20.

1K 58 3
                                    

Bandung, 19 April

Tepat pada hari ini ulang tahun Ryan Alnizzam yang ke 18 tahun.

Semuanya sudah bersiap untuk melakukan surprise party.

Nela sudah siap dengan kue tart di tangannya, disampingnya ada Rafa yang memegang terompet tak lupa juga korek api.

Deon didepannya bersama Kiki dan Vian yang sudah siap memegang krim di tangannya serta Leon dibelakang mereka yang siap memvideokannya lewat DSLR.

Deon membuka perlahan pintu kamar Ryan, setelah dirasa cukup terbuka Deon melirik ke arah Nela.

Nela menganggukkan kepalanya mengerti kode dari Deon.

"Kak Ryan, s-sakit kak... " rintih Nela.

Ryan langsung menyibak selimutnya dan berlari keluar kamar.

"Surprise.... " teriak mereka semua tak lupa juga dengan krim yang sudah disemprotkan ke atas udara.

Ryan kaget bukan main melihat semuanya dengan tatapan heran.

"Gue ulang tahun? " Tanya Ryan.

"Iya, kakak lupa? Ini kan tanggal 19 April, hari ulang tahun kakak, " jawab Nela senang dan menghadap ke Rafa yang menyalakan lilin.

"Happy birthday my brother... " teriak Leon heboh.

Ryan terkekeh melihat aksi mereka semuanya.

"Ayok berdoa dulu kak, " ucap Nela mendekatkan kue tart ke wajah Ryan.

Ryan memejamkan matanya dan menunduk.

'Semoga kita semua bisa bahagia bareng, amin... ' Batin Ryan.

Ryan membuka matanya dan meniup lilin tersebut.

"Selamat ulang tahun, Yan, " ucap Deon sambil memeluk Ryan singkat.

"Selamat ulang tahun Ryan kesayangan... " teriak Kiki memeluk Ryan singkat.

"Happy birthday to you my brother, i'm sorry because--"

"Gak usah dibahas lagi Raf, gue udah lupain semuanya dan restuin hubungan kalian berdua, " sahut Ryan cepat memotong ucapan Rafa.

Rafa tersenyum dan memeluk Ryan singkat.

Kini giliran Vian yang memeluknya singkat.

"Happy birthday and thanks for everything moment. " Ucap Vian tersenyum lebar.

Ryan membalas senyuman itu tulus.

Nela memberikan kue tart itu pada Deon dan berjalan satu langkah ke depan Ryan.

"Happy birthday my brother, thank you so much for everything you keeping me, " ucap Nela memeluk Ryan.

Ryan membalas pelukan Nela dengan hangat.

Tak terasa air mata Nela jatuh dalam dekapan Ryan.

"Kakak harus tetep bahagia bersama aku, promise? " Tanya Nela menatap Ryan.

Ryan tersenyum dan mengecup singkat kening Nela.

"I promise. " Jawab Ryan.

Selang tiga menit kue tart itu sudah menimpah wajah Ryan.

Leon tertawa terbahak-bahak sambil menzoom ke arah wajah Ryan yang sudah belepotan krim kue.

"Asli lu lebih ganteng begitu, Yan... " teriak Leon menjauh dari Ryan yang siap mengejar mereka semua.

Nela tersenyum bahagia melihat keluarga kecil yang saat ini dia punya.

'Aku bahagia jika bersama mereka, tolong jaga kebahagiaan ini selamanya. ' Batin Nela.

Nela menjauh dari Ryan yang ingin mendekapnya.

"Ish kakak.... Aku kan gak ikutan kenapa aku dikejar juga? " Teriak Nela sambil tertawa.

"Hahaha.... Sini lu Yan, beraninya sama cewek lu cemen ahh.... " teriak Vian.

Ryan mendengus dan mempercepat larinya menuju Vian.

Mereka tertawa bahagia sekali pada hari ini, entah apa yang akan terjadi besok yang pastinya mereka akan tetap selalu bersama untuk menghadapinya.

***

Jam menunjukkan pukul 09.00, dimana Prila, Qiray, kedua orang tuanya dan orang tua Ryan baru tiba di Bandung.

Prila keluar dari mobil dan menatap rumah yang kini dihadapannya.

"Tante, beneran Ryan ada di sini? " Tanya Prila menoleh pada Fanya yang sedang menggeret kopernya.

"Iya, mereka di sini, tante gak sengaja ngehubungin GPS ke hapenya Nela waktu itu. " Jawab Fanya.

Qiray sempat khawatir dengan apa yang akan terjadi sesudah ini.

'Semoga semuanya baik-baik aja. ' Batin Qiray.

Rendra memencet bel rumah tersebut.

Leon yang kebetulan sedang berada di ruang tamu langsung bergegas membukakan gerbang.

Leon terpaku di tempat menatap enam orang yang ada di hadapannya.

"Leon kan? " Tanya Rendra.

Leon menahan nafasnya sambil menelan salivanya susah payah.

'Kenapa mereka tahu kita di sini? ' Batin Leon gelisah.

"Bener om, silahkan masuk, " jawab Leon berjalan duluan memasuki rumahnya.

Setibanya di dalam rumah Leon menyuruh mereka untuk duduk di sofa, sementara dirinya langsung berjalan menuju dapur.

"Gue harus gimana. " Gumam Leon.

Rafa dan Deon yang baru saja selesai berenang langsung menghampiri Leon.

"Kenapa Yon, tegang banget? " Tanya Rafa sambil mengusap rambutnya dengan handuk kecil.

"Mereka tahu kita di sini. " Jawab Leon lemas.

Deon yang mengerti dengan jawaban Leon langsung berlari menuju kamar Ryan.

"Deon, Ryan mana? " Tanya Prila menghampiri Deon.

Deon menoleh ke arah Prila dan diam sejenak.

"Bentar gue panggilin dulu, " jawab Deon melanjutkan jalannya.

Prila mengangguk dan kembali duduk disamping Qiray.

"Jadi mereka tinggal di sini, Ren? " Tanya Santoso.

"Iya, kalau semuanya sudah beres kita langsungkan pertunangan itu besok pagi. " Jawab Rendra membuat Prila syok di tempat.

'Mati gue. ' Batin Prila.

Deon membuka pintu kamar Ryan dan masuk ke dalamnya.

Di sana Ryan sedang merokok di balkon sambil memperhatikan Nela yang sedang melukis.

"Yan, orang tua lu ada di sini. " Ucap Deon membuat Nela menjatuhkan kuasnya.

Ryan langsung menoleh pada Deon dan membuang puntung rokoknya.

"Kita harus gimana? Kiki, dia udah bangun belom? " Tanya Ryan cemas.

"Kiki masih tidur, kita udah gak bisa kabur lagi, Yan. " Jawab Deon jujur.

Ryan langsung membawa Nela ke dalam dekapannya.

"Tenang, gue di sini kok sama lu, okey. " Bisik Ryan lembut.

Mana vote and commentnya.
Kalo belum ada perubahan sama votenya gak mau aku lanjut aahhh😂😂😂.
Oh iya maapkan juga aku yang menghilang lama sekali, karena aku sudah mulai masuk sekolah jadi yah agak sibuk.
Oke segitu dulu deh, nanti dilanjut lagi kalo vote cerita ini dan yang lainnya naik😉😉😉.
Assalamualaikum readers yang masih setia membaca cerita yang absurd ini😘😘😘

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE-73 ...

BROKEN HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang