela. " Sahut Deon.

"Ya kita juga bisa bantu lah yon, jangan lupa kalo kita juga sayang sama Nela sebagai adek. " Sahut Kiki.

"Intinya kita semua akan ngelindungin dan jagain Nela seperti pesan Ryan waktu itu, " balas Leon sambil menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

Nela diam termangu didinding dekat dapur, begitu sayangnya semua sahabat Ryan, mulai sekarang Nela juga akan belajar lebih giat lagi supaya mendapat beasiswa.

"Hei kok malah bengong disini. " Ucap Rafa membuat Nela menoleh ke belakang.

"Kakak ngagetin aja. " Sahut Nela.

Vian yang dibelakang Rafa hanya bisa diam sambil menguap ngantuk.

"Ayok GC gua mau sarapan abis itu tidur lagi, " ucap Vian berjalan duluan.

"Dasar kebo. " gumam Rafa.

Nela hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Rafa.

***

Rafa menggenggam erat tangan Nela saat sudah memasuki koridor sekolah diikuti dengan tiga temannya dan Vian dibelakang.

Kini tanpa kehadiran Ryan membuat sekelompok cowok ini bukanlah apa-apa, tapi juga tidak pernah dibully karena ingat bahwa Ryan dulu adalah sesosok trouble maker yang disegani.

"Belajar yang rajin yah, " ucap Rafa sambil mengelus kepala Nela ketika mereka sudah sampai didepan kelas cewek itu.

"Iya, kakak sama yang lainnya juga harus semangat. " Sahut Nela.

"Iyalah pasti, yaudah gua ama yang lain langsung ke kelas ya, " balas Leon sambil merangkul Vian berjalan ke kelasnya.

Nela memandang ke arah mereka berempat dengan sendu, dulu ketika masih ada Ryan semuanya penuh canda dan tawa tapi sekarang jarang Nela melihat sahabat kakaknya itu tertawa.

"Kenapa bengong gitu? " Tanya Rafa menoel hidung Nela.

"Aku kangen Kak Ryan. " Jawab Nela membuat Rafa tertunduk.

Rafa harus bisa menahan air matanya didepan Nela agar cewek itu kuat untuk menghadapi hidupnya yang sekarang.

"Yaudah kak aku masuk kelas dulu ya, kakak juga masuk sana, " ucap Nela menyentuh pundak Rafa.

Rafa mendongak menatap lekat mata Nela yang tidak setegar dulu bersama Ryan disampingnya.

"Aku baik-baik aja kok kak. " Ucap Nela ragu.

Rafa mencium kening Nela sejenak lalu berbisik pelan.

"Ingat kan kalo Ryan selalu ada buat kita. " Bisik Rafa.

Nela mengangguk pelan.

"Yaudah aku ke kelas dulu, love you, " ucap Rafa berjalan meninggalkan Nela.
Nela menatap kepergian Rafa yang sudah menjauh dari pandangannya.

"Nel, kita turut berduka cita yah, " ucap Sela menyentuh pundak Nel dari belakang.

"Eh iya makasih. " Sahut Nela.

"Kalo lo butuh apa-apa bilang aja sama kita, kita siap bantu kok. " Balas Hani.

Dulu ketika masih ada Ryan semua temannya memandang Nela takut tapi sekarang mereka menganggap dirinya lemah.

"Iya makasih ya, yaudah yuk kita masuk. " Ucap Nela tersenyum tipis.

"Kasian hidup Nela sekarang, gue denger dia udah nggak tinggal sama ortunya. "

"Iya sekarang dia tinggal dimana yah? "

"Mungkin sama saudaranya. "

"Ah nggak mungkin orang dia juga nggak punya saudara dekat kata Kak Kiki. "

Nela hanya menunduk mendengar perkataan teman-temannya secara terang-terangan.

"Eh udah kalian ini masih pagi udah gosip aja. " Perintah Sela.

Semuanya langsung bubar ke meja masing-masing.

Sindi teman sebangku Nela pun akhirnya datang, hanya dia yang Nela tahu teman sejati.

"Mereka pasti gosipin lo lagi ya? " Tanya Sindi menaruh tas dibangkunya.

"Enggak kok, lo darimana aja baru dateng? " Tanya Nela balik.

Sindi hanya terdiam sambil menatap kosong ke depan.

Sindi turun dari mobilnya berjalan memasuki toko bunga.

Tanpa sengaja dia menabrak punggung seorang cowok didepannya.

"Maaf, " ucap Sindi sambil membantu cowok itu mengambil beberapa bunga yang dipegang.

"Iya nggak papa, lo--"

Sindi menutup mulutnya ketika cowok itu berbalik ke arahnya.

'Kak Ryan. ' Batin Sindi.

"Kenapa malah bengong? " Tanya Nela bingung.

Sindi mengerjap beberapa kali dan menatap Nela sambil tersenyum.

"Nggak papa cuma mau bilang gue sayang banget sama lo, " ucap Sindi sambil memeluk Nela dari samping.
'Nanti pasti kalian ketemu. ' Batin Sindi.

***

Seorang cowok menatap ke arah jendela yang menampakkan bintang di kegelapan.

Ada ingatan yang dia lupakan dan entah mengapa sulit untuknya mengingat itu kembali.

Tiga bulan yang lalu saat dia sadarkan diri dari koma panjangnya, yang ia lihat dua orang tua paruh baya tersenyum lembut kepadanya.

Dan yang paling dia ingat waktu saat membuka mata wanita paruh baya itu memanggil namanya lengkap dengan senyuman.

"Arvano Nizam. "

Dan di saat itu juga batinnya selalu menolak jika dirinya harus dipanggil dengan nama Vano.

"Apa iya nama gua Vano? " Tanya cowok itu sambil menatap bintang.
























Hae gaess, gua mau bilang kalo gua ganti akun ke RevMeidy9 jadi bakal nulis cerita lg di akun yang baru, oke itu aja infonya, sekalian di follow ya gaes, mksh

Assalamualaikum

BROKEN HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang