21(B)

915 37 10
                                    

"Yan, remnya blong. " Ucap Via panik.

Deon yang duduk disampingnya pun juga tak kalah panik.

"Bangsat terus gimana? " Tanya Deon panik.

"Awas, yan... " teriak Ryan ketika disebelah kanannya terlihat mobil truk melaju kencang.

Nela pun keluar dari mobil Leon menatap kejadian yang tak jauh darinya.

"Kakak..... " teriak Nela ingin berlari kesana tapi ditahan oleh Rafa.

Bruk....

Mobil yang Vian kendarai terhantam oleh truk dan mengakibatkan mobil itu terguling.

Prila dan Qiray pun juga langsung keluar dari mobilnya melihat kejadian yang ada didepan matanya.

"Ryan. " Gumam Prila.

Berbeda dengan keadaan di dalam mobil yang Vian kendarai.

"Ke... Luar.. " rintih Ryan menatap Vian dan Deon yang berlumuran darah.

Deon menatap Ryan dari kaca mobil dalam, di sana Ryan terlihat lebih banyak mengeluarkan darah.

"Cepet... Bangsat... " rintih Ryan lagi.

Vian sudah membuka pintu mobil dan bersiap untuk keluar.

"K-kita... Keluar... Ba-bareng, " sahut Deon menggapai tangan Ryan.

Ryan menggeleng pelan dan menepak tangan Deon menjauh darinya.

"Ka-kalian... Yang... K-keluar... " ucap Ryan lemah.

"Enggak yan. " Sahut Deon.

"Cepet... " rintih Ryan membuat Deon meneteskan air mata.

Vian menendang tubuh Deon untuk keluar dari pintu disebelahnya sebelum dia juga keluar dari sana.

Leon langsung berlari menghampiri mereka tapi baru beberapa langkah mobil itu meledak di tempat.
'Tolong jaga mereka. ' Batin Ryan.

Duaarr....

Prila bertekuk lutut menatap kebakaran mobil itu.

"Ryan.... " teriak Prila histeris.

Qiray menutup mulutnya tak menyangka dengan peristiwa yang dia lihat hari ini.

Rafa langsung memeluk Nela yang menangis histeris melihat semua kejadian tersebut.

"Ryan. " Gumam Leon.

Vian memapah Deon untuk menjauh dari mobil itu.

"Ryan. " Gumam Deon sebelum gelap menjemputnya.

"Kak, Ryan kak, " ucap Prila mengguncang tubuh Qiray.

"Tolong jaga sebentar bidadari gue yah, bang. "

"Emangnya lo mau kemana? "

"Gue harus pergi jauh dulu sama sahabat gue, entah kapan pasti gue bakal balik lagi ke sini jemput Prila, karna gue tahu dia udah terlanjur sayang sama gue. "

'Lo bohong, yan. ' Batin Qiray.

Selang sepuluh menit beberapa polisi datang menghampiri tempat kejadian.

Supir truk itu langsung diamankan oleh polisi.

"Lama amat lu?" Tanya Ryan tanpa menoleh ke Deon.

"Nungguin dia dulu," jawab Deon yang berhasil membuat Ryan nengok ke belakang.

"Lah dia kan yang tadi, ngapain lu ajak coba?" Tanya Ryan heran.

"Dia yang tau Nela dimana, yan." Jawab Deon.

"Kita gak kenal ama dia, ngapain percaya sama omongannya, yon?" Tanya Ryan geram.

"Gue yakin dia tau, yan." Jawab Deon meyakinkan.

"Kok lu jadi belain dia sih? Lu udah kenal duluan ama dia?" Tanya Ryan emosi.

"Gue emang gak kenal tapi gue yakin dia gak berani boongin kita, yan." Jawab Deon datar.

Deon menatap mobil itu ketika perdebatan dengan Ryan terlintas begitu saja.

Tadi ketika dia sudah sadarkan diri Vian sudah ada disampingnya dengan perban yang terbalut dikepala cowok itu.

Deon bangkit dari tidurnya berjalan mendekati Rafa yang sedang menenangkan Nela.

"Ryan gimana? " Tanya Deon lemah.

Rafa menoleh pada Deon.

"Polisi lagi periksa mobilnya. " Jawab Rafa dengan tatapan sendu.

Tak lama dari itu kedua orang tua Prila dan Ryan datang ke sana.

Rendra datang menghampiri mereka termasuk Prila yang menatap lurus dengan tatapan kosong.

Plak...

Rendra mendaratkan tamparannya tepat di pipi kanan Nela.

"Puas kamu sudah membuat semuanya kacau? " Bentak Rendra.

Nela menundukkan kepalanya menahan rasa sakit yang menjalar di pipinya.

"Pasti ini semua gara-gara kamu kan, hah.... " bentak Rendra lagi.

"Udah om, ini semua bukan salah Nela. " Sahut Rafa.

"Tahu apa kamu, jangan sok membela anak yang tidak tahu diri ini, " ucap Rendra kasar menunjuk wajah Nela.

"Prila kamu gak papa sayang? " Tanya Amanda memeluk Prila.

Prila hanya bisa terdiam ketika tubuhnya dipeluk Amanda.

"Gimana keadaan Ryan, Deon? " Tanya Fanya memegang lengan Deon.

"Deon gak tahu, tan. " Jawab Deon.

Setelah memeriksa kondisi mobil polisi kini menghampiri mereka.

"Maaf korban sudah tiada dan ini barang-barangnya, " ucap polisi itu sambil memberikan dompet Ryan pada Fanya.

"Ryan.... " teriak Fanya jatuh duduk.

Deon menundukkan kepalanya merasa kehilangan sosok Ryan.

"Lu becanda kan, yan. " Gumam Deon.

----Tamat----











Oke udh tamat, dan mungkin gk akan ada season dua atau apalah, jd maaf klo ada yg kecewa, dan makasih juga udh setia nunggu cerita ini, dan kayanya jg ini terakhir aku membuat cerita karena bakalan sibuk banget sama dunia nyata, oke happy reading guys....

Salam manis dari Ryan dkk, muachhh.....

BROKEN HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang