18.

1K 50 3
                                    

Jakarta

Prila menatap kedua orang tuanya yang sedang beragumen dengan orang tua Ryan.

Prila sendiri bingung mengapa Ryan pergi meninggalkannya setelah bersikap manis terhadapnya.

'Hmm.... Ryan lo kemana si. ' Batin Prila.

Rendra menyesap kopi hitamnya dan menatap mata Santoso yang duduk di depannya.

"Maaf jika pertunangan Prilla dengan Ryan harus gagal seperti ini, kami juga tidak menyangka kalau mereka akan melarikan diri. " Ucap Rendra tidak enak.

"Kita harus memcari Ryan secepatnya sebelum dua minggu dari sekarang. " Sahut Amanda.

Prila yang mendengarnya menjadi tambah cemas, soalnya nomor ponsel Ryan sudah tidak aktif sejak seminggu yang lalu.

"Mah, pah, semuanya aku ke kamar dulu yah, " pamit Prila meninggalkan tempat itu.

Sesampainya di kamar Prila langsung mengeluarkan air matanya dan memeluk gulingnya.

"Jahat lo Yan, lo berhasil buat gue jatuh tapi lo malah biarin gue yang ngerasain sendirian... "

"Gue udah sayang banget sama lo Yan, gue.... gue cinta sama lo Ryan Alnizam, " ucap Prila tersenyum miris.

Tok... Tok... Tok...

Prila menoleh pada pintu yang baru dibuka oleh Qiray.

"Ngapain dek? " Tanya Qiray sambil duduk disamping Prila.

"Kapan Ryan balik kak? " Tanya Prila.

"Hm... Sebentar lagi mungkin, lo yang sabar yah, " ucap Qiray sambil mengelus pundak Prila.

"Gue rela kak ngelakuin apapun demi Ryan balik ke kita. "

"Enggak usah segitunya, lo cewek masih banyak di luaran sana yang suka sama lo. "

"Tapi gue udah terlanjur cinta sama Ryan yah walaupun gue gak tahu perasaan dia ke gue gimana. "

"Makanya coba aja dulu lo move on jangan stuck di satu cowok, dia mungkin lagi berjuang juga buat balik lagi ke kita. "

"Makasih kak, " ucap Prila sambil memeluk Qiray.

Qiray membalas pelukan Prila dan mengelus pundaknya.

"Tolong jaga sebentar bidadari gue yah, bang. "

"Emangnya lo mau kemana? "

"Gue harus pergi jauh dulu sama sahabat gue, entah kapan pasti gue bakal balik lagi ke sini jemput Prila, karna gue tahu dia udah terlanjur sayang sama gue. "

"Tapi harus banget larut malem begini? " Tanya Qiray menatap Ryan memasukkan beberapa baju ke dalam tas ranselnya.

"Iya, gue udah atur semuanya, tugas lu tinggal tutup mulut aja, " jawab Ryan sambil mengambil bingkai foto yang dinakas.

"Itu foto keluarga lo? " Tanya Qiray.

"Iya, cuma ini satu-satunya kenangan yang gue punya dimana pada hari itu semuanya ketawa bareng, mama, papa, Nela dan gue. "

"Gue emang gak tahu Yan, apa masalah keluarga lo tapi gue berdoa semoga suatu saat nanti keluarga lo utuh lagi. "

"Thanks bang, yaudah gue pamit dulu, " ucap Ryan memeluk Qiray singkat.

Ryan melempar tas ranselnya dan melemparkan tali ke lantai bawah.

Disana sudah ada Nela dan tiga sahabatnya ditambah Vian kakak angkat Rafa.

Qiray menatap sendu ke arah Ryan, karena baru kali ini dia merasa nyaman mempunyai teman seperti Ryan.

Lamunan Qiray buyar karena Prila sudah tidak ada di pelukannya.

"Aku keluar dulu kak, " ucap Prila pergi berlalu.

***

Bandung

Ryan berjalan santai menuju meja makan yang kebetulan sedang sepi.

Dia mengambil satu lembar roti dan mengoleskan selai cokelat diatasnya.

Selang tiga menit roti itu berpindah alih ke tangan Vian yang baru saja tiba.

"Enggak usah ngajak ribut deh masih pagi, " ucap Ryan sambil meneguk susu cokelatnya.

"Elah yaudah si bikin lagi. " Sahut Vian malas.

Deon berdehem lalu duduk disamping Ryan.

"Lagi sibuk Yan? " Tanya Deon sambil mengambil satu lembar roti dan melahapnya.

"Seperti yang lu liat, oh iya pada kemana kayaknya sepi banget? " Tanya Ryan balik.

"Jogging, " jawab Deon masih mengunyah roti.

"Oh iya tempat ini aman buat kita? " Tanya Vian.

Krik... Krik...

Hening tak ada jawaban dari mereka berdua membuat Vian mendengus sebal.

"Kenapa si kalian berdua judes banget sama gue seakan-akan gue ini musuh? " Tanya Vian gemas.

Ryan mengangkat bahunya acuh dan beranjak pergi dari sana.

Vian menatap Deon penasaran.

"Ryan gak gampang percaya gitu aja sama orang yang baru dia kenal. " Jelas Deon.

Vian manggut-manggut sambil memandang ke arah lain.

"Leon juga baru dia kenal bukannya? "

"Iya itupun Ryan baru percaya sama dia setelah dia berhasil jelasin semua kondisi Nela. "

"Kenapa dia bisa tahu kondisi Nela? "

"Karena dia yang nyelamatin Nela. "

"Terus gimana caranya dia masuk ke geng kalian? "

"Dan kenapa juga Kiki cepet deket sama dia? "

"Emangnya dia itu--"

"Berisik nanya mulu, lu itu cuma pendatang jadi gak usah segala ngorek tentang Ryan, " sahut Deon cepat dan pergi berlalu.

"Gue jadi heran sama mereka dan kenapa juga Rafa mau temenan sama Ryan? "

Kriet...

Pintu kulkas terbuka lebar membuat Vian menoleh pada orang itu.

Di sana Kiki sedang mengambil buah apel dan menggigitnya.

"Kenapa lu? " Tanya Kiki sambil duduk didepan Vian.

"Rafa mana? " Tanya Vian balik.

"Lagi di kolam renang sama yang lainnya. "

"Kok lu gak nyusul? "

"Gue laper mau makan. "

"Oh gitu, boleh gue tanya sesuatu sama lu? "

"Paan? "

"Gimana tentang sosok Ryan di kehidupan kalian? "

Kiki menarik nafasnya dalam-dalam dan menatap Vian lekat.

"Ryan sesosok cowok baik hati layaknya malaikat itu menurut gue, dia anti sosial, gak suka sama orang asing, orangnya royal, tapi satu yang gue belum tahu. "

"Apa? "

"Entah sekarang apa yang lagi dia rasain ketika dia harus kabur kayak gini dan ngelindungin Nela, dia ngorbanin semua demi adeknya, dia sayang banget sama Nela, dan gue salah satu orang yang akan selalu ada disampingnya sama kayak Deon. "

'Segitunya lu memuja Ryan. ' Batin Vian.








Maafkan kesalahan up tadi, mungkin udah ada yang liat notif aku up part 19 dan 20, asli itu aku gak baca lagi, part 18 udah up apa belom.
Aku harap si belom ada yang baca tuh part 19 dan 20 tadi, wkwk.... Ketika aku teliti lagi eh part 18 blm di up.
Baca yang ini dulu yah, kalo votenya naik nanti malem aku up lagi.
Assalamualaikum....

BROKEN HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang