21.

870 42 0
                                    

Ryan melepas dekapannya pada Nela dan menangkup wajahnya.

Ryan tersenyum tulus untuk saat ini dan mencium lembut kening Nela.

"Ikutin perintah gue yah. " Ucap Ryan lembut.

"Apa yang akan kakak rencanain? " Tanya Nela bingung.

"Lu pergi ke kamar Kiki bangunin dia abis itu kabur duluan lewat balkon, gue akan suruh Leon dan Rafa nyusul kalian pake mobil kalo udah dipintu masuk kompleks. "

Deon yang mendengarnya pun juga kebingungan dengan rencana Ryan.

"Kenapa gak kita semua aja kak? "

"Aku, Deon sama Vian akan ngelabuhi mereka, kamu percaya kan sama aku? " Tanya Ryan membelai rambut Nela.

Nela meneteskan air matanya menatap Ryan sendu.

Entah hanya perasaannya atau memang akan terjadi, dia berfirasat kalau nanti akan berpisah dengan kakaknya itu.

Nela mendekap Ryan dan menangis tersedu-sedu.

Ryan membalas pelukan Nela dan mencium pucuk kepalanya.

"Aku... Hiks.... Gak mau... Kita pisah kak, " ucap Nela mendongakkan kepalanya.

"Udah ikutin aja dulu, kita pasti ketemu lagi kok yah, " sahut Ryan sambil menghapus air mata Nela.

Deon menundukkan kepalanya merasa sedih atas apa yang terjadi saat ini.

'Jaga kita semua Ya Allah. ' Batin Deon.

Ryan melepas pelukan Nela dan memegang kedua bahunya.

"Everything gonna be alright, " ucap Ryan mengelus kedua bahu Nela untuk menenangkannya.

"Kakak janji bakal jagain Nela, kalo nanti kakak gak balik lagi ke aku, itu tandanya kakak gak sayang sama aku, " sahut Nela melepas kedua tangan Ryan dari bahunya.

"Udah sana kelamaan, nanti mereka curiga lagi, " ucap Ryan mendorong pelan pundak Nela menuju pintu.

Nela mengangguk dan keluar dari kamar.

"Lu yakin sama rencana ini, Yan? " Tanya Deon khawatir.
"Yah harus yakin lah, yaudah gue ke bawah duluan, lu panggil Vian aja, " ucap Ryan beranjak pergi dari sana.

Ryan berjalan santai menuruni tangga dan menuju ruang tamu.

Hari ini Ryan memakai hoodie berwarna merah marun dan celana sobek dibagian lututnya, membuat Prila mengangguminya dalam hati.

'Ya ampun Yan, lo makin kece aja. ' Batin Prila.

Plak....

Tiba disana Ryan mendapatkan tamparan keras oleh Rendra.

"Berani yah kamu kabur dari kita, hah. " Bentak Rendra.

Fanya pun mendekat ke arah Ryan dan mengelus kepalanya.

"Kamu kenapa pergi sayang? " Tanya Fanya lembut.

Ryan mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.
Deon bersama Vian pun akhirnya menghampiri Ryan dan berdiri dibelakangnya.

Itu tandanya kalau Nela, Rafa dan Kiki sudah berhasil kabur dari rumah ini.

"Silahkan diminum semuanya, " ucap Leon yang baru tiba dan membawa nampan berisikan enam gelas air sirop.

"Kenapa kalian bisa sampe ke sini? " Tanya Ryan mengalihkan pembicaraan dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Rendra.

"Kami khawatir sama kamu dan Nela, Yan. " Sahut Amanda.

"Yon, tolong service mobil yah, kemarin gue pake udah gak enak banget. " Ucap Ryan menoleh pada Leon.

Leon mengangguk dan berpamitan pergi dari sana.

"Besok kita akan melangsungkan pertunangan kamu dengan Prila. " Ucap Rendra tegas.

"Iya, lebih cepat lebih baik kan, Yan? " Tanya Santoso.

Ryan mengalihkan pandangannya ketika beradu tatap dengan Prila.

"Iya kalau begitu laksanakan. " Sahut Ryan berat hati.

Deon membuka hapenya ketika bergetar menandakan pesan masuk.

Leon

Yon, gue sama yang lainnya udah ada di depan kompleks.

Deon menyenggol lengan Vian memberikan kode.

Vian mengangguk mengerti dan segera menjalankan tugasnya.

"Aduh yan, lu lupa apa kalo hari ini kita harus lapor sama pak rt buat surat pemindahan kita ke sini. " Ucap Vian.

Ryan bangkit dari duduknya.
"Lah emangnya ini rumah siapa terus kenapa harus kalian yang ke sana? " Tanya Prila curiga.

"Ini rumah Leon, berhubung dia lagi pergi makanya kita wakilin. " Jawab Deon.

"Yaudah kalian bisa nginep dulu disini, kita gak lama kok, " sahut Ryan berjalan menuju pintu keluar.

"Kalau kamu berniat kabur lagi papa gak segan-segan untuk melakukan tindak kriminal, yan. " Ucap Rendra kesal.

Ryan sempat menghentikan langkahnya menoleh sebentar ke arah Deon dan Vian yang berjalan dibelakangnya.

"Calm down. " Bisik Ryan.

"Pah, kita gak bisa biarin mereka pergi gitu aja, " ucap Fanya sambil bangkit dari duduknya dan menatap punggung Ryan yang sudah lenyap dibalik pintu.

"Biar aku sama Kak Qiray aja yang ikutin mereka, " ucap Prila sambil menarik lengan Qiray untuk berdiri dan mengikuti jejak Ryan.

Mobil Ryan sudah keluar dari gerbang disaat Prila dan Qiray baru sampai halaman.

"Ayok kak gc, " ucap Prila sambil berlari ke mobil.

Qiray hanya bisa mengikuti Prila saat ini.

Sesampainya dimobil dia langsung menginjak gas mengikuti jejak mobil Ryan yang sudah agak jauh darinya.

"Kak ngebut dong, itu Ryan mau jauh banget loh. " Ucap Prila gemas.

Qiray menginjak gasnya lebih cepat agar menyamai mobil Ryan.

Ryan menoleh ke belakang tepat saat mobil Qiray berada di sana.

"Bisa gercep lagi gak, yan? " Tanya Ryan pada Vian yang menyetir mobil.

"Bisa lu pegangan aja, " jawab Vian menginjak gas mobilnya di atas rata-rata.

Qiray juga mau tak mau mengikuti permainan Vian.

Ketika sampai dibelokan kompleks mobil Leon sudah terlihat membuat Ryan tersenyum lega.

'Tunggu aku Nel. ' Batin Ryan.

Tapi naas tepat saat belokan rem mobil sepertinya blong membuat Vian keringat dingin.


















Ini sesuai omongan Ryan dengan author bakalan up klo udh 600 votenya, mksh yg udh boom vote walaupun gk baca gapapa kok.

Tinggal satu part lagi abis itu end, tadinya mau disambungin ama part yang ini tapi kepanjangan.

Oke sekali lagi makasih buat yang udah baca, nantikan cerita saya yang lainnya yah.

Assalamualaikum....

BROKEN HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang